MOJOK.CO – Perang yang tak berkesudahan antara Rusia versus (vs) Ukraina saat ini dikhawatirkan akan memunculkan perang nuklir. Pemerintahan RI bahkan sudah mewaspadai dan menghitung skenario terburuk adanya perang nuklir tersebut.
Kewaspadaan terhadap ketidakpastian global yang tinggi terus dilakukan. Salah satunya melalui kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang nuklir. Badan Riset dan Inovasi Nasionap (BRIN) melalui Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (poltek) Nuklir ikut berperan menciptakan SDM di bidang nuklir.
“Kalau melihat perkembangan internasional adanya ancaman perang nuklir, apa yang tugas Poltek Nuklir lakukan adalah pelaksanaan pendidikan [untuk menghasilkan sdm nuklir],” papar Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arif usai mewisuda 98 lulusan di Yogyakarta, Sabtu (15/10/2022).
Selain menghasilkan SDM nuklir, inovasi melalui berbagai penelitian pun juga dilakukan. Penelitian salah satunya mengarah pada antisipasi terjadinya perang nuklir.
Teknologi nuklir pun dikembangkan agar dimanfaatkan bagi keberlangsungan kehidupan bangsa dalam berbagai sektor. Sebut saja sektor ketahanan pangan bila terjadi krisis. Selain itu pemanfaatan teknologi nuklir untuk mengatasi limbah yang saat ini jadi persoalan serius berbagai negara, termasuk Indonesia.
“Kita memperkuatnya dari sisi itu, kita tidak bisa masuk dalam dinamika internasional [perang nuklir] tapi menjawabnya dengan inovasi dalam pemanfaatan nuklir di bidang pangan, medical dan lainnya,” tandasnya.
Zainal menambahkan, rencana strategis pengembangan akademik Poltek Nuklir melibatkan banyak entitas. Karenanya pada pertemuan dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) September 2022 lalu, Poltek Nuklir diproyeksikan menjadi pusat pelatihan dan penyelenggara pelatihan IAEA regional Asia Tenggara.
Langkah mengembangkan jejaring dan kepercayaan internasional terus dilakukan. Salah satunya melalui kerja sama dengan IAEA yang akan menjadikan Poltek Nuklir sebagai pusat pelatihan ketenaganukliran di Asia Tenggara.
“Kita perlu referensi dari berbagai pihak termasuk industri, dalam memberi masukan mengenai program studi yang akan dibuka dan peluang kerja bagi lulusan Poltek,” ungkapnya.
Sementara peneliti nuklir sekaligus Wakil Direktur 3 Poltek Nuklir, Adi Abimanyu mengungkapkan, meski kondisi Rusia sedang dalam peperangan, Poltek Nuklir melakukan kerjasama dengan Tomsk Polytechnic University (TPU), salah satu politeknik nuklir terbesar di Rusia. Kerjasama dilakukukan dalam rangka peningkatan jenjang pendidikan hingga pascasarjana terapan.
“Kerja sama ini untuk pengembangan kurikulum pascasarjana, program mobilitas mahasiswa dan mobilitas penelitidengan konsep saling atau resiprokal,” paparnya.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), lanjut Adi sempat mempertanyakan kerjasama Poltek Nuklir dengan salah satu perguruan tinggi di Rusia tersebut. Namun di luar perang yang terjadi, Rusia sebagai negara Sosialis terbuka untuk membagikan ilmu pengetahuannya di bidang nuklir kepada siapapun.
Karenanya peluang tersebut diambil Poltek Nuklir untuk belajar sebanyak-banyaknya tentang teknologi nuklir yang dikuasai Rusia. Jika ilmu yang diajarkan dikembangkan, negara tersebut justru bangga.
“Kita juga fokus ke Toms karena sama-sama politeknik nuklir sehingga punya kesamaan dalam pengembangan teknologi nuklir. Kerjasama kami lakukan justru sebelum terjadinya perang Rusia vs Ukraina” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi