Kemendikbudristek Rencanakan Kepulauan Banda Jadi Cagar Budaya

banda mojok.co

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilar Farid menabur bunga di parigi tua di Banda Neira, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Parigi tua yang dikenal sebagai "parigi rante" merupakan tempat pembantaian terhadap 44 orang kaya Banda oleh VOC pada tahun 1621. (ANTARA/Jimmy Ayal)

MOJOK.CO – Kepulauan Banda selain memiliki bentang alam yang indah juga kaya akan khazanah budaya dan sejarah. Hal itu membuat Dirjen Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyatakan kepulauan yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku ini sangat layak dijadikan sebagai kawasan cagar budaya.

“Sudah sejak lama kami ingin menjadikan Pulau Banda sebagai kawasan cagar budaya, bukan hanya karena banyak bangunan tua peninggalan masa lalu, tetapi karena keberadaannya dalam sejarah bangsa kita yang begitu sentral dan penting,” ujar Hilmar di Pulau Banda Neira, Selasa (21/6/2022) dilansir dari Antara.

Hilmar berujar bahwa gugusan Kepulauan Banda sangat pantas diabadikan sebagai situs cagar budaya. Hal ini karena pulau-pulau tersebut menyimpan bukti peninggalan sejarah masa lampau yang luar biasa, baik pada jaman kolonial maupun pra kolonial.

“Bukti peninggalan kolonial sangat banyak dan ada di seluruh pulau. Ini Belum lagi kalau kita bicara pra kolonial banyak sekali tapak-tapaknya di Pulau Banda,” tegasnya.

Ada sejumlah langkah yang akan dilakukan untuk merealisasikan Kepulauan Banda sebagai cagar budaya. Paling penting menurut Hilmar adalah kerja sama antara pemerintah dengan berbagai kelompok kepentingan.

Berbagai aset bersejarah di sana masih dimiliki oleh warga lokal. Sebagian lain dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dan Yayasan Warisan dan Budaya Banda.

“Ada juga peninggalan sejarah yang ditempati penghuni. Mereka semua adalah pemangku kepentingan yang mesti kita ajak bicara untuk memikirkan kelanjutan dari dari rencana menjadikan Banda Naira dan Kepulauan Banda secara keseluruhan sebagai kawasan cagar budaya,” tegasnya.

Pihaknya, menurut dia, sudah membangun diskusi dan dialog secara berkesinambungan sejak lama, terutama dengan kelompok masyarakat yang terus berupaya menominasikan Kepulauan Banda sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

“Sudah ada studi dan kajian yang cukup banyak, saya kira sudah waktunya sekarang hasil kajiannya diaplikasikan dalam bentuk praktek dan aksi yang akan dimulai dari beberapa bangunan peninggalan masa kolonial,” katanya.

Dia mencontohkan, pembicaraan secara intens telah dilakukan Pemerintah pusat bersama Pemkab Maluku Tengah dan Pemprov Maluku terkait rencana menjadikan Istana Mini di Pulau Banda, yang merupakan bangunan peninggalan masa VOC dahulu menjadi istana presiden yang berada di wilayah Indonesia Timur.

“Sudah ada pembicaraan lebih jauh antara Setneg dengan Pemprov Maluku dan Maluku Tengah terkait revitalisasi Istana bekas kantor Gubernur VOC yang saat ini berstatus bangunan cagar budaya menjadi istana presiden di wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.

Selain itu, Kementerian PUPR akan turun untuk melakukan perbaikan dan renovasi terhadap bangunan bersejarah itu, dengan mendapat pengawasan dari instansi yang fokus pada pelestarian nilai budaya, sehingga bagian-bagian penting bangunan dapat dipertahankan.

Pada kesempatan ini, Hilmar berada di Banda Neira sebagai lokasi titik singgah ke lima kapal latih legendaris TNI Angkatan Laut, KRI Dewaruci yang sementara berlayar dalam mengemban misi Muhibah Budaya Jalur Rempah tahun 2022, yang diikuti 147 laskar rempah dari 34 provinsi.

Para pemuda dari 34 provinsi yang merupakan Laskar Rempah yang mengikuti program Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 dengan menggunakan KRI Dewaruci, melakukan aksi sosial penanaman anakan pala dan kenari di Banda Neira.

Penulis: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Harga Tiket Pesawat Melambung, Menparekraf Minta Jumlah Penerbangan Ditambah dan kabar terbaru lainnya di rubrik KILAS

Exit mobile version