Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2024 “Umpak Buka” di Lapangan Bawuran, Bantul, segera berakhir.
Riuh, padat, di bawah terik menyengat, tidak menyurutkan antusias warga Bantul dan Yogyakarta dengan total 80.000 lebih untuk menjadi bagian dari peristiwa kebendaan selama berlangsungnya FKY 2024.
Penutupan ini bukan berarti disudahi, karena tahun depan festival ini masih berlanjut dengan roadmap tematik; Adat Istiadat, Bahasa, dan Nilai-nilai Budaya.
Keberlanjutan Festival Kebudayaan Yogayakarta berupaya mengiringi dinamika masyarakat Yogyakarta, sehingga Festival Kebudayaan tidak hanya dijalankan atau dimiliki oleh sebagian kalangan saja, melainkan kepunyaan dari seluruh masyarakat Yogyakarta.
Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY): jelajahi jagad Bantul
Berakhirnya berbagai program utama menjadikan FKY 2024 mengguratkan jejak langkah dalam penjelajahan jagad benda di Bantul.
Program Jelajah Budaya dengan ketiga sub-programnya telah berhasil melakukan pencatatan istilah warga melalui Telusur Tutur, mengaktivasi benda dan situs-situs bersejarah bersama barisan pramuka dalam Paramuka, serta mempelajari pengetahuan dan pembuatan benda pada kelas Lokakarya.
FKY Rembug berhasil menziarahi keilmuan tokoh-tokoh penting yang memiliki ikatan dengan Pleret, menciptakan ruang diskusi kritis serta inklusif, dan menempatkan pelaku-pelaku benda dalam masyarakat sebagai tokoh vital.
Pasaraya Benda sudah menghadirkan benda pada aktivitas transaksi, memberikan kontribusi ekonomi masyarakat.
Lalu ada Pawon Hajat Khasiat yang senantiasa menyuguhkan hidangan lezat dari khazanah lokalitas warga Bantul untuk mengisi perut seluruh pengunjung di Lapangan Bawuran, Bantul. Masih banyak lagi program dan hasil FKY 2024 yang lengkapnya bisa dilihat di fky.id.
Dampak ekonomi Rp324 juta, jadi contoh pengelolaan sampah
Selama 9 hari berlangsung FKY 2024 sudah menjalankan 32 program, keterlibatan pelaku seni dan kebudayaan di dalamnya mencapai 2.017 orang.
Pada saat pembukaan FKY 2024 sebelumnya, Dian Lakshmi Pratiwi, SS. M.A (Kepala Dinas Kebudayaan DIY) sempat berujar bahwa FKY memiliki dampak ekonomi masyarakat yang nyata.
Hal tersebut terjawab melalui data pemasukan dari keseluruhan aktivitas ekonomi FKY 2024 mencapai Rp324.937.475 (Tiga Ratus Dua Puluh Empat Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Tujuh Ribu Empat Ratus Tujuh Puluh Lima Rupiah).
Menariknya lagi, FKY 2024 berhasil menciptakan lingkungan bersih selama berlangsung. Total Sampah 189.115 Kg lebih dikumpulkan oleh tim kebersihan FKY 2024 guna dikelola secara mandiri.
Dengan begitu, FKY juga dapat menjadi representasi bahkan contoh dari usaha pengelolaan sampah di Yogyakarta.
Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) mendunia
Geliat benda sebagai kebudayaan dalam tema “Umpak Buka” FKY 2024 sukses menciptakan perhatian tersendiri.
Narasi-narasi tentang kebendaan selama kegiatan Festival Kebudayaan Yogyakarta gencar mengudara melalui berbagai postingan di media sosial, menjangkau sebanyak 2.200.000 pemirsa.
Laman fky.id bahkan dikunjungi oleh berbagai kalangan netizen luar negeri mulai dari, United States, Singapore, Belanda, China, Jepang, Norway, Cambodia, Canada, Germany, United Kingdom, Australia, France, Italy, dan masih banyak lagi. Dengan total pengunjung website mencapai 18.819 netizen.
Data ini memperlihatkan bahwa Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 tidak hanya diikuti secara antusias di lapangan Bawuran, Bantul, melainkan juga di jagad maya.
Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 resmi ditutup di Lapangan Bawuran, Tegalrejo, Kalurahan Bawuran, Kapanewon Pleret, Kab. Bantul, DIY, pada 18 Oktober 2024. Banyak penampilan menarik dipentaskan di Panggung FKY 2024 dari siang sampai malam mengisi penutupan tersebut
Para penampil di penutupan didukung oleh Disbud Bantul, mereka adalah, Pentas Kesenian Jathilan (Fasilitas Komunitas Seni), Pentas Kesenian Reog Wayang, Tari & Gamelan Anak-anak, Pentas Kesenian Sendratari “Prabawangi Prabasa Jenggala”, Pentas Kesenian Tari Garapan “Bandung Bondowoso”, Kesenian Musik Kontemporer Plentong Konslet, Flashmob Jathilan Diponegoro, Kesenian Tari Fire Dance Sanggar Flownesia, TTM Akustik, dan Shaggydog.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Memanen Hujan dari Tanah Gersang, Belajar Memelihara dari Masa Lalu untuk Masa Depan Manusia
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.