Barangkali 15 warga Temanggung, Jawa Tengah, selama ini tak menyangka kalau rumah mereka yang sudah tak layak huni bakal “disulap”. Menjadi sebuah rumah yang tidak hanya nyaman, tapi juga aman dan sehat.
***
Dengan kurun pengerjaan beberapa bulan terakhir, sebanyak 15 rumah tak layak huni (RTLH) di Desa Bonjor, Kecamatan Tetap dan Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Temanggung direnovasi menjadi rumah sederhana layak huni (RSLH) oleh PT Djarum.
RSLH sendiri merupakan lanjutan program dari PT Djarum untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, khususnya di Kudus dan Jawa Tengah. Selain juga sebagai upaya membantu pemerintah dalam mempercepat pengentasan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah.
Total Rp900 juta untuk perbaikan rumah di Temanggung
General Manager Community Development PT Djarum, Achmad Budiharto menjelaskan, program RSLH sebenarnya sudah berlangsung sejak 2022. Jumlah rumah yang diperbaiki pun terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hingga saat ini, ada sebanyak 360 lebih RTLH di Jawa Tengah yang mendapat bantuan perbaikan oleh PT Djarum. Targetnya hingga akhir 2025 nanti total ada 600 lebih RTLH di Jawa Tengah yang mendapat bantuan.
“Rumah yang direnovasi akan mengacu pada tiga aspek dasar, yakni aman, nyaman, dan Karena kami ingin setiap yang tinggal di rumah tersebut merasa aman. Salah satunya dengan pondasi dan bangunan yang kuat, nyaman dan sehat dengan pengaturan sirkulasi udara, pencahayaan dan sanitasi yang baik,” papar Budiharto dalam penyerahan simbolis bantuah RSLH di Gedung Sasana Gita, Parakan, Temanggung, Rabu (30/7/2025) pagi WIB.

Dengan berdasar tiga aspek tersebut, Budiharto berharap kualitas hidup masyarakat juga semakin meningkat.
Untuk bantuan RSLH di Temanggung ini, PT Djarum menggelontorkan biaya total sebesar Rp900 juta. Masing-masing rumah menerima Rp60 juta, sehingga penerima manfaat tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali.
Adapun luasan setiap rumah yang telah direnovasi mencapai 34 meter persegi, meliputi ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur.
Sanitasi juga jadi perhatian
Lebih lanjut, Budiharto membeberkan, ada setidaknya tiga kriteria rumah yang mendapat bantuan RSLH.
Pertama, keluarga yang kesulitan untuk memenuhi sandang, pangan, papan. Kedua, rumah yang dibangun harus memiliki status kepemilikan yang jelas. Dan ketiga, rumah yang penghuninya masih produktif.
“Yang masih produktif artinya masih punya putra putri. Karena mereka inilah yang nantinya menjadi generasi emas,” tutur Budiharto.
Sebagai upaya untuk memberi ruang hidup layak bagi para calon generasi emas tersebut, PT Djarum juga aktif melakukan perbaikan sanitasi rumah warga bertajuk “Sanitasi Terpadu Djarum” dengan target sekitar 300 unit sanitasi individu yang tersebar di tiga desa di Temanggung, yakni Desa Rowo, Pendowo, dan Samiranan.
“Program ini berawal dari upaya menekan stunting. Karena salah satu faktor stunting adalah soal kesehatan hidup. Dari sinilah kami membenahi sanitasi. Sehingga mengubah perilaku hidup sehat masyarakat,” jelas Budiharto.
Perubahan perilaku hidup sehat itu, kata Budiharo, harus disokong dengan infrastruktur yang mendukung. Misalnya ketersediaan jamban yang aman dan tidak terkontaminasi.
Kolaborasi entaskan kemiskinan di Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, yang turut hadir menyampaikan terima kasih dan apresiasinya atas keterlibatan PT Djarum dalam mengentaskan kemiskinan di Jawa Tengah.
Lebih-lebih, di Jawa Tengah saat ini masih terdapat 1 juta lebih rumah dalam kondisi tak layak huni. Oleh karena itu, Luthfi menekankan pentingnya kolaborasi antara banyak pihak dalam rangka percepatan kemiskinan di wilayahnya tersebut.
“Perlu saya sampaikan, memang dalam rangka mereduksi miskin ekstrem yang kualifikasi P1 dan P2, ini perlu kerja kolaborasi. Tidak hanya kepada CSR perusahaan, organisasi massa, potensi masyarakat lain, termasuk juga dari pemprov sudah menganggarkan,” ujarnya.
Luthfi menegaskan, Pemprov Jawa Tengah telah mengalokasikan perbaikan untuk 17.000 unit yang tersebar di 35 kabupaten/kota untuk 2025 ini. Selain itu, dia juga menargetkan penuntasan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah pada 2029 mendatang.
“Tidak hanya RTLH, kita tempelkan juga bansosnya, kesehatan, pendidikan, kebutuhan pokok, sehingga secara tidak langsung sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan, akan nempel pada mereka yang miskin ekstrem,” ucap Luthfi.
“Tiap triwulan kita lakukan evaluasi agar di seluruh kabupaten/ kota ini memiliki sense of crisis terhadap miskin ekstrem, yang nantinya kita dapat perangi,” pungkasnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Impian Rumah Layak Pemulung Tunanetra di Kudus yang Kini Menjadi Kenyataan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan