Katalunya Bersiap Merdeka Melalui Referendum

Menjadi merdeka itu hak segala bangsa, kecuali kemerdekaan Anda mengancam stabilitas dan kondisi ekonomi bangsa lain. Spanyol menyadari ini dan menjadi alasan mengapa kemerdekaan Katalunya akan mengganggu kondisi ekonomi negara itu. Usaha untuk mencegah kemerdekaan melalui referendum ini dilakukan berkali-kali, namun bisakah kita memaksa sebuah bangsa untuk tunduk dengan paksaan?

Kita percaya bahwa berdaulat dan menentukan nasib sendiri adalah hak. Kerap kali usaha ini berbentur dengan kepentingan lain; dalam konteks lokal kita sebenarnya menghadapi masalah serupa. Papua, misalnya, dengan kekayaan alam yang demikian banyak, membiarkan mereka melakukan referendum adalah tindakan bodoh. APBD yang didapat dari ekstraksi sumber daya alam telah membuat negara ini bertahun-tahun makmur.

Tapi, bagaimana dengan orang-orang Papua?

Retorika NKRI harga mati nyaris serupa dengan retorika Spanyol tentang harmoni Spanyol, Basque, dan Katalunya. Mereka menganggap keinginan salah satu wilayah untuk merdeka akan mengganggu stabilitas nasional dan perdamaian yang sudah ada.

Dalam sejarahnya, Katalunya dipaksa takluk oleh Raja Spanyol Philip V pada 1714 melalui agresi. Penjajahan dan pendudukan ini berlangsung selama berabad-abad, hingga akhirnya pada 1932 wilayah ini menjadi daerah otonomi khusus dengan pemerintahan mandiri.

Orang-orang Katalan ingin merdeka karena pemerintah Spanyol dianggap gagal memberikan kesejahteraan dan, pada banyak kasus, merepresi hak sipil orang-orang Katalan. Tapi, pelanggaran HAM merupakan yang alasan terkuat mereka untuk merdeka dari Spanyol. Saat Franco berkuasa, seluruh institusi kebudayaan, pemerintah, dan bahasa Katalan dilarang; ribuan orang dibunuh.

Usai kematian jenderal fasis Franco pada 2016, Spanyol memberikan Katalunya otonomi khusus dan kewenangan mengelola pajak secara mandiri. Namun, konstitusi Spanyol sekali lagi menganulir kewenangan ini dengan argumen bahwa Catalan bukan sebuah bangsa, melainkan kewarganegaraan. Orang-orang ini tidak dianggap manusia yang hidup di tanah airnya sendiri; mereka tak menikmati sumber daya yang mereka miliki secara maksimal.

Usaha untuk merdeka menguat sejak 2006, tetapi berkali-kali pula Spanyol berusaha menghalangi referendum formal. Pada 2010, 25% masyarakat Katalan menyatakan ingin merdeka dari Spanyol. Setahun kemudian, menurut Pusat Studi Opini Katalunya, lebih dari 30% masyarakat Katalunya mendukung kemerdekaan. Jumlah ini meningkat menjadi 57% pada 2012.

Seperti Papua, Katalunya adalah wilayah terkaya di Spanyol. Mereka punya kawasan industri canggih dan lokasi turisme yang strategis seperti Barcelona. Katalunya menyumbangkan 20% pendapatan Spanyol dan 16% populasi. Melalui referendum yang dilakukan kemarin, 90% dari 2,26 juta orang Katalan ingin merdeka. Pemerintah lokal menyebut, 770 ribu orang tak bisa memilih karena serangan polisi Spanyol di tempat pemilihan.

Seperti orang Papua, orang Katalan harus berjuang keras untuk bisa memperoleh pengakuan atas hak menentukan nasibnya sendiri.

Referendum catalan

Exit mobile version