KA Argo Parahyangan Terancam Tak Lagi Beroperasi, Simak Sejarahnya

ka argo parahyangan mojok.co

Ilustrasi kereta api (Mojok.co)

MOJOK.COKA Argo Parahyangan yang melayani perjalanan dari Stasiun Gambir (Jakarta) hingga Kiaracondong (Bandung) terancam ditutup tahun depan. Penghentian itu mempertimbangkan mulai beroperasinya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) pada Juni 2023.

KA Argo Parahyangan selama ini menjadi pilihan transportasi favorit dari Jakarta ke Bandung ataupun sebaliknya. Kereta yang juga dikenal dengan sebutan “Gopar” itu menjadi satu-satunya kereta yang melayani koridor Jakarta-Bandung.

Sayangnya, KA Argo Parahyangan itu kini terancam tidak akan beroperasi tahun depan. KCJB yang pengerjaannya sudah mencapai 80% itu akan beroperasi pada Juni 2023 dan akan menggantikan KA Argo Parahyangan.

Dilihat dari sisi waktu, KCJB memang memangkas waktu menjadi 40 menit saja dari sekitar 3 jam. Namun dilihat dari segi harganya, KCJB jauh lebih mahal. Tarifnya diperkirakan Rp250.000 hingga Rp350.000. Belum lagi stasiun terakhir KCJB saat ini baru mencapai Pandalarang, tidak seperti Gopar yang sudah mencapai pusat kota Bandung.

Sejarah

KA Argo Parahyangan mulai beroperasi pada 27 April 2010 itu merupakan peleburan KA Argo Gede dan KA Parahyangan. Peleburan dilakukan karena masyarakat kecewa KA Parahyangan berhenti beroperasi. KAI kemudian menggabungkan KA Parahyangan bersama rangkaian KA Argo Gede.

KA Parahyangan memang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Kereta itu sudah melayani penumpang sejak 1971. Dengan kata lain, kereta ini telah melayani selama 39 tahun sebelum akhirnya ditutup pada 26 April 2010.

Kereta itu sempat mengalami kejayaan di masanya. Sempat melayani hingga 20 perjalanan per hari, bahkan mencapai 30 kali perjalanan di akhir pekan. Hingga akhirnya, pada 1995 kereta api kelas eksekutif bernama Argo Gede diluncurkan. Kehadiran Argo Gede membuat Parahyangan semakin kembang kempis. Apalagi dengan beroperasinya Tol Cipularang pada 1995.

Okupansi KA Parahyangan menjadi semakin turun bahkan sampai di bawah 50%. Rendahnya okupansi  terus berlanjut baik pemberangkatan dari Bandung maupun Jakarta. KA hanya penuh pada weekend saja. Di masa-masa terburuknya, KA Parahyangan merugi hingga Rp36 miliar.

Kini, kereta api dengan panjang rute 166 kilometer itu melayani sebanyak 10 kali perjalanan pulang dan pergi. Dilansir dari traveloka.com, KA Parahyangan melayani delapan kali perjalanan reguler dan dua kali perjalanan tambahan.

KA ini menyediakan dua kelas yakni ekonomi dan eksekutif. Selain itu, tersedia juga tipe Luxury. Harga tiket kereta ini antara Rp100.000 hingga Rp160.000 untuk kelas ekonomi dan eksekutif. Sementara Harga tiket kelas Luxury antara Rp350.000 hingga Rp480.000.

Setidaknya KA Argo Parahyangan mampu mengangkut 8.300 hingga 11.000 penumpang tiap harinya. Jarak waktu yang ditempuh KA Parahyangan memang antara 3 jam hingga 3 jam 15 menit.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Menyusuri Jalur Kereta 100 Tahun Solo-Wonogiri Bersama KA Batara Kresna yang Membelah Bengawan Solo

Exit mobile version