MOJOK.CO – Perekonomian global akan penuh tantangan tahun depan. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan memprediksi jurang resesi tidak terhindarkan lagi. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pakar menyebut masyarakat masih bisa berinvestasi secara aman.
Kondisi ekonomi global memang akan menantang tahun depan, akan tetapi Indonesia masih memiliki daya topang ekonomi yang cukup kuat. Deputy Director INDEF Eko Listiyanto menyebut, daya topang itu berasal dari berbagai aspek yang sudah dan akan dilakukan. Indonesia bahkan disebut sebagai salah satu negara yang kuat menahan gejolak ekonomi di masa mendatang.
Eko menjelaskan, outlook ekonomi Indonesia di 2023 memang menunjukkan adanya perlambatan, tetapi tidak akan berujung pada resesi ekonomi.
“Dugaan saya tidak akan sampai terjadi resesi di tahun depan, tapi memang ada penurunan ekonomi. Ekonomi masih bergerak, tapi tidak seperti tahun ini,” jelas Eko dalam acara diskusi yang diselenggarakan Doku Talk.
Walau Indonesia masih tangguh, bukan berarti resesi yang dialami negara-negara lain tanpa dampak sama sekali. Implikasinya, akan ada penurunan permintaan komoditas dan harga. Ini bisa berujung pada tekenan penerimaan negara.
“Ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah untuk menjaga APBN dalam pertumbuhan ekonomi,” imbuh dia.
Investasi di tengah gejolak ekonomi
Walau tidak dalam kondisi yang ideal, kondisi ekonomi Tanah Air yang tangguh membuat iklim investasi di Indonesia masih tergolong aman. Director Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengungkapkan, kondisi itu perlu disikapi secara bijak oleh investor dengan disiplin berinvestasi sesuai dengan profil risiko masing-masing.
“Kita harus disiplin dari profil risiko, perencanaan keuangan, jangka waktu, dan kebutuhan kelas aset yang mana,” ujarnya.
Ia mencontohkan sebuah kasus, kenaikan suku bunga acuan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir membuat obligasi menjadi kurang atraktif. Akan tetapi, ini bukan berarti investor konvensional perlu beralih ke pasar saham yang lebih berisiko.
Sementara untuk investor saham, mereka perlu disiplin melakukan averaging. Bukan lagi melihat tanggal atau bulan, tetapi melihat posisi. Apabila posisi terakhir dibandingkan dengan sekarang memiliki selisih yang lumayan, dapat diambil langkah averaging.
“Terlepas dari fundamental ekonominya yang kuat, kalau kita bicara pasar saham tidak dapat dihindari berita dan sentimen jangka pendek. Jadi harus jeli melakukan averaging,” analisisnya.
Praktisi Perencanaan Keuangan dan Investasi Benny Sufami menambahkan, kondisi ekonomi yang bergejolak sebenarnya memberi peluang investor untuk mengembangkan perencanaan keuangan. Banyak aspek-aspek investasi yang masih bisa dijajaki dalam situasi seperti itu.
“Kita mesti optimistis dengan berbagai situasi. Kondisi ini harus dapat kita manfaatkan dengan mengatur pola perencanaan keuangan yang sehat. Kita harus efektif dan efisien dalam mengatur keuangan kita,” ujarnya.
Benny pun menjelaskan secara sederhana praktek keuangan yang teratur. Misalnya melakukan perencanaan anggaran yang baik, teratur, dan disiplin bagi mereka yang mendapatkan penghasilan bulanan.
“Buat anggaran bulanan, kalau bisa tambah pemasukan dan kontrol pengeluaran. Kemudian, sisihkan penghasilan untuk ditabung. Buat laporan keuangan mingguan, jika perlu harian. Dan jangan lupa, melakukan investasi untuk masa depan dengan portofolio yang sesuai,” tutup dia.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi