Yang berbeda dari nama jalan di Jogja dibanding daerah lain.
Di kota-kota lain, nama jalan wajib “berbau” Belanda. Misalnya, di Medan muncul nama-nama jalan seperti Prins Hendrik straat, Julianastraat, Emmastraat, dan lain sebagainya. Hal serupa juga terjadi di Batavia, Semarang, Bandung, dan Surabaya.
Namun, hal demikian tak terjadi di Yogyakarta. Boleh dibilang, Yogyakarta menjadi “tuan rumah” dari nama jalan yang diberikan.
Selain nama-nama yang saya sebutkan tadi, sejak 1925 muncul jalan lain yang namanya “Jogja banget”. Misalnya, Toegoe Kulon yang sekarang menjadi Jalan Diponegoro, Toegoe Wetan (Jalan Sudirman), Djetis (AM Sangaji), Dagen, Padjeksen, Sosrowidjajan, dan Soerjaatmadjan, sebagainya.
Setelah Indonesia merdeka, nama-nama jalan di Yogyakarta makin banyak lagi. Kebanyakan ada yang berganti menyesuaikan zaman. Biasanya, nama tokoh nasional diabadikan sebagai nama jalan.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Ada Warisan Freemason di Jalan Magelang Yogyakarta
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News