MOJOK.CO – Kuburan kereta Purwakarta memerah. Lokomotif tua yang terkulai lemah terpanggang si jago merah.
Kebakaran bermula saat petugas pemotongan gerbong tua tak sengaja menjatuhkan api percikan las ke bagian bawah bangkai kereta. Api menyala, membesar, dan menyerempet ke besi tua lainnya.
Narasi di atas bukanlah karangan fiktif. Peristiwa tersebut nyata terjadi di Stasiun Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (31/8) sekitar pukul 11.30 WIB. Kabar tersebut ramai jadi perbincangan beberapa waktu ke belakang. Beruntung, tak ada korban jiwa.
Kuburan kereta sedikit asing di telinga. Tidak banyak orang membicarakannya. Padahal, dunia perekeretaapian Indonesia membutuhkan tempat semacam ini. Dan, peristiwa yang terjadi di Stasiun Purwakarta bisa jadi momentum mengenal kuburan kereta lebih jauh.
Tidak ada yang abadi di dunia ini, kereta api pun pada akhirnya mati
Kuburan kereta Purwakarta merupakan salah satu tempat peristirahatan terakhir lokomotif dan gerbong tua. Kereta-kereta yang bersemayam di sana beristirahat karena sudah tua, suku cadangnya telah tiada, dan printilannya tak berguna lagi.
PT KAI biasa memperlakukan bangkai-bangkai kereta tersebut dengan menumpuknya. Sebagian yang lain ditaruh ke liang sebelum menimbunnya dengan tanah layaknya jasad makhluk hidup. Kendati demikian, ada pula unit yang dijual, dikilokan, dihancurkan sebelum kemudian PT KAI menghapusnya dari daftar sarana.
Kuburan kereta Purwakarta adik kandung Stasiun Purwakarta
Kuburan kereta Purwakarta masuk dalam kompleks Stasiun Purwakarta. Lokasinya berada di Jalan Kolonel Kornel Singawinata No. 1 Nagritengah, Purwakarta, Jawa Barat. Stasiun yang berjarak 103 km dari Jakarta Kota ini masuk dalam Daerah Operasi 2 Bandung.
Stasiun ini memiliki sejarah yang panjang. Berdiri pertama kali di era kolonial, yakni pada 27 Desember 1902. Penggagasnya adalah perusahaan kereta Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS). Pembangunan stasiun ini berkaitan dengan pembukaan jalur kereta Cikampek–Purwakarta. Tujuan proyek ini ialah untuk memangkas waktu tempuh kereta api rute Jakarta–Bandung.
Semasa perang kemerdekaan, stasiun ini berfungsi sebagai tempat membongkar dan mengangkut kendaraan militer untuk keperluan perang. Saat lokomotif uap masih berjaya di kawasan pegunungan Parahyangan, stasiun ini menjadi tempat pergantian lokomotif bagi rangkaian kereta yang datang dari Jakarta menuju Bandung. Oleh sebab itu, stasiun ini memiliki depo lokomotif yang cukup besar.
Depo lokomotif ini berhenti beroperasi pada pertengahan 1980-an, setelah PT KAI memensiunkan dan mengafkir massal lokomotif uap. PT KAI kemudian merenovasi tempat ini dan membangkitkan kembali fungsinya.
Pekarangan emplasemen stasiun inilah yang PT KAI manfaatkan menjadi kuburan kereta Purwakarta. Lokasi tepatnya berada di sebelah kiri pojok emplasemen stasiun yang mengarah ke Stasiun Ciganea. Beberapa unit Kereta Rel Listrik (KRL) ekonomi non-AC lintas Jabodetabek yang berhenti beroperasi pada 25 Juli 2013 bersemayam di sini.
Sejumlah kuburan kereta di Indonesia, tempat bikin konten muda-mudi masa kini
Kuburan kereta Purwakarta bukan satu-satunya tempat peristirahatan terakhir kereta. PT KAI punya beberapa alternatif tempat lain. Antara lain Stasiun Cikampek, Depo Balai Yasa Manggarai, Stasiun Cikaum CKM Subang, Stasiun Sidotopo Surabaya, Balai Yasa Yogyakarta, dan Dipo Depok.
Berbeda dari kuburan manusia yang cenderung orang hindari, kuburan kereta justru banyak yang mencari. Belakangan muncul tren anak muda mengunjungi tempat-tempat besi tua bersemayam ini. Mereka memanfaatkan kuburan kereta sebagai tempat bikin konten. Tumpukan bangkai kereta mati itu mereka jadikan latar belakang foto dan video estetik.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Balai Yasa Yogyakarta: Bengkel Kereta Tertua dan Terbesar, Tempat Segala Penyakit Disembuhkan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News