ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Pandemi dan Wajah Sesungguhnya Para Pemimpin Kita

Puthut EA oleh Puthut EA
24 Juni 2021
0
A A
Pandemi dan Wajah Sesungguhnya Para Pemimpin Kita MOJOK.CO

Pandemi dan Wajah Sesungguhnya Para Pemimpin Kita MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dalam pendemi ini, kita disuguhi dagelan para pemimpin yang abai atas suatu ancaman. Cenderung ndagel yang tidak pada tempatnya.

Dalam pelajaran tentang kepemimpinan, ada semacam rumus: “Jika ingin tahu kualitas kepemimpinan seseorang, lihat caranya dalam mengatasi masalah. Dari situ kita tahu apa yang ada di dalam otaknya.”

Selama ini, pola perekrutan kepemimpinan kita hanya melalui demokrasi prosedural belaka. Utamanya tentu saja lewat sistem kepartaian sebagai salah satu motor utama demokrasi di Indonesia. Ada cara lain sebagai daya dukung yaitu pencitraan. Ketemulah di situ dua mesin: mesin nyata dan mesin maya.

Sialnya, mesin nyata di situ bukan berarti lewat ujian kepemimpinan yang sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan secara etis. Sebab salah satu watak kepartaian kita masih bersifat dinasti dan oligarki. Tidak tumbuh bersama masalah masyarakat di bawah. Tidak lewat pengorganisasian masyarakat lewat gerakan-gerakan komunitas dan sektoral kemasyarakatan.

Sedangkan mesin maya digerakkan oleh para perias tabiat dan muka. Naik kuda biar terlihat kekuatannya dalam kemegahan kepemimpinan. Masuk ke dalam gorong-gorong biar terlihat mau berkotor ria dalam menyelesaikan masalah masyarakat. Ada yang lewat retorika manis, senyum manis, tapi kita tidak pernah tahu apa sesungguhnya hasil nyata kerjanya. Ada yang sok asyik menyapa warga, naik sepeda, tapi kita tidak pernah mengerti bagaimana keberhasilannya jika dilihat dalam pengentasan kemiskinan dan problem struktural lainnya. Dan lain-lain.

Tapi pandemi ini membuat segalanya berbeda. Dulu kita dipaksa hanya menerima begitu saja polesan pencitraan lewat televisi, media massa, dan media sosial. Dulu, kita dipaksa mengangguk-angguk atas pilihan partai politik karena itulah satu-satunya yang bisa diandalkan dalam menapis kualitas kepemimpinan seseorang. Tapi kini kita tahu, keduanya mempunyai lubang besar. Jika ujian kepemimpinan adalah pandemi, nyaris tidak ada pemimpin kita dari pusat sampai daerah yang lolos menghadapi pandemi ini.

Kalau ada yang bilang bahwa tidak ada satu pemimpin pun yang lolos dalam menghadapi pandemi, maka bukan itu yang sedang kita bicarakan. Melainkan cara memutuskan suatu kebijakan, dapat gamblang memperlihatkan argumen dan etika seorang pemimpin.

Dalam pendemi ini, kita disuguhi dagelan para pemimpin yang abai atas suatu ancaman. Cenderung ndagel yang tidak pada tempatnya. Bisa diputar ulang komentar para pemimpin tentang tidak mungkin ada corona di Indonesia. Lalu mereka keliru. Sialnya, tidak ada satu pun dari mereka yang meminta maaf kepada publik. Padahal brengsek betul dagelan mereka….

Pasugatan politik selanjutnya adalah betapa kebijakan satu sama lain tidak konsisten. Acak-adut dan centang-perenang. Tidak konsisten, dan cenderung mencla-mencle. Esuk dhele, sore tempe, kalau kata orang Jawa. Dan selalu punya perspektif yang keliru: menyalahkan masyarakat.

Ada satu meme bagus untuk menggambarkan hal itu. Dua orang, satu orang berbadan tinggi sedang menuding orang berbadan pendek. Orang berbadan tinggi itu diberi label: Memegang APBN triliunan; mengendalikan polisi dan tentara; punya otoritas mengontrol bandara; punya jutaan pegawai; bisa bikin aturan apa saja. Orang itu menuding sembari berteriak: “Kau tidak taat protokol kesehatan!” Sementara yang dituding adalah orang bertubuh pendek dengan label: Rakyat biasa, cuma punya masker.

Masyarakat diperintahkan tidak mudik, tapi tempat wisata dibuka seluas-luasnya sampai berjubel. Lalu yang disalahkan orang yang mudik. Tempat wisata diperketat ketika publik sudah mulai mengecam kebijaikan biadab itu. Sedikit-sedikit rakyat disalahkan karena tidak disiplin memakai masker dan protokol kesehatan. Padahal negara punya aparat. Negara bisa membuat orang tidak hanya memakai masker, bahkan bisa membuat rakyat tidak keluar rumah. Sungguh kita disodori oleh antologi pejabat yang tidak masuk akal.

Belum lagi mendidih hati kita semua, menyaksikan berita terbaru bahwa di Bali, peningkatan angka Covid-19 dipacu karena kebijakan Work from Bali ketika pandemi. Tapi sampai detik ketika tulisan ini diunggah, tidak ada satu pun pejabat publik kita yang bilang bertanggung jawab dan meminta maaf. Artinya, kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi diri para pejabat kita nol puthul. Kosong. Belum lagi kualitas etis dan mental untuk bertanggung jawab lalu meminta maaf… sungguh sangat menyedihkan.

Belum lagi, ketika kebijakan menghadapi pandemi dikorupsi secara brutal, dan di saat yang sama, lembaga antikoriupsi dilemahkan. Negeri ini, sungguh menyedihkan.

Sudah begitu, tetap saja dalam situasi seperti ini, berbagai menuver politik yang tidak etis dikembangkan. Mulai dari usulan dan gerakan presiden tiga periode, dan lain-lain. Timses dibentuk. Baliho dipacak di mana-mana. Dari situ kita tahu, banyak pejabat kita yang sesungguhnya menjadi pejabat karena besutan mesin maya dan otoritas mesin nyata tanpa menilik kemampuan sesungguhnya dan kadar etika di dalam diri mereka.

Sialnya, nanti kita akan dipaksa memilih model pemimpin dengan cara yang sama, maka hasilnya ya bakal begini-begini saja. Tidak terbayang masa depan kita di sana.

BACA JUGA Jokowi Tiga Periode Adalah Program Politik yang Masuk Akal dan tulisan Puthut EA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2021 oleh

Tags: 3 periodeCOVID-19lockdownpandemiwork from bali
Iklan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Naik Kereta Api di Jogja Tak Harus Gunakan Masker Lagi. MOJOK.CO
Kilas

Naik Kereta Api di Jogja Tak Harus Gunakan Masker Lagi

13 Juni 2023
Kritik untuk Jogja Sebuah Cinta yang Tidak akan Kita Menangkan MOJOK.CO
Esai

Kritik untuk Jogja: Sebuah Cinta yang Tidak akan Kita Menangkan

7 Juni 2023
KTR Malioboro.MOJOK.CO
Kilas

Kasus Covid-19 di DIY Meningkat Tajam, Segera Vaksinasi Masyarakat Berisiko Tinggi

2 Mei 2023
vaksin booster kedua mojok.co
Kesehatan

Pemerintah Stop Kirim Vaksin ke DIY karena Capain Booster Kedua Rendah Selama Ramadan

30 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jadi driver Gojek buat cari duit malah tekor terus kena order fiktf, hidup tertolong promo MOJOK.CO

Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

13 Juni 2025
pengalaman pertama naik krl jogja-solo, klaten.MOJOK.CO

Pengalaman Pertama Orang Klaten Naik KRL Jogja-Solo, Sok-sokan Berujung Malu karena Tak Paham Kursi Prioritas dan Salah Turun Stasiun

13 Juni 2025
Sri 'Itut' Hastuti melatih dengan hati. MOJOK.CO

Sri Hastuti, Pelatih Sepak Bola Putri yang Melatih dengan Hati

17 Juni 2025
Pertama kali naik kereta api (KA) ekonomi setalah bertahun-tahun naik bus ekonomi. Rasanya seperti mimpi meski tak pernah pakai KAI Access MOJOK.CO

Orang Desa Pertama Kali Naik Kereta Api Ekonomi: Banyak Gaya karena Bosan Naik Bus Ekonomi, Berujung Nelangsa Beli Nasgor di KAI

11 Juni 2025
Upaya mahasiswa dapat beasiswa s2 dari dosen Unair. MOJOK.CO

Gelar Sarjana Akuntansi Tak Guna, Akhirnya Pilih Kuliah S2 dan Nekat Cari Beasiswa dari “Ordal” dengan Harapan Kerja di Perusahaan Besar

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.