MOJOK.CO – Daripada repot-repot mikirin cara biar nggak disadap, kenapa nggak coba cara paling mudah, sederhana, dan (sepertinya) bakal manjur ini?
Beberapa hari lalu, lini masa media sosial digemparkan dengan pengakuan Facebook yang mengaku mencuri dengar pembicaraan para pemilik akun di lamannya. Seperti yang telah ditulis oleh redaktur kami, Yamadipati Seno, di sini, Facebook menyebutkan bahwa mereka menguping dan menyalin klip audio dalam percakapan Messenger, seperti dikabarkan oleh CNNindonesia.
Sejak 2015, Facebook Messenger menawarkan fitur menyalin klip audio menjadi teks. Fitur ini bakal tetap bisa mencuri dengar pembicaraan meskipun kita sudah menonaktifkannya.
Selain Facebook, raksasa teknologi seperti Google, Apple, Microsoft, dan Amazon dikabarkan juga membayar kontraktor untuk mencuri dengar pengguna lewat perangkat speaker dan layanan asisten berbasis suara mereka secara eksplisit.
Dengan kata lain, ini menerangkan kenapa kita kerap melihat iklan-iklan produk tertentu, tepat setelah kita membicarakannya sembari meletakkan hape di sekitar kita. Ngeri abis nggak, sih, kalau beneran disadap? Berasa lagi diikutin secret admirer yang clingy dan pengin berusaha mengikuti semua kemauan kita, kan?
Bukan cuma dari audio dan Facebook, hal serupa terjadi pula pada aplikasi sister group satu-atap mereka, yaitu WhatsApp. Bukan satu-dua kali pengguna WhatsApp mengeluhkan keanehan yang membuat mereka merasa disadap, seperti yang misalnya ditulis seorang pengguna pada status Facebook-nya:
Wow, sudah mengeluhkan sesuatu yang terjadi di WhatsApp, ditulis di Facebook pula. Kombo betul. Tapi, kalau dipikir-pikir, ini memang mencurigakan dan sering terjadi. Coba, deh, diingat-ingat—kamu pasti juga pernah, kan, lagi ngomongin sesuatu di chat bareng temanmu, eh tahu-tahu iklannya muncul di Facebook???
Hampir semua orang merasa ngeri dan tak nyaman dengan “penyadapan” ini. Beberapa merasa ini sudah terlampau tak aman dan seharusnya tidak terjadi. Tak sedikit pula yang memutuskan mengobrol dengan orang lain sambil mematikan hape demi menghindari kemungkinan disadap.
Tapi, bagaimana cara paling efektif yang benar-benar dapat mengakali hape yang diduga disadap hanya demi kepentingan konten dan iklan???
Kalau kamu jeli, sesungguhnya Mojok telah memberikan solusi paling sederhana dan mudah dilakukan. Bahkan, kamu bisa mulai menerapkannya sekarang agar obrolanmu sama selingkuhanmu teman-temanmu di WhatsApp lebih aman dan terjamin, yaitu dengan…
…menggunakan gaya bahasa alay!!!!!11!!1!!!
Kalau ada orang-orang yang menerapkan penulisan judul dalam berita tertentu menggunakan campuran huruf dan angka sehingga terkesan alay demi lolos sensor, kenapa kita nggak melakukan hal yang sama pada pesan pribadi di kolom chat pada WhatsApp, coba? Gaya bahasa alay ini, kan, lebih unpredictable. Artinya, bakal jadi lebih susah bagi pembaca data yang menyadap hape kita untuk memahami apa yang sedang kita bicarakan.
Maksud saya, mereka mungkin bisa dengan mudah memahami kalimat kita “Aku pengin beli sepatu Nike, nih!” dalam pesan yang kita kirim ke pacar, tapi coba pikir—mana mungkin mereka paham kalimat “Aq0e p3n6eN 83Li 5eP47oE N1K3, n1cH!”???
Pokoknya, gaya bahasa alay ini nyatanya memang bisa jadi P3K (Pertolongan Pertama Pada Kemungkinan-Disadap) yang paling mudah dilakukan. Ya, meski terkesan menjijikkan dan tidak intelek, justru di situlah sesungguhnya keindahan menjadi alay: selamat dari kemungkinan disadap. Selain robot pencuri datanya bakalan keburu bingung dan nggak ngerti, otak kita sendiri pun bakal jadi lebih sehat karena bakal berpikir maksimal selama 24 jam penuh.
Ya gimana nggak maksimal, orang mau nulis “Kamu lagi mau makan apa?” aja harus ngabisin waktu 15 menit demi bisa nulis “K4m0o L@91 m4u m@KaN @p$?”, kok!