Pekerja Amatir Lebih Jelek daripada Pekerja Profesional, Ah Masa?

MOJOK.CO Pekerja amatir bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan posisi pemula. Ha wong ternyata amatir itu bisa saja setara dengan pekerja profesional!

“Mbak, ini hasil editanku, ya. Tapi maaf, aku editor amatir,” kata seorang karyawan baru di tempat kerja saya dua tahun lalu, sembari menyodorkan satu bendel buku yang dia periksa semalaman. Saya berkerut sedikit, lalu memutuskan melanjutkan membaca halaman pertama.

Bukan hasil pekerjaannya yang menjadi masalah, melainkan istilah amatir yang ia pakai barusan. Lewat pengakuannya sebagai editor amatir, saya jadi bertanya-tanya: apakah ia berbeda dengan editor profesional?

Perbedaan antara amatir dan profesional sering kali ditampilkan dengan sangat hitam-putih. Mereka yang pekerja profesional dianggap jago, mumpuni, dan teruji sebagai seseorang dengan keahlian yang jelas. Sebaliknya, pekerja amatir lain dianggap sebagai orang yang bekerja di tahap pemula dengan hasil kerja tidak (atau belum) terpercaya dan masih sangat minim pengalaman.

Tapi, benarkah maknanya sesederhana itu, Ferguso???

Merujuk pada KBBI, makna kata profesional dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. bersangkutan dengan profesi

2. memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya

3. mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir)

Ketiga definisi di atas menjelaskan pada kita bahwa profesional berarti bekerja sebagaimana mestinya kita di kantor setiap pagi kayak robot: punya kepandaian khusus terkait pekerjaan, menjadi profesi kita, dan menyediakan bayaran. Pada poin ketiga, disebut pula bahwa masalah bayaran ini tidak ditemukan pada kondisi amatir.

Loh, loh, katanya amatir itu pemula? Kalau si pemula ini ikut bekerja di kantor, masa dia nggak dapat bayaran???

Nyatanya, Saudara-saudara, apa yang kita yakini tak selamanya harus benar-benar terjadi. Dalam hal ini, KBBI menjawab rasa ingin tahu kita mengenai arti kata amatir melalui tiga definisi langsung berturut-turut:

1. kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah, misalnya orang yang bermain musik, melukis, menari, bermain tinju, sepak bola sebagai kesenangan

2. orang yang melakukan sesuatu atas dasar kesenangan dan bukan sebagai pekerjaan

3. orang yang melakukan sesuatu dengan hasil yang kurang baik

Makna yang paling mendekati dengan anggapan umum soal kata amatir adalah poin nomor tiga, tapi poin satu dan dua menunjukkan kita hal yang sama sekali berbeda. Ternyata, amatir tidak sama dengan pemula, Saudara-saudara!

*JENG JENG JENG*

Lebih detail lagi, amatir bukanlah istilah yang tepat untuk menggambarkan posisi kita yang baru saja mulai melakukan suatu hal dalam suatu lingkungan. Ha wong ternyata amatir itu orang yang melakukan sesuatu atas dasar kesenangan, kok.

Lantas, apakah ini berarti para amatir adalah orang-orang yang sesungguhnya punya kemampuan di atas rata-rata? Misalnya, seperti Christiano Ronaldo yang—seandainya—adalah seorang karyawan bank, tapi ia juga selalu bergabung menjadi pemain sepak bola di agenda latihan tim nasionalnya setiap hari Sabtu?

Tingkat kemampuan para amatir bervariasi, mulai dari cukup hingga sangat baik. Yah, namanya juga ‘atas dasar kesenangan’—bukankah kecintaan semacam ini kadang justru bisa kita tekuni dengan lebih baik daripada pekerjaan yang sekadar bertujuan untuk mendapatkan uang, seperti pada profesi?

Tapi ingat, makna kata amatir ini tak lantas mengurangi ‘harga diri’ kata pekerja profesional dan profesi. Nyatanya, akan menjadi sangat mungkin jika profesi yang kita (hah, kita???) jalani sekarang juga berangkat dari kecintaan, kok. Udah cinta, dibayar pula. Udah cinta, berbalas pula. Kurang mantap apa lagi?

Namun yang jelas, pekerja profesional tak melulu berada di atas pekerja amatir, mylov. Mau kita udah sampai di level manager sekalipun, waktu tiba-tiba ada seorang pekerja amatir datang dan membantu pekerjaan kita, bisa jadi ia menyelesaikannya dengan cara yang jauh lebih gemilang. Dalam hal ini, pekerja amatir bisa bersifat penuh kejutanpersis seperti dirinya yang kita kira hanya akan menjadi teman biasa, tapi tahu-tahu malah mengguncangkan pertahanan hati ini sehing—

HALAH, SUDAH, SUDAH.

Exit mobile version