MOJOK.CO – Pakar UGM mengimbau, agar masyarakat lebih mengenali gangguan kesehatan mental sejak dini. Ini penting mengingat kesehatan mental pada remaja dan orang dewasa masih dianggap remeh.
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FKKMK UGM, Yayi Suryo Prabandari, mengatakan bahwa para orangtua, guru dan lingkungan perlu mengetahui tanda gejala awal bagi orang yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Ia memaparkan bahwa berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, ada lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Dan sekitar 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Menurut Yayi, penyebab umum dari timbulnya stres ini beragam, mulai dari pekerjaan, faktor ekonomi, hingga relasi hubungan dengan pasangan dan orangtua yang tidak harmonis. Ia pun menyampaikan, bahwa gangguan kesehatan mental ini bisa menimbulkan dampak seperti gangguan secara fisik, pikiran, dan emosional.
“Hampir 50 persen pasien yang datang ke dokter itu berhubungan dengan psikologi,” kata Yayi saat menjadi narasumber Sekolah Wartawan yang bertajuk Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental, Senin (13/2/2023), dikutip dari laman ugm.ac.id.
Gejala gangguan kesehatan mental
Secara umum, kita bisa mengetahui gejala gangguan kesehatan mental dari dua hal, yakni gangguan fisik dan gangguan emosional. Yayi mengatakan gangguan fisik dari gejala umum stres meliputi keadaan-keadaan seperti mudah kelelahan, pusing, diare, tekanan darah naik, dan mual. Lalu bisa juga sakit di dada, gemetar, sakit perut, sulit tidur, sudah bernafas, peningkatan detak jantung dan gatal-gatal di kulit.
Secara lebih lanjut, gejala fisik ini bakal turut memengaruhi cara berpikir, yang mana seseorang akan mengalami gangguan pikiran. Gangguan ini meliputi kesulitan konsentrasi, mudah lupa, sulit mengambil keputusan, distorsi, berpikir irasional, sulit mengingat, paranoia, kesulitan menyelesaikan masalah, dan gagal fokus.
Sementara itu untuk seseorang yang mengalami gangguan emosional, kita bisa melihatnya dari tindakan mudah marah, menarik diri, banyak absen (tidak hadir), sering terlambat, terlalu sensitif, dan makanan yang kompulsif. Lalu ia menyelesaikan masalahnya dengan pelarian ke minuman keras, obat dan rokok. Terdapat juga gangguan dalam hubungan interpersonal, perubahan pada pola tidur dan pola makan.
Segara tangani
Menurut Yayi, jika kondisi-kondisi tersebut terjadi terus-menerus, maka tingkat stres yang berlebihan bisa menjurus pada kondisi depresi. Ini bisa terlihat dengan munculnya gejala yang lebih serius seperti perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat dan kesenangan. Timbul perasaan merasa tidak berguna, gangguan tidur, dan gangguan selera makan. Lalu menjadi tak semangat, konsentrasi rendah, dan perasaan tidak berdaya.
“Depresi ini sangat berbahaya jika punya ide bunuh diri, dimulai dari mengurung diri maka bisa memunculkan seseorang untuk ide bunuh diri,” papar ketua Health Promoting University (HPU) UGM ini.
Ia pun mengimbau orangtua dan guru di sekolah bisa menyosialisasikan pemahaman soal gejala awal gangguan kesehatan mental. Sehingga bisa mendeteksi jika ada remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental di awal.
“Bisa identifikasi, gejala depresi ringan dan sedang bisa konsultasi dengan profesional. Sayangnya di tidak semua daerah punya psikolog di puskesmas, apalagi ini belum menjadi program prioritas nasional,” jelasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi