Pijat Plus-plus sebagai Bagian dari Khazanah Per-Esek-esek-an

pijat plus-plus

Pijat plus-plus tentu saja bukan barang baru dalam dunia prostitusi. Ia menjadi modus yang umum dalam bisnis esek-esek. Bukan hanya di Indonesia, di luar negeri pun juga demikian. Kalau mau bukti, silakan buka situs bokep kesayangan kalian, di sana, pastilah ada kategori yang khusus berisi video-video bergenre “massage” antara pelanggan dengan terapis pijatnya.

Di Indonesia, bisnis pijat plus-plus tumbuh dengan cukup subur. Ia menggeliat dengan pola pencarian pelanggan yang bervariasi. Dari mulai sistem mulut ke mulut, via WhatsApp, atau melalui akun-akun alter di media sosial.

Beberapa salon pijat plus-plus bahkan sampai punya angaran khusus untuk memasang iklan baris atau iklan kecik di koran-koran lokal. Khusus yang terakhir ini, tentu saja iklannya tidak ada embel-embel “plus-plus”-nya, tapi bahasa iklan yang digunakan sudah cukup membuat orang yang berpengalaman tahu bahwa itu iklan salon pijat yang menawarkan layanan plus-plus.

“Pijat Mbak Midah. Jasa pijat untuk yang tubuhnya pegal-pegal. Dilayani oleh terapis yang berpengalaman, ramah, santun, dan keibuan. Hubungi 0877 1234 1234”.

Selayaknya bisnis, pijat plus-plus juga punya hierarki kelas. Ia punya pembagian kelas atas dan kelas bawah. Salon pijat plus-plus kelas bawah umumnya hanyalah berupa ruko dengan dua atau tiga kamar yang tentu saja sangat kurang representatif (Halah, apalah arti kamar yang representatif, kalau sudah konak, seburuk apa pun kamar toh nggak bakal dipedulikan).

Sedangkan untuk salon pijat plus-plus kelas atas, biasanya menempati bangunan besar lengkap dengan tempat parkir yang memadahi. Ada petugas satpam yang responsif dan siap membantu keperluan pelanggan selayaknya satpam Bank BCA. Ada papan penutup plat nomor yang selain berfungsi untuk menutup identitas mobil juga menutupi rasa malu pemiliknya. Kamar-kamarnya nyaman, lengkap dengan wangi aromaterapi. Handuknya bersih dengan bordiran nama salon. Dan yang pasti, terapisnya juga bukan terapis kaleng-kaleng.

Masing-masing salon pijat biasanya punya kapster atau terapis primadona. Mereka selalu menjadi alasan bagi para pelanggan untuk kembali ke sana. Tak jarang, antar pelanggan bisa sampai rebutan. Primadona-primadona ini kerap mendapatkan “panggilan” di luar kerja yang tentu saja kali ini nggak ada pijat-nya, tapi langsung ke “plus-plus”-nya.

Ah, pijat  plus-plus ini memang unik. Orang pijat itu biasanya untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, namun tentu beda kalau pijatnya pakai plus-plus, ia justru menegangkan “sesuatu” yang tadinya kendor.

BACA JUGA: Pijat Plus-plus Surabaya yang Tetep Menggeliat meski Pandemi Mencegat dan artikel seri LUPUS lainnya. 

Exit mobile version