Alasan Indonesia Sudah Masuki Fase Endemi Covid-19 Menurut Satgas IDI

Indonesia masuki fase endemi

Ketua Satgas COVID-19 Prof dr Zubairi Djoerban Sp.PD menyampaikan penjelasnnya terkait virus corona COVID-19 di kantor IDI Jakarta, Kamis (5/3/2020). (ANTARA/Aditya Ramadhan)

MOJOK.CO – Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Prof Zubairi mengatakan kini masyarakat Indonesia akan lebih akrab dengan istilah endemi. Ini karena dari sejumlah indikator yang ada, fase pandemi sudah berakhir.

“Apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi? Saya akan jawab iya. Kenapa? Karena positivity rate-nya stabil di bawah 3 persen. Keterisian tempat tidur rumah sakit dan angka kematian juga rendah sekali,” kata Zubairi Djoerban, Rabu (8/6) dilansir dari Antara.

Zubairi mengatakan istilah endemi akan lebih akrab ditelinga masyarakat Indonesia setelah dua tahun belakangan terbiasa menyebut situasi yang terjadi dengan sebutan pandemi.

Endemi merupakan kondisi di mana suatu penyakit telah biasa ada di dalam suatu populasi atau area geografis tertentu. Beberapa penyakit yang masuk kategori endemi di Indonesia yakni malaria dan demam berdarah (dengue).

Sebelumnya, Zubairi yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) mengatakan bahwa banyak masyarakat yang bingung terkait situasi terkini Covid-19 di Indonesia. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain apakah Indonesia benar-benar sudah berada di tahap endemic atau masih transisi.

Terkait berbagai pertanyaan itu, Zubairi memberikan gambaran laporan angka kasus harian Covid-19 di Indonesia yang kondisinya sudah tergolong sangat baik.  Termasuk jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain di dunia.

“Saat ini, memasuki bulan Juni, angka kasus di Indonesia selalu di bawah 400. Ini bagus sekali. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang telah menyatakan endemi, namun kasusnya masih 70 ribu kasus per hari,” ujarnya.

Meski kasus aktif dan angka penularan di Indonesia tergolong rendah, Zubairi tak menampik bahwa jumlah tes Covid-19 di Indonesia sangat sedikit jumlahnya.

“Betul. Namun hal itu bisa terkoreksi dengan BOR. Kalau sakitnya sang pasien parah karena COVID-19, pasti ke rumah sakit. Faktanya rumah sakit sepi. Positivity rate mingguan kita juga bagus,” katanya.

Mudik Lebaran 2022 yang semula dikhawatirkan banyak pihak berpotensi memicu gelombang lanjutan pandemi COVID-19, juga nyatanya tidak terbukti. “Awalnya kita khawatir soal itu. Apalagi yang mudik tercatat ada puluhan juta orang,” lanjutnya.

Namun melihat kondisi yang sudah lebih dari dua bulan sejak awal puasa, lonjakan kasus tidak terjadi. Maka Zubairi yakin bahwa kini Indonesia sudah memasuki fase endemi Covid-19.

Zubairi berharap situasi yang membaik ini tak membuat pemerintah maupun masyarakat lengah. Mengingat Covid-19 merupakan penyakit yang dinamis. “Amat dinamis. Jadi, masih ada kemungkinan terjadi kenaikan. Harus tetap waspada dan taat protokol kesehatan,” katanya.

Lonjakan kasus Covid-19 di masyarakat dalam beberapa waktu ke depan dirasa masih mungkin terjadi. Namun Zubairi yakin dengan angka vaksinasi yang sudah tinggi, maka jika terinfeksi hanya gejala ringan seperti batuk dan pilek saja.

Terkait vaksinasi, kata Zubairi, sasaran kelompok usia dewasa sudah lebih dari 70 persen. “Usia lanjut kurang sedikit. Booster juga sudah mulai lumayan banyak. Kalau dibandingkan dengan negara lain, cakupan vaksinasi kita juga sudah lumayan bagus,” katanya.

Pemerintah Indonesia hingga saat ini memang belum mencabut status pandemi yang sejak awal 2020 sudah mencatatkan lebih 532 juta kasus di seluruh dunia ini. Namun sejumlah pakar maupun pengamat seperi Zubairi telah meyakini berdasarkan berbagai indikator, Indonesia telah masuk ke fase endemi.

Penulis: Hammam Izzudin
Editor : Agung Purwandono

BACA JUGA Kenaikan Harga Tiket Candi Borobudur Ditunda Setelah Ganjar-Luhut Bertemu dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Exit mobile version