MOJOK.CO – Museum Nasional tengah menjadi perhatian. Museum yang juga dikenal sebagai Museum Gajah itu mengalami kebakaran belum lama ini.
Api melahap Museum Nasional yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Sabtu (16/9/2023). Ada enam ruangan di Gedung A terbakar. Kebakaran berdampak pada koleksi replika di bagian pra sejarah.
Sementara itu, 15 ruangan lain di Gedung A dalam keadaan aman karena respon pemadam kebakaran yang cepat. Gedung B dan C Museum Nasional juga dalam keadaan aman.
Kendati sebagian besar koleksi bersejarah dalam keadaan aman. Kebakaran itu tetap disayangkan. Apalagi Gedung A termasuk dalam gedung lama Museum Nasional Indonesia yang dibangun pada 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda. Museum itu kemudian dibuka untuk umum pada 1868.
Itu baru sejarah gedung museum yang terletak di Jalan Medan Merdeka. Kalau mau mengulik cikal bakal munculnya Museum Nasional, kita harus kembali ke 1778.
Asal-usul Museum Nasional ini tidak lepas dari perhimpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Perkumpulan ini bertujuan mencapai kemajuan ilmu pengetahuan melalui pengembangan museum. Perhimpunan ini awalnya bertempat di Kali Besar. Mereka menempati gedung milik J.C.M. Radermacher yang pada saat itu menjabat sebagai ketua.
Saat pemerintahan Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles yang menduduki posisi direktur perhimpunan. Ia kemudian memerintahkan pembangunan gedung baru di Jalan Majapahit No 3. Gedung itu saat ini menjadi kompleks Sekretariat Negara. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society. Setelah koleksi memenuhi museum yang terletak di Jalan Majapahit, pada 1862 pemerintah Hindia Belanda kemudian mendirikan gedung di lokasi yang bertahan hingga saat ini.
Patung Gajah di depan Museum Nasional yang ikonik
Sebelum terkenal dengan nama Museum Nasional, masyarakat lebih akrab menyebut gedung itu sebagai Gedung Gajah atau Museum Gajah. Di halaman depan museum memang terdapat sebuah patung gajah yang terbuat dari perunggu. Patung itu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Siam (Thailand) yang pernah berkunjung ke museum pada1871.
Patung itu menandakan persahabatan antara Kerajaan Thailand dan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu, di awal abad 20-an, Raja Thailand memang sempat beberapa kali mengunjungi Hindia Belanda. Patung gajah merupakan simbol kesetiaan dan pengetahuan.
Ada kontroversi di balik patung yang berusia ratusan tahun itu. Banyak pengamat sejarah menilai, hadiah patung gajah sebenarnya tidak sebanding dengan arca-arca yang pemerintah Hindia Belanda kirimkan ke Kerajaan Thailand.
Melansir dari Historia, kejadian itu terjadi pada 1896. Raja Thailand yang berkunjung ke Jawa meminta izin kepada pemerintah Belanda membawa sejumlah benda bersejarah. Secara total, raja Thailand itu meminta 30 relief, lima arca Buddha, dua arca singa, bebraopa langgam Kala, dan arca Dvarapala. Beberapa benda bersejarah itu bisa ditemui di Wat Phra Keo Thailand.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Museum Soeharto di Dusun Kemusuk, Mengenang Soeharto di Tempat Kelahirannya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News