Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Gubernur Perempuan di Jogja

Redaksi oleh Redaksi
4 September 2017
A A
Sultan perempuan

Sultan perempuan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tak ada yang menyangka jika polemik seputar keputusan MK tentang status perempuan yang boleh jadi gubernur Jogja itu bakal memicu perdebatan hebat di dalam rumah tangga Karjo dan Romlah. Maklum, perdebatan terbesar antara keduanya sepanjang mereka menjadi suami-istri sejauh ini hanyalah perdebatan tentang siapa yang bakal tersingkir dari panggung Dangdut Academy Indosiar. Itupun biasanya hanya sebentar, sebab setelah acaranya selesai, keduanya bakal kembali mesra dan seolah lupa dengan perdebatan yang barusan mereka lakukan.

“Putusan MK itu harus dikaji kembali,” ujar Karjo dengan nada yang sok ngintelek, “mosok gubernur Jogja kok perempuan, wagu.”

“E, e, e … dikaji kembali bagaimana maksud kamu, Mas?” kata Romlah agak teriak karena ia sedang berada di dapur.

Demi mengimbangi perdebatan agar lebih sehat, Karjo pun mendekat ke dapur. “Ya itu, dikaji lagi. Jangan sampai Jogja dipimpin sama perempuan.”

“Wooo, jadi kamu beranggapan bahwa perempuan tidak punya hak dan kapasitas buat jadi pemimpin, gitu?” sambut Romlah dengan nada yang mulai keras sambil mengiris cabai dan tomat.

“Ya bukannya gitu, tapi dari dulu, tradisi di Jogja itu, yang namanya raja ya harus laki-laki.”

Seperti diketahui, Mahkamah Konstitusi (MK) memang baru saja mengabulkan gugatan soal syarat pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang tercantum dalam Pasal 18 ayat (1) huruf m UU 13/2012 tentang Keistimewaan DIY.

Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa syarat cagub dan cawagub Yogyakarta harus menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri, dan anak. Nah, kata ‘istri’ dalam aturan tersebut resmi dihapus karena dinilai diskriminatif sebab kata tersebut menjadikan kondisi yang seolah memberikan syarat bahwa raja dan gubernur di Jogja harus laki-laki.

“Begini, lho, Mas Karjo suamiku tercinta, manusia itu tercipta sama, laki-laki dan perempuan harusnya setara, sama-sama punya hak untuk tampil, termasuk di dalam pemerintah,” kata Romlah yang mulai terlihat jelas jiwa feminismenya.

“Kalau cuma mau tampil ya monggo, tapi nggak usah jadi raja atau gubernur segala, dong. Jadi anggota DPR atau jadi bupati kan bisa, kalau jadi raja, wis tho, itu jatahnya laki-laki”

“Enak saja. Lha wong surga saja adanya di telapak kaki perempuan, apalagi cuma jabatan gubernur di pemerintahan.”

Karjo mulai sadar bahwa perdebatannya adalah tipikal perdebatan yang tak akan berujung, sebab masing-masing punya keyakinan argument yang sama-sama kuat. Maka, pilihan yang paling aplikatif saat itu tentu saja adalah menyudahi debat.

“Wis, ah, percuma debat sama kamu, Dek. Ngeyelan!”

“Lha rumangsamu kamu nggak ngeyelan juga apa?” sahut Romlah sambil tetap berkonsentrasi pada cabai dan tomat di atas talenan.

Iklan

Karjo tidak membalas. Ia langsung balik kanan dan ngeloyor ke teras depan, duduk santai dan kemudian sibuk dengan gajetnya.

Dari dalam rumah, terdengar Romlah berteriak, “Maaaas, tolong ke warung sebentar, belikan brambang bawang, ini ternyata habis!”

“Kamu saja sendiri yang beli, urusan dapur itu jatah perempuan!” jawab Karjo sambil berteriak pula. Jengkel betul ia rasanya.

Demi mendengar jawaban sengak dari Karjo, Romlah pun bangkit dan mendatangi Karjo di teras depan. “Jadi kamu nggak mau dimintai tolong ke warung?”

“Nggak, urusan dapur, itu jatahya perempuan.”

“Ya sudah, biar aku yang beli sendiri,” tukas Romlah, “tapi ingat, nanti malam, jangan harap aku mau ngasih jatah.”

Karjo tergeragap. Ia ciut dengan ancaman mematikan Romlah. Itu adalah ancaman yang jauh lebih mengerikan ketimbang ancaman persekusi dari ormas manapun.

“Eeee … yo jangan gitu, Dek. Sini, mana uangnya, biar Mas yang beli ke warung.”

Romlah tidak menjawab, ia hanya diam sambil mendengus. Karjo merespons dengan cepat. Tanpa menunggu Romlah menjawab, ia ambil uang limaribuan di genggaman tangan Romlah dan langsung meluncur ke warung.

Sepanjang perjalanan ke warung, Karjo semakin yakin bahwa perempuan tak boleh jadi gubernur.

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2024 oleh

Tags: gubernurJogjaperempuan
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.