MOJOK.CO – Di tengah puing-puing bekas Pasar Godean, terdapat satu bangunan mungil yang tidak ikut dibongkar. Di dalamnya terdapat dua nisan tua yang menyimpan segudang misteri.
Jauh sebelum Pasar Godean diratakan untuk revitalisasi, Mojok sempat mendatangi makam yang dipercaya warga sekitar sebagai pusara Mbah Jembrak. Konon katanya, Mbah Jembrak yang disebut juga dengan Senopati Gagak Handoko merupakan prajurit Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa. Mojok juga memperoleh informasi-informasi, berikut ini hasilnya.
Lokasi makam
Makam Mbah Jembrak menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri di antara puing-puing.Sebelum pasar diratakan dengan tanah, makam itu terletak di sisi selatan dekat pintu masuk utama. Letaknya di samping kios perhiasan, berdekatan dengan area parkir.
Di sana ada sebuah pintu kayu yang menghadap ke arah tenggara. Bagi mereka yang tidak akrab dengan Pasar Godean, ruangan berpintu kayu itu bisa saja mereka anggap gudang atau ruang tidak terpakai. Padahal di dalamnya terdapat dua nisan pusara Kyai Jembrak dan Nyai Jembrak.
Ruangan itu tidak besar, kurang lebih berukuran 3×3 meter saja. Lantai keramik putih mengelilingi dua nisan yang bersebelahan. Dua nisan itu tertutupi kain berwarna putih dengan kerangka kayu mengeliling.
Jadi tempat ziarah
Makam Mbah Jembrak kabarnya sudah ada jauh sebelum pasar berdiri. Ketika bangunan fisik pasar berubah menjadi lebih besar dan tertata pada dekade 1990-an, makam tersebut tidak terkena relokasi. Tidak mengherankan apabila tukang parkir, satpam, dan pedagang sempat bercerita sering ada peziarah ke sana.
Peziarah yang datang kebanyakan berasal dari luar daerah dan pihak kraton. Pengelola pasar sempat memasang gembok di pintu makam. Namun hal itu tak terlaksana mengingat akan merepotkan peziarah dan pengelola.
Makam prajurit atau penasihat spiritual?
Penelusuran di internet menjelaskan, Mbah Jembrak adalah prajurit Pangeran Diponegoro selama perang Jawa yang juga bernama Senopati Gagak Handoko. Sumber lain menyebutkan, nama ini menyandang jabatan sebagai adipati terakhir di Laono dan wafat pada 1836.
Mojok menemui narasumber yang mengaku sudah mengulik tentang makam Mbah Jembrak sejak 1996, Agus Tri Yuwono. Ia menjelaskan bahwa Mbah Jembrak bukan sekadar tokoh Perang Jawa, perannya jauh lebih besar dari itu. Berdasarkan hasil penelusurannya, sosok Mbah Jembrak adalah pria asal Kediri yang menjadi guru spiritual Sultan Agung. Dari Mbah Jembrak lah raja besar Mataram Islam itu berguru soal ilmu kebatinan dan spiritualisme Jawa.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro Rahadi Saptata Abra belum pernah mendengar nama Mbah Jembrak sebagai anak buah dari Diponegoro selama perang. Namun, Rahadi tidak menutup kemungkinan itu karena sekitar tiga kilometer di utara makam tersebut terdapat Dusun Kasuran. Dusun itu menurut sejarawan Peter Carey dalam Kuasa Ramalan sebagai salah satu lokasi pertempuran Sentot Alibasah di masa awal Perang Jawa.
Nasib setelah revitalisasi Pasar Godean
Sudah sejak lama Pemerintah Kabupaten Sleman berencana merevitalisasi Pasar Godean. Tahapan saat ini adalah penyiapan lahan hingga April 2023. Setelahnya akan lanjut dengan proses pembangunan pada Mei 2023.
Kendati bagunan pasar berubah, keberadaan makam keramat itu akan tetap seperti semula. Mereka akan mempertahankan posisi sekarang dan membuatnya menjadi lebih terbuka. Asal tahu saja, saat ini dua nisan itu terletak dalam sebuah ruangan yang gelap karena tidak ada celah bagi sumber cahaya maupun udara untuk masuk.
Penulis: Syaeful Cahyadi
Editor: Kenia Intan