Digagas Sri Sultan HB X, Pejabat Jogja Pentas Ketoprak di Titik Nol Km

ketoprak mojok.co

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Shitaresmi menyampaikan pentas ketoprak pejabat di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Kamis (01/12/2022).(yvesta ayu/mojok.co)

MOJOK.CO – Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X mencoba mendekatkan para pejabat di lingkungan Pemda DIY dengan masyarakat. Salah satunya dengan menggagas hiburan yang bisa dinikmati semua orang tanpa sekat melalui pentas seni rakyat ketoprak.

Tak sekedar ketoprak biasa, sejumlah pejabat akan ikut terlibat sebagai pemain ketoprak yang akan digelar di Titik Nol Kilometer pada Sabtu (03/12/2022). Diantaranya Rama Banar sebagai Jaya Sudarga dan Rektor UGM Ova Emilia sebagai Nyi Jaya Sudarga.

Selain itu Kepala Pengadilan Tinggi yang memerankan Ki Ajar Rumeksa, Kajati DIY memerankan Nyi Ajar. Sutrisna Wibawa memerankan Ki Demang Prawiradirja dan Dalijo sebagai Mingu.

Kapolda DIY sebagai Botoh Dirga, Bupati Gunungkidul memerankan Botoh Amir, Wagub AAU sebagai Tejo, Wakil Bupati Bantul sebagai Darno dan Bupati Kulonprogo sebagai Mirjan. Kadispar DIY berperan sebagai Tarjo, Danlanud sebagai Pringga, Gubernur AAU sebagai Darpo, Danlanal sebagai Miranti, dan lain sebagainya.

Mengusung lakon “Crah Agawe Bubrah, Rukun Agawe Santosa”, pentas ketoprak ini menjadi media seni yang dapat menjadi sarana berinteraksi serta sarana berkomunikasi antara pejabat dengan masyarakat. Dengan demikian dapat menumbuhkan semangat masyarakat dalam mengapresiasi seni karena konsepnya hadir dengan bahasa dialog yang akrab dalam keseharian.

Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan DIY Dian Laksmi Shitaresmi di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Kamis (01/12/2022) mengungkapkan, pentas ini menyiratkan pesan penting bagi semuanya yakni untuk tetap bijak memasuki tahun politik 2024.

“Jangan terpancing atas upaya provokasi dalam berbagai bentuk. Terutama dengan memanfaatkan isu-isu SARA,” ujarnya.

Menurut Dian, lakon ini berangkat dari keresahan Sri Sultan HB X akan potensi perpecahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Terlebih para pendukung bakal calon presiden dari berbagai golongan pada Pemilu 2024 mendatang.

Karenanya selain menyampaikan pesan moral, pentas ketoprak ini juga sebagai upaya mengenalkan pejabat ke khalayak publik. Dengan demikian bisa membangun jembatan komunikasi yang lebih intens agar tidak ada jarak yang terlalu jauh antara masyarakat dengan pejabat pelayan publik.

“Menjelang situasi politik 2024, harus ngedemke (mendinginkan-red) situasi dan kondisi. Kalau kemudian Jogjakarta menjadi adem ayem tenteram ini maka potensi-potensi ke depan yang mungkin itu panas bisa dihindari,” jelasnya.

Dalam pentas kali ini, Sultan meminta para pejabat tak terikat pakem Jawa. Mereka bisa menjadi tokoh dengan karakter daerahnya masing-masing agar pentas menjadi lebih berwarna dan pesan tetap tersampaikan.

“[Pentas] saling mendekatkan antara pejabat dengan masyarakat sekaligus juga memberikan satu apresiasi melalui seni sehingga akan lebih cair suasananya. Sehingga semua bebas mengapresiasi,” tandasnya.

Sementara sutradara pementasan Bambang Paningron mengakui lakon kali ini tidaklah mudah disiapkan. Apalagi para pemain bukan aktor maupun seniman ketoprak.

“Seluruh proses latihan benar-benar diawali dari nol,” jelasnya.

Namun Bambang melihat semangat yang tinggi dari para pejabat. Meski memiliki keterbatasan waktu, merekatetap menyempatkan diri untuk berlatih.

“Meski masing-masing memiliki kesibukan tapi tetap menyempatkan diri untuk mendalami perannya,” imbuhya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Jalan Menuju Destinasi Wisata DIY Banyak yang Ekstrem! Ini Rekomendasi KNKT

Exit mobile version