Dalam konstestasi partai politik di Indonesia, rasanya tak ada yang bakal bisa mengalahkan kemesraan dua partai politik Gerindra dan PKS. Pilpres 2014 dan pilgub DKI Jakarta 2017 menjadi bukti nyata kemesraan dua partai ini. Gerindra dan PKS seperti ditakdirkan sebagai dwi-tunggal.
Urusan kekompakan dan cemistri, jangan ditanya. Gerindra dan PKS sudah seperti mur dan baut yang saling melengkapi. Ketika satu per satu partai anggota Koalisi Merah Putih beralih haluan merapat ke pemerintah, PKS tetap setia mendampingi Gerindra sebagai partai oposisi.
Pokoknya di mana ada PKS, di situ ada Fahri Hamzah, eh Gerindra.
Nah, di pemilu 2019, alhamdulillah kedua partai ini dipastikan akan kembali berkoalisi. Keduanya akan kembali menjalin kemesraan seperti yang sudah-sudah.
Kepastian tersebut diungkapkan langsung oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.
“Ya dengan PKS kami sudah firm,” kata Fadli Zon di Gedung DPR RI, kamis 8 Maret 2018.
Dalam koalisi Gerindra-PKS ini, Prabowo sudah hampir dipastikan akan diusung sebagai calon presiden. Sedangkan calon wakil presidennya masih akan melihat perkembangan selanjutnya.
“Capresnya Pak Prabowo, cawapres kita duduk bersama-sama,” kata Fadli Zon.
Saat ini Gerindra memiliki 73 kursi (13%) dan PKS memiliki 40 kursi (7,1%) di parlemen. Dengan total 113 kursi, Koalisi Gerindra-PKS sebenarnya telah mengantongi 20,1 persen atau memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden.
Namun, baik Gerindra maupun PKS masih tetap berharap partai-partai yang lain ikut bergabung, utamanya partai yang belum belum menyatakan dukungannya kepada Joko Widodo yang sebelumnya sudah resmi diusung oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden di Pilpres 2019.
“Kami berharap lebih banyak lagi dukungan dari partai lain supaya lebih kuat untuk menghadapi pilpres dan pileg,” ujar Fadli Zon. “Prinsipnya lebih banyak lebih bagus, kan dukungan dan jaringan lebih luas, lebih beragam, tapi kita melihat realitasnya nanti,” imbuhnya.
Yah, semoga koalisi ini semakin merekatkan hubungan baik antara Gerindra dan PKS. Syukur-syukur kalau kedua partai ini bisa berfusi, tentu akan jauh lebih dahsyat. Urusan nama, tinggal othak-athik gathuk. Bisa Partai Keadilan Gerindra, atau bisa pakai nama Gerindra tapi dengan kepanjangan yang agak berbeda: Gerakan Indonesia Sejahtera.
Gimana? Mashoook nggak?