Ganjar Khotbah di UGM: Ada yang Demo, Ada yang Foto-foto

ganjar pranowo mojok.co

Ganjar Pranowo saat mengisi ceramah salat tarawih di Masjid Kampus UGM. (Dok. Pemprov Jateng)

MOJOK.CO – Momen Ganjar Pranowo mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM menarik perhatian publik. Selain diwarnai demo, Ganjar juga dinanti untuk diminta foto selfie.

Spanduk protes soal penambangan di Desa Wadas menyambut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat berceramah di Masjid Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (6/4) malam.

Agenda ini rangkaian khotbah tarawih yang mengundang sejumlah tokoh publik. Ganjar diundang untuk menyampaikan ceramah bertajuk ‘Menuju Efektivitas dan Efisiensi Birokrasi di Indonesia’.

Awalnya Ganjar menyampaikan soal banyaknya keluhan warga atas berbagai persoalan. Perkembangan teknologi turut mempengaruhi respons birokrasi terhadap keluhan tersebut, termasuk kemudian langkah antikorupsi.

Setelah khotbah berlangsung selama tiga menit, Ganjar menghentikan paparannya soal birokrasi. Ia menyinggung soal bentangan spanduk di tengah-tengah jemaah yang duduk bersila. Spanduk itu hanya dibentangkan sebentar. Saat Mojok melongok ke tengah Jemaah, spanduk itu sudah tak terlihat.

“Ada yang bawa spanduk, mungkin mau menuliskan. Diangkat juga saya tidak apa-apa karena itu bagian dari exercise politik. Diangkat aja mas, enggak apa-apa. Ini bagian dari salat tarawih yang sangat menarik di UGM. Inilah demokrasi,” komentar Ganjar.

Pernyataan Ganjar itu pun disambut tepuk tangan jemaah. “Saya sangat senang dengan kekritisan kawan-kawan dan inilah diskusi yang selalu terbuka untuk mendewasakan kita semuanya,” lanjut lulusan Fakultas Hukum UGM itu.

Bukan hanya spanduk, spanduk lain ‘kelestarian alam sebagian dari iman’ juga dibentangkan oleh dua pemuda di halaman sisi utara masjid. Mereka mengenakan kaos dan kopiah hitam bertuliskan #SaveWadas.

Demo #SaveWadas di depan Masjid Kampus UGM. (Arif Hernawan/Mojok.co)

Belakangan diketahui tanda pagar (tagar) itulah isi spanduk tersebut. Wadas merupakan desa di Purworejo, Jawa Tengah, yang menjadi lokasi penambangan batu andesit sebagai bahan baku Bendungan Bener di kabupaten itu.

Sebagian besar warga desa menolak penambangan hingga beberapa kali konflik pecah. Medio Februari 2022 lalu, puluhan warga ditangkap dan mengalami tindak kekerasan oleh aparat.

Di ujung khotbah, Ganjar pun menyinggung soal Wadas. Ia menyatakan telah menyelesaikan berbagai masalah, mulai soal Semen Rembang, PLTU Batang, jalan tol, dan Wadas.

“Dan Wadasnya rame. Kemarin mau debat di sini, kok galak men, mbok rembukan. Ini pekerjaannya PUPR, yang membebaskan BPN, yang mengamankan polisi, yang mengerjakan di lapangan BBWS SO,” ujarnya.

PUPR adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, BPN adalah Badan Pertanahan Nasional, dan BBWS SO ialah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. Mereka semua terlibat dalam proyek Bendungan Bener dan penambangan Wadas.

“Saya tidak terlalu punya otoritas tinggi. Tapi ketika terjadi sesuatu dan tidak ada pemimpin yang berani angkat tangan bertanggung jawab, maka saya bilang saya bertanggungjawab,” lanjut Ganjar dengan nada meninggi yang disambut tepuk hadirin.

Namun pernyataan Ganjar di khotbah itu hanya dianggap formalitas oleh para demonstran. Sebab, masyarakat Wadas belum mendapat kepastian akan nasib mereka jika Wadas ditambang. “Ini solidaritas teman-teman kami dari individu-individu untuk masyarakat Wadas yang terkena represi hingga saat ini,” ujar Umar, peserta aksi.

Aksi di tempat ibadah disebut berlangsung spontan, tanpa koordinasi, dan bukan atas nama organisasi. “Kebetulan ada Pak Ganjar juga. Teman-teman pengen (aksi) simbolik. Enggak pengen teriak-teriak. Harapan kami publik mengetahui isu Wadas masih bergulir dan ketidakadilan masih terjadi di sana,” ujarnya.

Ganjar keluar dari Masjid UGM nyaris sejam setelah salat tarawih usai. Muncul dengan masker merah putih, ia tak memberi keterangan lebih lanjut soal demonstrasi itu. Ia dikerubuti jemaah –yang kebanyakan mahasiswa– untuk foto-foto, lalu langsung masuk ke mobil dan sempat membagi-bagikan kopiah.

Saat Ganjar meninggalkan Masjid UGM, kedua spanduk itu kembali direntangkan di area luar masjid. Selain dua spanduk itu, spanduk ketiga juga muncul. Bunyinya: ‘Gusti Berkahi’. Mobil Ganjar terus melaju.

Reporter: Arif Hernawan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Polda dan Pemda DIY Sepakat Hapus Istilah Klitih untuk Berantas Klitih dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

 

Exit mobile version