Hari libur Natal tahun tahun ini boleh jadi adalah hari libur yang kelam bagi segenap kader dan simpatisan Partai Idaman alias Partai Islam Damai Aman. Pasalnya, kemarin, partai besutan Wak Haji Rhoma Irama ini dinyatakan tidak lolos verifikasi administrasi dan tidak bisa lanjut ke tahap verifikasi faktual oleh KPU.
“Dari bukti yang kita terima tadi, ada beberapa daerah yang tidak memenuhi syarat. Nanti kita cocokkan dengan data yang kita miliki,” ujar Sekjen Partai Idaman Ramdansyah di kantor KPU.
Partai Idaman adalah satu dari sembilan partai yang diminta oleh KPU untuk memperbaiki kelengkapan administrasi dan mendaftar kembali setelah sebelumnya dinyatakan gagal. Sembilan partai tersebut adalah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Idaman, Partai Republik, Partai Bhinneka Indonesia, Partai Rakyat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) kubu Hendropriyono, Partai Indonesia Kerja (PIKA), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), dan Partai Suara Rakyat Indonesia (Parsindo).
Dari sembilan partai ini, tujuh diantaranya dinyatakan tidak lolos ke tahap verifikasi faktual, dan Partai Idaman menjadi salah satunya.
Hal ini tentu saja menjadi pukulan berat bagi Rhoma Irama dan segenap pengurus partai Idaman. Pasalnya, banyak kader dan simpatisan yang sangat yakin partai Idaman bisa terus melaju dan berlaga di Pemilu 2019.
Partai dengan warna identitas yang menyerupai warna label kecap Bango ini sebelumnya memang diyakini akan menjadi warna baru dalam percaturan politik tanah air. Maklum saja, banyak kesegaran-kesegaran yang ditawarkan oleh partai ini. Mulai dari proses deklarasinya yang disampaikan melalui lagu, sampai kehebohannya karena ketua dewan Syuro partai Idaman sempat menjadi gubernur DKI, walau statusnya tandingan.
Selain itu, pesona Rhoma Irama juga dinilai menjadi hal yang segar dalam lanskap persaingan politik. Ia adalah sosok yang unik dan dahsyat.
Ketika politisi lain sibuk dengan ide-ide kebhinekaan, persatuan, atau mental bernegara, Rhoma Irama justru hadir menyerukan kepada rakyat untuk jangan terlalu banyak begadang, meninggalkan judi, menjauhi mirasantika, sampai menghormati dan menyayang ibu sendiri. Ajakan yang ia tentu saja lebih riil, lebih nyata, lebih fundamental, dan lebih kontekstual.
Sosok seperti itu tentu tak bisa kita temukan pada partai lain.
Yah, tetaplah tabah, Wak Haji. Kita semua tahu dirimu cinta pada Indonesia, dan ingin ikut serta sebagai bagian dari kemajuan negara ini. Tapi percayalah, Wak, membangun negara bisa dilakukan dengan nada dan dakwah, tidak mesti lewat partai politik. Dan sejauh ini, dirimu sudah melakukannya, dengan sangat gemilang.
Tidurlah yang nyenyak, Wak. Jangan banyak begadang, kalau tiada artinya.