Sejarah Tuslah Kereta Api, Sajian Makan Gratis Untuk Penumpang Kelas Utama

Sejarah Tuslah Kereta Api, Sajian Makan Gratis Untuk Penumpang Kelas Utama MOJOK.CO

Sejarah Tuslah Makan Kereta Api (ArtsyBee/Pixabay.com)

MOJOK.CO – Tuslah mungkin terdengar asing di telinga. Namun, anak kereta begitu menantikan layanan ini. Tuslah itu apa sih?!

Istilah tuslah kerap disalahpahami dengan jatah makan gratis di kereta. Padahal, pengertian tuslah lain dari itu. Tuslah merupakan kata serapan dari bahasa Belanda “toeslag” yang artinya biaya tambahan. Menurut KBBI, tuslah berkenaan dengan karcis atau tiket angkutan, baik darat, laut, maupun udara.

Sederhananya, tuslah adalah biaya tambahan yang diminta oleh operator angkutan dan dibebankan pada tarif karcis atau tiket. Sebagai ganti dari penambahan tersebut, operator angkutan akan memberi pelayanan lebih. Namun, belakangan pelayanan tambahan tersebut entah kenapa tereduksi jadi hanya sebatas makanan.

Melacak sejarah tuslah makanan di kereta api

Tradisi tuslah di perekeretaapian Indonesia sudah ada zaman Hindia Belanda. Tuslah berbentuk makanan “gratis” (padahal tidak sepenuhnya gratis) biasanya tersedia untuk para penumpang kelas tertinggi. Hal itu terlacak pada temuan kanal YouTube Kereta Nostalgia. Di sebuah film promosi Staatsspoorwegen (SS) terlihat jelas pelayan kereta kelas termewah memberikan tuslah atau makanan kepada penumpangnya.

Staatsspoorwegen (SS) membagikan tuslah dengan cara memanggil penumpang untuk makan malam ke gerbong restorasi. Petugas kereta akan memanggil penumpang dengan mengetuk gong sambil berkeliling gerbong. Di gerbong restorasi, penumpang bisa memilih berbagai menu yang tersedia.

Layanan ini sempat terhenti pada masa Perang Dunia II dan Perang Kemerdekaan. Namun, pada 1953 kembali hidup saat Bung Karno mereformasi perkeretaapian Indonesia. Dua kereta malam jarak jauh; Kereta Fadjar dan Bintang Sendja memberikan sajian makanan mewah.

Penumpang bahkan bisa memilih sendiri chef untuk makan malam. Sementara itu saat pagi, pelayan akan mengantarkan makanan ke tempat duduk penumpang. Buktinya terlacak dari Buku Menu karya Indra Krisna Murti.

Tradisi tuslah dari masa ke masa

Pada 1957, pelayanan tuslah makan sedikit berubah. Dari yang menawarkan pilihan menu berganti menjadi sistem menu prasmanan di gerbong restorasi. Layanan itu tersedia untuk penumpang Kereta Bima.

Zaman berganti, sistem pelayanan tuslah kembali berubah seiring dengan kemunculan kereta Argo dan Ekskutif Satwa. Pemberian tuslah makan mengadaptasi cara yang berlaku di angkutan pesawat. Yakni dengan menyediakan paket makanan pada nampan saji yang dibagikan. Menunya beragam dan tak ada standar yang pasti. Jika beruntung, penumpang bisa mendapatkan menu nasi kuning istimewa khas Argo Lawu.

Seiring waktu, bukan hanya menunya yang berubah, tapi juga cara penyajiannya. Nampan saji yang berwarna hijau berganti menjadi kotak makan berbahan stainless. Bahkan pada Kereta Taksaka, makanan terjadi di kotak makanan dari alumunium foil sekali pakai.

Kemudian, jatah makan berubah lagi, tereduksi jadi hanya snack berat yang terjadi menggunakan kotak makan. Akhirnya terjadi penyamaan penyajian tuslah antara kereta api jarak jauh dengan jarak menengah. Keduanya sama-sama hanya dapat snack.

Sempat terhapuskan

Per 1 Agustus 2009, PT KAI tak lagi menyediakan tuslah atau makan gratis untuk penumpang. Penghapusan tersebut adalah bentuk upaya agar kereta api bisa bersaing dengan angkutan lain. Konon, perubahan tersebut bisa membuat tarif kereta turun Rp5000–Rp20.000.

”Tujuan utama penghapusan tuslah makanan dan minuman sehingga tarif KA turun adalah meningkatkan daya kompetisi tarif dari angkutan kereta dibanding angkutan lain,” ujar Vice President Public Relations PT Kereta Api, Adi Suryatmini, melansir Kompasiana.com.

Beruntung saat ini layanan tersebut kembali hadir. Kalian bisa mendapatkan makan gratis jika menaiki kereta kelas eksekutif.

Tuslah telah jadi bagian dari perkembangan kereta api dari zaman ke zaman. Bentuk tertinggi pelayanan untuk penumpang. Meski hanya bisa dinikmati di kelas termahal dan kerap dikritik karena kualitas menunya, tapi ada banyak kenangan yang tersimpan di balik sajian tuslah.

Kalian pernah dapat makan gratis apa?

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Motor Jialing: Ketika Cina Mengusik Eksistensi Motor Jepang di Indonesia
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version