Menjadi penulis adalah sebuah perjalanan yang membawa seseorang ke dalam alam yang tak terbatas. Di mana seseorang bebas membentuk dunianya melalui kata-kata.
Saya suka menulis tapi tidak pernah bermimpi menjadi penulis, itu dulu. Awalnya saya hanya menuangkan ide dan pikiran saya dalam buku diary. Lambat laun, dunia semakin canggih dengan munculnya berbagai platfrom yang ada.
Saya kemudian memberanikan diri untuk menulis di sosial media. Tak jarang akun saya mendapatkan banyak like dan komentar yang positif, hingga suatu hari saya dengan bangga mengatakan bahwa “Saya ingin menjadi penulis”. Semua yang mendengar ucapan saya tertawa.
“Emangnya jadi penulis bisa hasilin apa?”, “Nggak usah, itu nggak menjamin hidup”, “Kerjaan yang kurang stabil,” dan banyak lagi. Rasa-rasanya mental saya down setelah mendengar ucapan keluarga yang saya harap bisa mendukung saya untuk melakukan hobi saya.
Dari keadaan di atas bisa di simpulkan bahwa pada pandangan masyarakat, sukses itu cenderung beragam dan bertergantung pada budaya.
Masyarakat memandang sukses saat orang tersebut memiliki pekerjaan yang memadai, stabil, yang memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memiliki kenyamanan finansial. Kesuksesan dalam karier sering dianggap indikator utama dalam budaya yang berorientasi pada kemakmuran material.
Tantangan menjadi penulis
Saya jelaskan kembali bahwa banyak yang bergelimang materi karena menekuni profesi ini contohnya saja J.K. Rowling yang menelurkan karya terkenal berjudul ‘Harry Potter’. Namun statement saya dipatahkan lagi dengan keraguan mereka. Katanya sukses itu mustahil jika tanpa dukungan orang terdekat atau biasa kita kenal dengan ‘orang dalam’.
Masyarakat lingkungan saya, terutama keluarga saya telah terbiasa dengan kata ‘orang dalam’ karena itu kerap terjadi saat ini.
Saya kemudian kembali menyebutkan beberapa tokoh ternama di Indonesia yang menekuni profesi ini. Tapi mereka masih menganggap jika itu tidak akan menghasilkan apapun. Dengan tegas saya katakan bahwa dengan menekuni dunia ini saya mendapatkan kepuasan, bukankah dalam hidup pencapaian tidaklah penting tanpa rasa kepuasan?
Menjadi penulis tidak serta merta tentang finansial/uang, kaya dalam dunia tulisan itu lebih terurai lebih dalam dibanding kaya secara finansial yang dimaksud melalui pekerjaan tertentu. Banyak opini yang meminta saya agar mengurungkan niat menjadi penulis kemudian fokus pada satu hal saja yang lebih menjamin, katanya.
Saya pun kembali menjelaskan bahwa menjadi penulis bisa menjalani kehidupan ganda; satu di dunia nyata dan satu lagi dalam dunia yang saya tulis.
Saya masih teguh dengan keinginan saya karena menjadi penulis. Bukan tentang apa yang akan saya dapat, tapi bagimana saya berani menjelajahi dunia kata-kata, mengejar mimpi yang saya simpan di antara baris-baris cerita.
Humaerah,
Polewali Mandar,
nhumaerah1@gmail.com
BACA JUGA Uneg-uneg dari Penulis Novel “Bismillah Kunikahi Suamimu” tentang Tensi 143/165 dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.