ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Kilas

Tugu Pagoda Wates dan Kisah Membaurnya Etnis Tionghoa dan Jawa di Kulon Progo

Iradat Ungkai oleh Iradat Ungkai
19 September 2023
0
A A
Tugu Pagoda dan Kisah Membaurnya Etnis Tionghoa dan Jawa di Wates MOJOK.CO

Tugu Pagoda (Instagram/Panorama Kulon Progo)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Tugu Pagoda Wates kerap terabaikan keberadaannya. Padahal, tugu ini menyimpan sejumput kisah toleransi antara etnis Tionghoa dan Jawa. Seperti apa kisahnya?

Kota Wates memiliki sebuah tugu bersejarah. Tugu tersebut terletak di sebelah utara rel kereta api, di tengah pertigaan antara Jalan Perwakilan, Sutijab, dan Kweni, Wates, Kulon Progo. Orang mengenalnya dengan Tugu Pagoda.

Tugu ini berbentuk persegi panjang meruncing bersusun ke atas seperti sebuah bangunan Pagoda. Sebagai informasi tambahan, Pagoda di China dan sejumlah negara di sebelahnya menjadi tempat ibadah umat Buddha. Lantas mengapa tugu bebentuk Pagoda berdiri di Wates?

Tugu Pagoda Wates, persembahan warga Tionghoa kepada Paku Alam VII

Tugu Pagoda Wates berdiri pada 23 Desember 1931. Bangunan ini merupakan ucapan terima kasih warga etnis Tionghoa kepada Paku Alam VII. Sekaligus menjadi peringatan 25 tahun bertahtanya sang penguasa Adikarto dan 100 tahun usia Kabupaten. Bagi yang belum tahu, Paku Alam VIII penguasa Kadipaten Pakualaman, salah satu dari empat kerajaan pecahan Kerajaan Mataram Islam.

Beliau memiliki nama asli BRMH Sularso Kunto Suratno. Pada 13 April 1937, beliau menggantikan ayahnya menjadi penguasa Adikarto dan menyandang gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo. Pada 30 Oktober 1945, ia besama Sri Sultan Hamengku Buwana IX sepakat menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Beliau pernah menjabat di sejumlah posisi strategis. Antara lain Wakil Gubernur DIY (1950-1988), Gubernur Militer DIY berpangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II), hingga Gubernur DIY (1988-1998).

Baca Juga:

kristen muhammadiyah mojok.co

Muncul Kristen Muhammadiyah di Daerah Terpencil, Apa Itu?

29 Mei 2023
200 Warga Padukuhan di Sleman Syawalan dan Paskahan Bersama. MOJOK.CO

200 Warga Padukuhan di Sleman Syawalan dan Paskahan Bersama

29 April 2023

Representasi hubungan baik etnis Tionghoa dan Jawa

Tugu Pagoda Wates merupakan representasi hubungan baik antarkelompok etnis Tionghoa dan Jawa. Pembangunan tugu ini sejatinya berkaitan dengan perkembangan dan pembangunan Kota Wates. Pendirian tugu ini sejatinya Paku Alam VI yang mengawali, beliau mendapat dukungan penuh dari para warga diaspora Tionghoa kala itu.

Sejarawan dan budayawan Kulon Progo, Ahmad Athohillah mengatakan ada perjanjian yang dilakukan oleh Pakualam VII dan Perwakilan Tionghoa. Momentum awal di mana warga Tionghoa diiizinkan mengontrak tanah di Wates.

“Yaitu sejak 1912-1987, penandatanganan tersebut dilakukan oleh Paku Alam VII dan Perwakilan Tionghoa di Temon yang difasilitasi oleh Demang Surontani,” ujarnya, melansir dari Liputan6.com.

Setelah itu, warga Tionghoa kemudian satu per satu bermukim di Wates. Mereka berkelompok dan membentuk kampung Pecinan di Wates. Bisnis perdagangan mereka sukses semenjak Paku Alam VII memberi izin Tionghoa mengelola lahan, perdagangan, dan perkebunan.

Menjadi bangunan cagar budaya

Ketika pertama kali berdiri, Tugu Pagoda Wates berwarna putih. Seiring berjalannya waktu, tugu ini sempat berganti cat beberapa kali, warna kuning kombinasi hijau sebelum kembali ke warna awal dengan tambahan warna emas.

Tugu ini memiliki tinggi keseluruhan 4,3 meter dengan lebar 1 meter. Di tengah bangunan berbentuk kubus ini terdapat ornamen geometris yang tiap sisinya berjumlah 5 buah. Di salah satu dindingnya terdapat prasasti marmer bertuliskan aksara cina. Inti dari dari tulisan aksara cina tersebut adalah ucapan terima kasih kepada Paku Alam VII. Di sisi lainnya terdapat juga tulisan berbahasa Indonesia dengan ejaan lama.

Kendati terkesan sederhana, tugu ini merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Wates. Keberadaannya sejajar dengan Sembilan bangunan kolonial lainnya. Antara lain gedung pegadaian, stasiun kereta api, kawasan rumah di Jogoyudan-Mutihan, Wakapan dan depan Pasar Wates, Kantor Panwaslu, SD Percobaan, Media Centre, Bangunan Polres Kulonprogo lama, dan Bale Agung.

Bangunan yang menjadi simbol toleransi dan kerukunan antaretnis ini termasuk ke dalam bangunan cagar budaya. Kuntadi, warga Wates, menceritakan bagaimana dulu kerukunan antara etnis Tionghoa dengan warga sekitar terbangun.

“Dulu zaman kakek saya, puluhan tahun lalu, ketika Imlek pasti orang Tionghoa selalu mengundang tetangganya untuk makan bersama. Tapi saat ini tradisi itu berangsur menghilang dengan berkurangnya etnis Tionghoa di Kulon Progo,” ujarnya dalam wawancara dengan kulonprogo.sorot.co.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Tugu Pensil Kulon Progo dan Kisah Panjang Pemberantasan Buta Huruf di Baliknya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 19 September 2023 oleh

Tags: tionghoaToleransitugu pagodawates
Iradat Ungkai

Iradat Ungkai

Kadang penulis, kadang sutradara, kadang aktor.

Artikel Terkait

kristen muhammadiyah mojok.co
Pendidikan

Muncul Kristen Muhammadiyah di Daerah Terpencil, Apa Itu?

29 Mei 2023
200 Warga Padukuhan di Sleman Syawalan dan Paskahan Bersama. MOJOK.CO
Kilas

200 Warga Padukuhan di Sleman Syawalan dan Paskahan Bersama

29 April 2023
singkawang mojok.co
Sosial

Meneladani Singkawang, Kota Paling Toleran di Indonesia

14 April 2023
Ilustrasi daerah di Indonesia yang tidak toleran. MOJOK.CO
Kilas

10 Kota Paling Tidak Toleran di Indonesia, Cilegon Nomor Pertama

14 April 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Sampaikan 5 Gagasan Jika Jadi Presiden, Anies Baswedan Bakal Reformasi Kepolisian MOJOK.CO

Sampaikan 5 Gagasan Jika Jadi Presiden, Anies Baswedan Bakal Reformasi Kepolisian

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Jurusan fisioterapi.MOJOK.CO

9 Jurusan Fisioterapi Terbaik di Indonesia, Pilihan Kuliah Prospek Kerja Tinggi

22 September 2023
Skenario Terkait Dua Poros dalam Pilpres 2024, Pengamat: Anies-Imin Bisa Bubar MOJOK.CO

Skenario Terkait Dua Poros dalam Pilpres 2024, Pengamat: Anies-Imin Bisa Bubar

22 September 2023
Presiden Joko Widodo restui Kaesang jadi Ketua Umum PSI (Foto- Dok YouTube DPR RI)

Pengamat: Jokowi Bisa Jadi Nakhoda PSI Jika Hengkang dari PDIP

29 September 2023
Kampung Sayidan, Kampung Arab dalam Lagu Shaggydog MOJOK.CO

Menelusuri Kampung Sayidan, Kampung Arab dalam Lagu Andalan Shaggydog

26 September 2023
ilustrasi tan malaka pemikir militerisme indonesia

Tan Malaka: Sang Pemikir Militerisme dan Ahli Strategi Perang Indonesia

22 September 2023
Sisi Gelap Dunia Pesantren dari Mairil hingga Maling Kutang

Sisi Gelap Pondok Pesantren, dari Maling Kutang hingga Menyukai Sesama Jenis

26 September 2023
Jurusan IPS SMA.MOJOK.CO

Jurusan IPS SMA Bisa Jadi Apa? Berikut Jurusan Kuliah hingga Prospek Kerjanya

27 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In