5 Fakta Cak Yunus, Fried Chicken Jawa dari Jogja

Fried Chicken Cak Yunus, Kaki Lima tapi Istimewa

Fried Chicken Cak Yunus, Kaki Lima tapi Istimewa

MOJOK.COWarung Fried Chicken Cak Yunus punya posisi tinggi dalam kasta ayam goreng tepung di Yogyakarta. Istimewanya, meski jualan kaki lima, rasanya boleh dibilang bintang lima. 

Mojok merangkum fakta-fakta dari ayam goreng yang disebut-sebut sebagai fried chicken Jawa. Tulisan  ini hasil wawancara dengan Indah Wahyuni (42), putri pendiri Fried Chicken Cak Yunus.

#1 Nama Cak Yunus berawal dari anak yang sakit

Nama Cak Yunus ternyata bukan diambil dari nama pemiliknya, tapi diambil dari nama anak yang punya, tepatnya anak ketiga. Pendiri dan pemilik warung ini sendiri adalah Abdul Aziz (65) yang merintis usaha ayam goreng tepung ini tahun 1999.

Awal mula nama warung ini juga memiliki cerita tersendiri. Waktu itu, Yunus masih berusia 6 tahun. Yunus kecil sering sakit-sakitan dan tak memiliki nafsu makan. Satu-satunya makanan yang ia mau makan adalah ayam goreng, khususnya bagian kulitnya. 

Awalnya, Abdul Azis membelikan anaknya di penjual ayam goreng dekat rumahnya. Namun, warung itu kemudian tutup karena kena gusur. Akhirnya, ia kemudian meracik ayam goreng sendiri untuk anak mereka, yang kemudian memunculkan ide bisnis untuk jualan ayam goreng tepung. 

Keluarga Azis sendiri berasal dari Gresik dan merantau ke Yogyakarta untuk mencari peruntungan. Awalnya keluarga ini jualan tas. Namun bangkrut gara-gara sering ditipu orang. Rezeki kemudian datang dari jualan ayam goreng.

Ada yang menyebut, kalau warung Fried Chicken Cak Yunus dengan Lesehan Biru. Menurut Indah dua-duanya tidak salah, bebas mau disebut apa oleh pembeli.

#2 Fried chicken yang memilih jualan di warung tenda

Lokasi Fried Chicken Cak Yunus ada di dekat Trans Jogja depan Museum Biologi Jalan Sultan Agung Yogyakarta. Tempat jualan warung ini bukan di rumah atau toko, tapi di warung tenda. Warung ini juga tidak menawarkan tempat yang luas. Paling banyak muat hanya 10 orang. 

Namun, karena rasanya memang enak, orang rela berdesak-desakan. Bahkan warung ini pernah buka 24 jam, dan selalu ramai. Saat ini, rata-rata jam 20.00 Fried Chicken Cak Yunus sudah habis. Harganya juga terbilang murah antara Rp9.000 hingga Rp11.000 untuk sepotong ayam.

Jenama Cak Yunus bahkan sudah melekat sebagai salah satu kuliner khas dari Jogja. Banyak disebut sebagai fried chicken khas Jawa karena sausnya bukan seperti fried chicken kebanyakan, tapi menggunakan sambal tomat. 

#3 Tidak mau buka cabang

Fried Chicken Cak Yunus tak mau buka cabang. Itu sudah keputusan dari keluarga Abdul Azis. Menurut Indah, sebenarnya mereka pernah membuka cabang karena banyaknya permintaan dari pelanggan. 

Bahkan dua kali ayam goreng tepung Cak Yunus mencoba membuka cabang. Namun, tak semulus dibayangkan. Pelanggan banyak yang mengeluh bahwa rasanya berbeda dengan yang ada di warung utamanya. 

“Bapak dulu sampai bingung kenapa kok pada bilang rasanya beda, padahal meraciknya di tempat yang sama di sini. Hanya proses gorengnya yang dilakukan di cabang. Pernah juga coba meraciknya di cabang, tapi juga pada datengnya tetap ke sini,” jelasnya heran.

Bahkan Indah pun pernah membuka usaha serupa dengan racikan yang sama di daerah Bantul, namun sepi, pelanggan tetap datangnya ke Jalan Sultan Agung. “Mungkin sudah sugesti pelanggan ya Mas, kalau yang enak di sini,” tambahnya.

Dengan pengalaman itu, akhirnya keluarga Abdul Azis memutuskan untuk tidak membuka cabang, meski banyak permintaan dari pelanggan. 

#4  Kedepankan bahan berkualitas

Selain tidak mau buka cabang, Fried Chicken Cak Yunus juga tidak bisa ditemukan di aplikasi. Saking larisnya mereka nggak sempat jika harus melayani pelanggan dari aplikasi pembelian secara online

Meski berlabel warung tenda, Fried Chicken Cak Yunus mengedepankan kualitas. Indah menuturkan, ayam yang digunakan adalah ayam yang dipotong di hari itu juga, jadi selalu segar. Setiap hari rata-rata warung Cak Yunus menghabiskan 90-100 kilogram ayam. 

Abdul Azis juga selalu menggunakan pemasok ayam yang sama sejak mereka berdiri. Ini karena pemasok tersebut tahu, bahan baku ayam seperti yang diinginkan. Pernah ada pengalaman menggunakan pemasok baru saat pemasok langganan libur. Namun, ternyata kualitas ayamnya berbeda.

“Dulu pernah pas pemasoknya libur karena Lebaran, kita coba ambil dari yang lain, tapi potongannya beda, bahkan ayamnya dicampur sama yang kualitasnya tidak sesuai dengan permintaan kami,” tegasnya. Sejak itu, Fried Chicken Cak Yunus memilih ikut libur kalau pemasoknya juga libur.

#5 Langganan mahasiswa

Harga Fried Chicken Cak Yunus sangat terjangkau untuk mahasiswa. Ini karena memang sejak berdiri, sasaran utama adalah mahasiswa. 

Tak jauh dari warung itu berada memang terdapat beberapa asrama mahasiswa, mulai dari Asrama Mahasiswa Sulawesi Selatan hingga Asrama Mahasiswa Kalimantan Barat.

Indah sering menemui pelanggan yang dulunya masih mahasiswa, lalu kembali lagi setelah anaknya sudah besar-besar. “Sering ada yang datang, sudah jadi PNS, sudah punya anak, lalu cerita kalau dulu pas jadi mahasiswa sering makan ke sini,” kenangnya.

Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA SELENGKAPNYA: Fried Chicken Cak Yunus Memang Kaki Lima, tapi Istimewa

Exit mobile version