7 Fakta Ibu Ruswo, Kurir Rahasia yang Memasok Rokok untuk Para Pejuang

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

MOJOK.CO Sosok Ibu Ruswo mungkin kurang begitu dikenal dalam narasi sejarah Indonesia. Namun, dia adalah sosok perempuan yang dalam masa perang gerilya menjadi kurir rahasia, inisiator dapur umum, pemasok logistik pejuang berupa bahan makanan, termasuk rokok. 

Menyadur dari tayangan Jasmerah Mojokdotco yang dibawakan Samantha Aditya. Ada banyak fakta yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang sosoknya yang namanya menjadi sebuah nama jalan di Kota Yogyakarta. 

Berikut fakta-fakta tentang sosoknya:

#1 Ibu Ruswo bukan nama asli

Ibu Ruswo lahir dari keluarga Jawa golongan bawah. Ia hanya bisa sekolah sampai kelas 2 di sekolah rendah. Ini adalah sekolah untuk golongan pribumi yang mempelajari pelajaran dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. 

Nama asli Ibu Ruswo adalah Kusna. Setelah menikah dengan seorang pemuda bernama Ruswo, orang lebih mengenalnya sebagai sebagai Ibu Ruswo. 

#2 Aktif di organisasi 

Meski hanya sampai kelas 2 sekolah rendah. Ibu Ruswo memiliki pemikiran yang maju. Ia aktif di Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak (P4A) yang berdiri di Yogyakarta tahun 1932. Ia bahkan menjadi bendahara dan ketua cabang Mataram. 

Ia juga aktif dalam kepanduan. Tahun 1941 saat berlangsung Jambore/Perkino, atau pertemuan organisasi kepanduan di Jogja, ia mendapat tugas untuk mengurus bagian logistik. Saat Jepang masuk, ia bergabung Badan Pembantu Prajurit atau Badan Pembantu Pembelaan (BPP) cabang Yogyakarta. 

Jepang mendirikan badan ini untuk membina anggota PETA dan Heiho. Setelah Jepang pergi, organisasi ini berubah menjadi Badan Penolong Korban Perang. 

#3 Jadi kurir rahasia

Bukan hanya soal logistik, selama masa perang gerilya, Ibu Ruswo dan suaminya, aktif menjadi kurir penyampai pesan baik tulisan maupun lisan. Surat-surat tertulis ia sembunyikan pada stang sepeda yang kemudian ia tutup dengan pegangannya. Kadang ia sembunyikan juga di bawah sadel. Ia mengambil risiko keluar masuk kota yang saat itu dijaga prajurit Belanda.

#4 Mengkoordinir dapur umum

Ia memang tidak berjuang di garis depan seperti perempuan-perempuan yang mengangkat senjata di garis depan. Ia memilih berjuang dari garis belakang melalui dapur umum

Ibu Ruswo juga mengkoordinir ibu di kota untuk mencukupi kebutuhan logistik dapur umum hingga pendistribusiannya. Secara bergiliran, para relawan melakukan tugas memasak secara bergiliran. Tugas ini bukan tanpa bahaya. Semua dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kecurigaan tentara Belanda.

Para perempuan memasak secara bertahap dan tersebar, disesuaikan dengan bahan dan peralatan yang mereka punya. Ada beberapa keluarga yang hanya memasak nasi, sayur atau menyediakan minuman. Setelah siap, seluruh hasil masakan dibawa ke tempat gerilyawan atau diserahkan satu keluarga yang bertugas menerima makanan dan memberikan langsung kepada para gerilyawan. Selain cara tersebut, hasil masakan juga seringkali diserahkan ke markas dapur umum yang dipimpin Ibu Ruswo

#5 Memasok logistik pejuang

Setelah pemerintah membentuk BKR, Bu Ruswo mendapat mandat untuk membantu urusan logistik para pejuang. Urusan logistik bukan sekadar menyiapkan makanan melalui dapur umum. Ia juga harus mencari bahan dan mengatur distribusinya. Tidak gampang karena situasi itu pertempuran terus berkecamuk. 

Soal logistik pejuang, ia harus ke luar masuk kota. Ada satu barang yang sering pejuang inginkan saat berperang, yaitu rokok. Rokok di masa perjuangan, apalagi dalam kondisi sulit tentu saja jadi barang mewah. 

Ibu Ruswo memasok rokok untuk pejuang ini dengan mengambil risiko ditangkap Belanda. Rokok-rokok tersebut terbuat dari koran-koran bekas, tembakau, kelembak, lalu dilinting.

Ibu Ruswo bukan hanya memasok logistik untuk pejuang-pejuang di Kota Yogyakarta. Ia mengorganisir para relawan untuk memastikan logistik bisa diterima prajurit yang sedang bertempur di Magelang, Ambarawa, hingga Semarang. 

#6 Penghargaan

Berkat jasa Bu Ruswo dan para relawan, logistik para prajurit yang melakukan pertempuran di Kotabaru, Magelang, Ambarawa hingga Semarang terpenuhi. Keberhasilan tersebut kemudian membawa Ibu Ruswo mendapat piagam penghargaan dari Panglima Divisi III yang memberikan padanya saat upacara resmi Apel Besar di Magelang pada 25 Mei 1947.

Pada tahun 1958, Ibu Ruswo  dianugerahi Bintang Gerilya oleh Pemerintah Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan oleh Presiden Soekarno sendiri dan bertempat di Sitinggil KratonYogyakarta. Bersamaan itu pula Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ibu Sudirman mewakili Jenderal Sudirman, juga menerima anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia. 

#7 Jadi nama jalan

Mengenang jasa Ibu Ruswo yang meninggal pada 28 agustus 1960, keluarga eks. Resimen 22 Werkreis 3 mengusulkan perubahan nama jalan dari yang sebelumnya Jalan Dwikora menjadi Jalan Ibu Ruswo. Perubahan nama jalan itu melalui surat penetapan walikotamadya tahun 1981. Jalan ini terbentang di timur alun-alun utara hingga ke arah Jalan Brigjen Katamso. Jalan yang menjadi saksi perjuangan seorang tokoh perempuan dalam masa revolusi indonesia yang juga kemudian orang mengenalnya sebagai Ibu Para Pejuang.

Selengkapnya kisah Ibu Ruswo bisa disaksikan di sini:

 

Sumber: Jasmerah
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: 9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

Exit mobile version