MOJOK.CO – Rangkaian PPSMB UGM resmi ditutup. Ada fakta unik di balik penyelenggaran ini, UGM jadi satu-satunya kampus yang tak melibatkan BEM.
Sejak Senin (31/7/2023), UGM mulai kedatangan 10.000-an Gadjah Mada Muda (Gamada). Mereka adalah peserta Pekan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB), semacam “ospek”, yang dilaksanakan seminggu hingga Sabtu (5/8/2023) kemarin.
Selain komitmennya pada antikekerasan dan mengedepankan kegiatan intelektual, PPSMB UGM punya satu ciri khas lainnya, yaitu kepengurusannya tidak di bawah organisasi kemahasiswaan tertentu.
“Ini memang keunikan kami [tidak di bawah organisasi mahasiswa]. Barangkali satu-satunya di Indonesia,” kata drg. Hendri Susanto, Kepala Task Force, sekumpulan dosen sebagai dewan pengarah untuk garis besar PPSMB UGM.
Memang, soal ini, UGM adalah anomali. Simak saja Universitas Indonesia yang menempatkan kegiatan orientasinya, OKK UI, di bawah Dewan Perwakilan Mahasiswa. Atau tetangga sedaerah, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta yang terang-terangan menulis di bio Instagram PKKBN (nama kegiatan orientasinya): “part of BEMKM”.
Lalu, Contoh ekstrem ada di Universitas Lampung yang kegiatan orientasinya sampai memicu gontok-gontokanantara BEM Universitas dengan BEM Fakultas. Meski demikian, pernah ada masanya ketika BEM KM sempat mengkoordinasi PPSMB. Minimal dilibatkan dalam pelaksanaannya sebagai organisasi.
BEM Pernah Terlibat
Ingatan Hendri samar-samar ketika saya tanyakan soal keterlibatan BEM KM dalam PPSMB. “Pada 2012, ketika belum ada Task Force, rasanya mahasiswa itu sudah punya struktur tersendiri dalam menyelenggarakan PPSMB,” papar Hendri.
Tya, Koordinator Acara PPSMB perdana tersebut, memperjelasnya. Berdasarkan keterangannya, saat itu alurnya adalah Ketua BEM menunjuk Koordinator Umum yang kemudian memilih Koordinator Divisi. “Setelah itu, baru oprec,” tuturnya via WhatsApp.
Keterlibatan BEM KM juga masih menonjol di edisi kedua PPSMB pada 2013. Berdasarkan keterangan Yanuar Pahlevi selaku Ketua BEM KM 2013, lembaganya berperan sebagai konseptor dan menginisiasi Tim Pengarah atau Steering Committee; tidak jauh yang dikatakan Tya. “Sempat ingin diambil alih Ditmawa saat itu, namun urung,” tambahnya.
Lebih jauh, saat penutupan, Ketua BEM KM yang dahulu disebut Presiden Mahasiswa (Presma) diberikan sesi orasi di panggung utama. “Orasi Presma hanya sampai 2015, setelahnya tidak pernah ada lagi,” kata Vicky, alumni Fakultas Hukum angkatan 2013.
Sementara itu, Dr. Sindung Tjahyadi membenarkan. Dosen Filsafat UGM yang sekarang menjabat Direktur Kemahasiswaan ini tidak ingat persis namun yakin bahwa dulu memang pernah ada orasi semacam itu dari BEM KM. “Sekarang sudah diganti, bukan dari Presma melainkan Mapres [Mahasiswa Berprestasi],” katanya.