MOJOK.CO – Tidak banyak yang mengetahui, Fakultas Kedokteran UGM adalah fakultas kedokteran tertua di Indonesia. Perjalanannya begitu panjang dan telah melewati masa-masa sulit.
Fakultas Kedokteran UGM atau yang kini bernama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM merupakan salah satu fakultas paling populer di Indonesia. Di fakultas itu terdapat program studi (Prodi) Kedokteran yang punya persaingan ketat karena peminatnya begitu banyak. Bahkan, tingkat selektivitas prodi ini bisa mencapai 1 banding 85.
Di balik kepopulerannya, Fakultas Kedokteran UGM (FK UGM) ternyata menyimpan sejarah yang panjang. Cikal bakalnya sudah ada sejak zaman penjajahan. Fakultas ini mampu bertahan di tengah masa sulit hingga bisa menjadi seperti sekarang ini.
FK UGM dirintis di tengah masa sulit
Kemunculan FK UGM tidak terlepas dari dinamika perjuangan bangsa Indonesia menghadapi penjajah. Kalau mau ditarik ke belakang, pada zaman penjajahan Belanda terdapat sekolah kedokteran di Jakarta. Sekolah itu bernama School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA yang kemudian berubah nama menjadi Geneeskundige Hoge School (GHS).
Saat masa penjajahan Jepang 1943-1945, Jepang menutup GHS. Kemudian, Jepang mendirikan sekolah kedokteran baru bernama Djakarta Ika Daigaku. Walau sekolah baru, sebagian besar fasilitas dan pengajar Djakarta Ika Daigaku berasal dari GHS.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintaha RI mengambil alih Djakarta Ika Daigaku. Pemerintah RI mengubah nama sekolah kedokteran itu menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK). Perguruan tinggi ini berada di bawah Kementerian Kesehatan.
Indonesia memang sudah merdeka, tapi situasi keamanan Jakarta masih genting pada saat itu. Terjadi perlawanan di mana-mana. Tercetuslah rencana memindahkan PTK ke Yogyakarta. Sayangnya, Yogyakarta tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk pendirian sebuah perguruan tinggi kedokteran.
Melihat kondisi saat itu, pemerintah akhirnya mendirikan Perguruan Tinggi Kedokteran di Klaten. PTK yang berdiri di Klaten pada 5 Maret 1946 adalah bagian pre-klinik. Sementara, PTK bagian klinik berdiri di Surakarta pada 4 Maret 1946.
PTK pre-klinik di Klaten inilah yang menjadi cikal bakal FK UGM. Pada saat itu, kegiatan perkuliahan dan laboratorium dilakukan di Rumah Sakit Tegalyoso Klaten. Rumah sakit itu masih ada hingga saat ini, tapi sudah berubah nama menjadi bernama RS dr. Soeradji Tirtonegoro.
Baca halaman selanjutnya…
Perjalanan dari Klaten pindah ke Jogja
Dari Klaten pindah ke Jogja
PTK kemudian pindah dari Klaten ke Yogyakarta pada 1949. Perpindahan ini bebarengan dengan Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi (PTKG) dan Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO) yang sebelumnya juga berada di Klaten. Di Yogyakarta, tiga perguruan tinggi ini melebur menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran. Tepatnya pada 1 November 1949, perguruan tinggi ini resmi menjadi PTK terlengkap pertama di Indonesia.
Pemerintah menunjuk Prof. Dr. M. Sardjito sebagai pemimpin perguruan tinggi tersebut. Tidak sendiri, ia dibantu oleh dr. Soetarman, Drs. Radiopoetro dan dr. Soemoesmo. Sejumlah dosen yang mengajar di masa-masa awal ini ada Drs. Sardjono, Prof. Ir. H. Johanes, Prof. Abdulrahman Saleh, dan dr. Moh. Sale.
Awalnya PTK berlokasi di Mangkubumen. Kemudian, PTK bergabung dengan perguruan tinggi yang sudah ada di Yogyakarta sebelumnya, yaitu Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (BPTGM) yang berada di Sekip. Perguruan tinggi yang berdiri pada 28 Februari 1946 itu berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi Gadjah Mada. BPTGM hanya memiliki dua fakultas pada saat itu, Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menggabungan seluruh sekolah tinggi dan perguruan tinggi yang ada menjadi satu univeristas bernama Univeritas Negeri Gadjah Mada (UNGM). Rencana itu terealisasi. Pada 19 Desember 1949, UNGM secara resmi menyelenggarakan kegiatan perguruan tinggi. Tanggal itu menjadi hari kelahiran UGM hingga saat ini.
Tidak berhenti sampai di situ, pada 1982, fakultas kedokteran yang tersebar di Jogja dipindahkan ke Kampus UGM di Sekip. Demi mendukung kelancaran pembelajaran pendidikan kedokteran, Kementerian Kesehatan RI kemudian membangun RSUP. Dr. Sardjito. Rumah sakit itu masih berdiri hingga saat ini dan menjadi andalan warga Yogyakarta.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Segini Biaya Kuliah di Jurusan-jurusan Favorit UGM
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News