Pakar UGM Jelaskan Gempa di Darat Lebih Merusak

Gempa di darat mojok.co

Ilustrasi gempa bumi (HaticeEROL/Pixabay)

MOJOK.COPusat gempa di darat lebih merusak dibandingkan gempa yang terjadi di pesisir atau laut lepas. Hal ini juga terlihat dari Gempa Cianjur yang meluluhlantakkan Cianjur dan daerah-daerah di sekitarnya. 

Geolog UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani, ST., M. Sc., menjelaskan, gempa di darat memiliki hiposenter yang cenderung dangkal, kurang dari 15 km. Gempa Cianjur yang belum lama terjadi memiliki hiposenter hanya 11 km. Belum lagi, magnitudo gempa Cinajur cukup besar, mencapai 5,6 skala richter (SR). Tidak mengherankan apabila gempa ini meluluhlantakan Cianjur dan sekitarnya. 

“Sumber gempa yang dekat dengan permukaan serta magnitudo yang cukup besar menyebabkan dampak merusak yang cukup meluas terutama di sepanjang jalur sesar tersebut,” kata Gayatri, Kamis (24/11/2022) seperti dikutip dari ugm.ac.id

Lebih lanjut ia menjelaskan, pusat gempa di darat bisa terjadi karena pergerakan sesar aktif di darat. Di Pulau Jawa bagian barat, aktivitas sesar aktif memang tinggi sehingga potensi gempanya lebih besar dibanding wilayah lain. Asal tahu saja, di Jawa terdapat beberapa sesar aktif seperti Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Baribis, Sesar Kendeng, dan masih banyak lagi. 

“Jika jalur sesar di darat ini dekat dengan wilayah pemukiman, harus diwaspadai,” tegasnya.

Gempa di darat merusak dan menelan banyak korban

Daerah yang lebih dekat dengan pusat gempa akan merasakan getaran lebih signifikan dibandingkan daerah lain. Oleh karenanya, tingkat kerusakan di daerah tersebut akan lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Begitu pula dengan gempa Cianjur, daerah yang paling dekat dengan hiposenter seperti Cianjur dan Sukabumi menjadi daerah yang mengalami kerusakan paling parah. 

Selain magnitudonya yang cukup besar, gempa Cianjur berdampak parah karena karakteristik tanah di wilayah tersebut. Gempa menyebabkan tanah longsor di Cianjur, Sukabumi dan Bogor karena jenis batuan dan  kemiringan lereng yang tinggi. Batuan di wilayah tersebut tersusun oleh material hasil letusan gunung api yang masih lepas-lepas dan tebal. 

“Ketika terkena guncangan keras akibat gempa bumi, lapisan tanah dan batuan lepas yang berada pada lereng yang terjal akan mudah bergerak dan longsor,” paparnya.

Sementara itu, getaran ternyata juga terasa hingga wilayah lain yang cukup jauh seperti ke Bogor dan Jakarta. Gayatri  menjelaskan, hal itu bisa terjadi karena tipe tanah dan batuan memungkinkan terjadinya amplifikasi gelombang gempa.

Dampak gempa diperburuk dengan bangunan yang didesain tidak tahan gampa. Di Cianjur, runtuhan bangunan menjadi salah satu sebab timbulnya banyak korban.  Oleh karenanya, pemerintah dan lembaga terkait perlu memetakan sumber gempa dengan baik. 

Setelah sumber dan karakteristik gempa diketahui, bisa dilakukan perhitungan mengenai besaran dampak. Luasan area terdampak harus teridentifikasi dengan baik. Pembaruan dari peta sumber dan bahaya gempa harus dilakukan secara berkala untuk mengakomodasi penemuan-penemuan baru yang akan melengkapi database dan memperbaiki model seismic hazard yang dihasilkan. 

“Setelah peta sumber sudah ada, hasil ini harus dituangkan dalam aturan dan tatacara untuk bangunan tahan gempa. Aturan dan tatacara ini harus ditaati dan kontrol pelaksanaannya harus diperketat,” jelasnya.

Kesiapan menghadapi bencana gempa juga tidak kalah penting. Ini bisa dimulai dari diri sendiri dengan cara memperhatikan lingkungan sekitar rumah. Misalnya dengan memperbaiki tata letak furnitur yang memudahkan evakuasi atau menghindari pemasangan hiasan dalam rumah yang resiko untuk jatuh ketika terguncang, misalnya pada area tempat tidur.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Gempa Saat di Gedung Tinggi, Ini 4 Hal yang Bisa Kamu Lakukan

Exit mobile version