MOJOK.CO – Prawirotaman tidak sekadar kampung turis biasa di Jogja. Tempat yang satu ini menyimpan sejarah panjang.
Prawirotaman kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Yogyakarta. Kampung yang terletak tidak jauh dari pusat kota itu menawarkan banyak hal. Mulai dari penginapan, kafe, restoran, hingga operator tour. Kampung ini juga menjadi jujukan bagi mereka yang mencari tempat tongkrongan hingga larut malam.
Sebelum Prawirotaman penuh dengan ingar-bingar pariwisata, kampung ini telah melalui cerita yang panjang. Dahulu Prawirotaman adalah tempat bermukim prajurit Keraton. Tidak hanya sampai di situ, banyak warga Prawirotaman berperan dalam peperangan melawan Belanda ketika Agresi Militer.
Tempat tinggal prajurit Keraton Jogja
Melansir buku “Toponim Kota Jogja”, penamaan Prawirotaman berasal dari satuan prajurit di Keraton Yogyakarta yakni Prawiratama. Kata tersebut terdiri dari dua makna yaitu perawira atau perwira dan tama atau utama. Dengan kata lain, satuan Prawiratama berarti prajurit utama di lingkungan kerajaan yang punya kemampuan lebih dibandingkan yang lain.
Seperti kampung-kampung prajurit keraton yang tersebar di Jogja, Prawirotaman hadir sejak abad ke-19, setelah Geger Sepehi. Penyerbuan Keraton Yogyakarta oleh Inggris pada saat itu memunculkan sebuah perjanjian, prajurit Keraton harus berdomisili di luar benteng. Asal tahu saja, kampung prajurit lain selain Prawirotaman ada Patangpuluhan, Wirobrajan, Ketanggungan, dan masih banyak lagi.
Pasukan Prawiratama memiliki bendera genigraha sebagai identitas. Bentuknya 4 persegi panjang dengan warna dasar hitam. Di sisi tengah ada gambar lingkaran berwarna merah. Ciri khas lain dari pasukan ini adalah busana yang dikenakan. Pasukan Prawiratama mengenakan topi centhungan yang berbentuk seperti cabai pendek berwarna hitam, baju sikepan kelir hitam, baju rangkepan (baju dalam) warna putih, celana selutut kelir merah putih.
Terlibat Hantu Maut
Saat Agresi Militer Belanda 1948, tidak sedikit warga Prawirotaman yang ikut berjuang melawan Belanda. Mereka tergabung dalam sebuah laskar bernama Hantu Maut. Laskar ini terkenal militan dalam melakukan perlawanan hingga membuat Belanda kewalahan.
Salah satu penggerak laskar ini adalah Tulus Mulyahartono. Tulus merupakan keturunan Prawiratama yang juga menjabat sebagai Ketua Rukun Kampung (RK) pertama di Prawirotaman.
Jejak Hantu Maut terlihat dari penyebutan warga terhadap Jalan Prawirotaman II dan Prawirotaman III sebagai Jalan Gerilyah. Kabar yang beredar, di daerah itu menjadi tempat bermarkas Hantu Maut. Jejak lain, didirikan monumen perjuangan Hantu Maut yang terletak di Jalan Prawirotaman No. 24-16.
Prawirotaman sempat menjadi sentra batik
Seiring waktu berjalan, Kampung Prawirotaman berkembang menjadi tempat bermukim keturunan prajurit-prajurit Prawirataman. Beberapa nama trah yang lumayan dikenal seperti Werdayaprawira, Suraprawira, Mangunprawira, Mertaprawira, Pideksaprawira, dan Gandaprawira. Trah ini dihormati warga sekitar karena keturunan abdi dalem dan bisa menjadi panutan.
Keturunan-keturunan prajurit itu kemudian menjadi juragan-juragan batik yang menyediakan lapangan kerja bagi warga. Hingga pada era 1960-1970-an, Prawirotaman lebih dikenal sebagai kampung batik. Selain batik, mereka juga memproduksi kain tenun. Sayangngya, kejayaan sebagai produsen batik dan tenun hingga 1970-an saja. Setelahnya usaha batik Prawirotaman kian redup.
Usaha batik Prawirotaman kini sudah di ujung tanduk, tapi jejaknya masih terlihat di beberapa titik lokasi. Di antara hotel, resto, dan kafe yang kian merebak.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA 20 Nama Kampung di Jogja yang Berasal dari Tugas Abdi Dalem Kraton
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News