MOJOK.CO – Membahas kata “hampir” dan “nyaris” yang hampir selalu disamaratakan, meski maknanya nyaris berbeda.
Seorang teman pernah melempar tebak-tebakan pada saya, “Mobil, mobil apa yang hampir?”. Demi mendengar tebakan itu, saya bingung. Mobil yang hampir? Hampir apa maksudnya? Hampir nabrak? Hampir jadi mobil?
Belum selesai berpikir, si teman terkekeh sambil menjawab, “Mobil Toyota Yaris. Hehehe.”
Suasana langsung hening. Senyap. Kzl!
Bukan karena tebakannya aja yang garing kayak lele digoreng kelamaan, sebenarnya saya tergelitik untuk membahas kata hampir dan nyaris (yang diplesetkan jadi yaris) yang selalu disamakan dari ujung atas sampai ujung bawah, dari kondisi A sampai kondisi B.
Padahal, patutlah kita semua bertanya: apakah hampir dan nyaris memang se-sama itu?
Menilik KBBI, kata hampir dan nyaris secara kompak menyertakan kata satu sama lain di definisinya:
Hampir:
- kurang sedikit; nyaris
- tidak lama lagi
- dekat (pada, dengan); menjelang
Nyaris: hampir saja terjadi (terutama tentang sesuatu yang membahayakan)
Meski tampak sangat mirip, kata hampir dan nyaris ini ternyata memiliki perbedaan. Menurut situs resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perbedaan kedua kata ini terletak pada sifatnya, my lov~
Kata hampir bersifat netral. Artinya, saat kita menggunakan kata ini, kita bisa merujuk pada hal yang memang kita inginkan, sekaligus tidak. Sementara itu, kata nyaris cenderung dikaitkan dengan peristiwa yang tidak diinginkan, seperti bahaya, kecelakaan, dan kemalangan.
Gimana? Udah ada bayangan? Ya udah lah ya, kan kita kena cahaya matahari, jadi ada bayangannya, dech~ Hehe.
Terus nich, gimana contoh penggunaan hampir dan nyaris yang sesungguhnya tepat guna dan nga melenceng?
Sebagai contoh sederhana, mari kita lihat kalimat ini:
- Tim kami hampir berhasil menjuarai pertandingan minggu lalu.
- Tim kami nyaris berhasil menjuarai pertandingan minggu lalu.
- Kapal kami hampir tenggelam di tengah laut.
- Kapal kami nyaris tenggelam di tengah laut.
Contoh (1) dan (2) menggunakan kata berhasil yang diinginkan oleh tim kami. Maka, ingat-ingatlah aturan yang telah kita ketahui sebelumnya: kata nyaris digunakan untuk dikaitkan dengan peristiwa yang tidak diinginkan.
Jelas, kata nyaris dan berhasil tyda bisa disatukan, my lov~
Akan jadi jauh lebih sesuai dengan rules kalau kalimat nomor (2) kita ubah menjadi: “Tim kami nyaris gagal menjuarai pertandingan minggu lalu.”
See? Kelihatan nga nich bedanya? Hampir berhasil sudah tepat digunakan, mengingat sifat netral pada kata hampir. Dengan sifat netral ini pula, tidak ada salahnya kalau kita menulis: “Tim kami hampir gagal menjuarai pertandingan minggu lalu.”
Sementara itu, di contoh (3) dan (4), kata yang dipakai adalah tenggelam, yang tentu tidak diinginkan terjadi. Dalam hal ini, penggunaan kata hampir diperbolehkan karena sifatnya yang netral, seperti halnya kata nyaris yang siap mendampingi kata-kata yang maknanya tidak diinginkan, gaes~
Kalau diringkas, kurang lebih begini:
- hampir berhasil (betul)
- nyaris berhasil (salah)
- hampir gagal (betul)
- nyaris gagal (betul)
- hampir tenggelam (betul)
- nyaris tenggelam (betul)
Dengan kata lain, kata hampir bisa membawa makna mengecewakan karena hal-hal yang kita inginkan bisa saja tidak terjadi, meski ada kemungkinan pula untuk terjadi. Di sisi lain, kata nyaris menggambarkan keuntungan bagi kita, karena hal-hal yang tidak kita inginkan hanya “hampir-saja-terjadi”.
Sampai sini Zulaikha paham? Ismail udah ngerti? Siti Maimunah?
Kesimpulan pelajaran kita hari ini adalah: bertanyalah pada diri sendiri. Pahami hal-hal apa yang sesungguhnya kita inginkan terjadi dan tidak kita inginkan terjadi. Sesungguhnya, penggunaan kata hampir dan nyaris pun berkaitan dengan hal-hal tersebut.
Udah ngerti? Latihan dulu, ya.
Coba, kalau kamu ditanya hampir berjodoh atau nyaris berjodoh, kamu mau jawab apa?