Jutaan Pengguna Jalan Tol Jadi Alasan Luhut Naikan Tiket Candi Borobudur

Borobudur

Wisatawan melintas di pelataran candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). ANTARA FOTO/Anis Efizudin.tom.

MOJOK.CO – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengkhawatirkan kemungkinan jutaan wisatawan memadati Candi Borobudur setiap tahunnya. Hal itu menjadi salah satu alasan penetapan kenaikan harga tiket cagar budaya ini.

Kekhawatiran tersebut dikarenakan adanya proyek jalan tol yang akan melintasi wilayah Borobudur. Ia mengestimasi keberadaan jalan tol tersebut membuat 26 juta pengguna jalan  lewat setiap tahunnya. Sebagian dari pengendara yang lewat itu berpotensi mampir ke candi umat Buddha ini.

“Jadi dengan kita buka jalan tol sekarang, itu satu tahun akan masuk 26 juta orang, berapa juta bisa masuk ke Borobudur,” tegas Luhut pada rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Kamis (9/6) dilansir dari Antara.

Luhut menekankan bahwa kebijakan penyesuaian harga tersebut didasarkan pada studi mendalam yang telah dilakukan dengan berbagai pihak.

“Jadi mengenai Borobudur, kita bikin studi komprehensif dengan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) di situ, dan angka itu keluar. Tapi karena ribut semua, kita tunda itu,” paparnya.

Pada rapat tersebut Luhut juga menekankan bahwa kenaikan harga tiker Borobudur ini didasari pentingnya pembatasan maksimal 1.200 pengunjung sehari berdasarkan saran UNESCO. Candi Borobudur disebut telah mengalami penurunan ketinggian dan kerusakan di sejumlah titik.

Luhut memberikan gambaran bahwa belakangan, setelah penyekatan aktivitas karena Covid-19 dilonggarkan, penginapan di wilayah Bobobudur sudah dipenuhi wisatawan. Sehingga ke depan, kemungkinan kenaikan pengunjung akan semakin tinggi.

Selain itu yang tak kalah penting terkait keperluan revitalisasi cagar budaya ini. Luhut menyebut bahwa kenaikan harga tiket masuk Borobudur juga dipertimbangkan untuk kemungkinan tersebut.

Setelah penetapan harga tiket ini rencananya pemerintah juga hendak mengatasi persoalan sampah yag menumpuk di daerah Borobudur. Dalam rapat tersebut, Luhut juga mengeluhkan banyaknya sampah yang berserakan dan menyebabkan bau tak sedap di area tempat wisata itu.

Luhut Binsar Panjaitan banyak terlibat dalam polemik kenaikan harga tiket Borobudur lantaran Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi juga memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan sektor pariwisata.

Usulan kenaikan harga sebesar Rp750 ribu per orang ini akan diterapkan pada wisatawan domestik. Sedangkan bagi wisatawan mancanegara, harga yang tiket yang diusulkan sebesar 100 dollar AS per orang dewasa.

Sehari sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan memang telah sepakat untuk menunda rencana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur. Hal ini dilakukan setelah rencana ini menuai pro dan kontra di kalangan publik.

Tarif tersebut dirasa terlalu mahal bagi banyak kalangan. Salah satu tanggapan yang muncul berasal dari pemuka agama Budha, Bikkhu Sri Pannyavaro Mathera yang menganggap harga tiket sebesar Rp750 ribu memberatkan bagi banyak kalangan.

“Rakyat kecil (umat Buddha pedesaan yang berada cukup banyak di Jawa Tengah) sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan ‘puja’ atau ‘pradaksina’ karena harus membayar biaya yang sangat mahal baginya,” tulisnya dalam keterangan resmi yang diunggah Media Komunikasi Sangha Theravada Indonesia.

Bikkhu Sri Pannyavaro sepakat dengan pembatasan kuota dan rela jika umat Buddha harus mengantre ke Borobudur demi menyalamatkan bangunan candi dalam jangka panjang. Tapi ia menyayangkan jika harus dengan membayar tiket dengan nominal yang disebutkan tadi.

“Biarlah umat Buddha sabar memanti antrian bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara Muslim yang juga sabar memanti antrian naik haji sampai beberapa tahun,” lanjutnya dalam keterangan tertulis.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

Exit mobile version