Laudya Cynthia Bella dan Luka Lelaki Indonesia

Laudya Cynthia Bella

Belum kering rasanya air mata para lelaki Indonesia karena harus kehilangan Raisa “si kesayangan pria nusantara” Andriana, sekarang mata mereka harus kembali basah dan sembab, kali ini oleh air mata kehilangan atas Laudya Cynthia Bella yang kemarin resmi menikah dengan pengusaha asal Malaysia, Engku Emran, di Kuala Lumpur.

Foto-foto pernikahan Laudya sudah banyak menyebar di berbagai akun sosial media, dan ya, bagi banyak lelaki, foto-foto pernikahan Laudya tak kalah menyakitkannya dengan foto-foto Hamish-Raisa itu.

Betapa, melihat Laudya Cynthia Bella menikah secara sandiwara dengan Mas Pras di Surga Yang Tak Dirindukan pun rasanya sudah cukup membuat banyak lelaki geram dan patah hati, apalagi sekarang, saat ia menikah beneran, bukan sandiwara, benar-benar duduk di atas pelaminan. Pastilah sesak rasanya.

Tentu ini bukan patah hati pertama bagi para lelaki Indonesia, sebab sudah banyak diva-diva panutan kita yang akhirnya jatuh ke pelukan para lelaki dari negeri tetangga.

Sebelum Laudya Cynthia Bella, kita sudah lebih dahulu pernah kehilangan Manohara yang saat itu jatuh ke pelukan pangeran Kelantan Tengku Muhammad Fakhry. Lalu kemudian Bunga Citra Lestari yang menikah dengan Ashraf Sinclair (sungguh, setelah pernikahan itu, bukan saja malaikat, tapi kita semua pun kemudian tahu, siapa yang jadi juaranya).

Apakah cukup berhenti di situ? Hahaha, tentu saja tidak. Dunia tidak semanis itu bagi lelaki Indonesia, sobat.

Deretan daftar setelah Manohara dan Bunga Citra Lestari masih berlanjut. Kali ini lewat Tya Arifin dan Kikan Namara, keduanya dinikahi lelaki Malaysia, Tya Arifin menikah dengan Asyraf Khalid, sedangkan Kikan Namara dengan Udzir Harris.

Nah, yang masih agak baru, Prisia Nasution, si hitam manis best sellernya FTV ini akhirnya menikah dengan aktor Malaysia, Iedil Putra.

Entah mengapa, melihat banyak artis dan diva kesayangan menikah rasanya kok ya sesak, dan lebih sesak lagi kalau nikahnya sama pria dari negeri tetangga, apalagi Malaysia.

Rasanya jadi teringat dengan pidato emosional Bung Karno dulu sewaktu Indonesia berkonflik dengan Malaysia, “Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa, namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!”

Wahai para lelaki Indonesia, rasanya kita memang tak bisa terus berdiam diri menahan perih di dada, sebagai lelaki, kita harus bergerak dan bertindak. Mari kita bikin perhitungan, bulatkan tekad, rapatkan barisan, perbaiki penampilan, kita rebut Siti Nurhaliza.

Exit mobile version