MOJOK.CO – Warga DIY pasti tak asing lagi dengan baliho “Anton Photo”. Bertahun-tahun baliho tersebut eksis di jalanan Yogyakarta. Fotonya template: pria berkumis yang sedang memegang kamera dengan ekpresi datar.
Banyak masyarakat yang penasaran dengan sosok Anton Photo yang ikonik ini. Pertanyaan yang sering mengemuka adalah siapa dia dan mengapa fotonya tak pernah ganti sejak dulu.
Kru Mojok berhasil memewawancarai sang pemilik: H. Harianto, S.Pd, atau yang dikenal sebagai Anton Photo. Ia mengaku sudah lama menekuni dunia fotografi.
“Berkecimpung dalam fotografi sudah lama sekali, sejak kuliah di IKIP Negeri Yogyakarta yang sekarang namanya UNY,” ungkap Anton. Berikut ini adalah fakta-fakta unik yang terungkap hasil wawancara dengannya.
7 kali daftar PNS
Anton menggeluti dunia fotografi sejak mahasiswa. Mulanya ia mengikuti seleksi untuk menjadi senat mahasiswa di IKIP Negeri Yogyakarta namun tugas dokumentasi membawanya pada hobi fotografi. “Saya diminta menjadi seksi dokumentasi dalam acara seminar nasional, dari situ saya senang fotografi,” paparnya.
“Saya tekuni, saya langsung lulus, berusaha inovasi, berusaha menjadi pegawai negeri. Saya daftar 7 kali tidak keterima. Wah, saya mau jadi guru, pegawai negeri, saya senang sekali, tapi tidak diterima,” kata Anton.
Anton sempat menjadi guru honorer selama beberapa tahun. Namun, berkat ketekunannya di dunia fotografi, ia sering kali dipanggil dalam acara-acara hajatan untuk memotret.
Tepat pada tahun 2003, ia mulai membuka studio fotonya sendiri. “Saya buka studio kecil-kecilan di rumah,” tambahnya. Anton tinggal di Jalan Godean Ngapak, atau dikenal dengan Jalan Godean.
Filosofi gambar
Tidak sedikit yang merasa penasaran, kenapa baliho studio Anton Photo menggunakan gambar yang sama selama bertahun-tahun. “Anton Photo itu fotonya Anton yang sebenarnya. Lha dikenal dari Pak Anton Photo, Oh… ini fotonya Anton,” jelasnya menguak misteri penggunaan model foto dalam balihonya.
Foto Anton ternyata sudah terpasang sejak tahun 2003. “Sekarang badan saya itu sudah tambah gemuk tapi wajah saya kumisnya masih sama,” ujarnya sembari tersenyum.
Ia bercerita bahwa balihonya menyimpan filosofi. Ada gambar gunung, langit, dan sawah, ini menggambarkan kampung di mana Anton berasal.
“Saya itu orang kampung, saya berangkatnya dari kampung apa adanya. Tidak kehilangan identitas, berangkat dari orang kampung, orang Jawa asli. Aku orang desa rezeki kota,” jelasnya.
15 titik baliho
Ada 15 titik pemasangan baliho Anton Photo yang tersebar di Sleman, Bantul, Kulon Progo, bahkan hingga ke daerah Magelang. “Jogja dulu awalnya Mas Andi (Andi’s Photo). Saya nyoba satu dulu, di depan rumah, di Jalan Godean. Langsung nyoba pasang lagi di Sedayu, kok lumayan [hasilnya]. Setelah itu pasang di Kabupaten Magelang. Kok dari Magelang itu lumayan juga. Nah, dari itu bisa mengangkat nama Anton Photo,” terangnya.
Pemasangan baliho di banyak tempat ini pun mempunyai maksud agar nama Anton Photo mudah diingat orang. “Jadi yang punya baliho masih penting sekali sekarang. Orang itu lihat itu udah ingat, oh studio Anton Photo. Di Magelang ada 2, di Kulon Progo, Sleman, Bantul, itu biar ingat” tambahnya.
Perkembangan teknologi
Anton mengikuti perkembangan zaman dalam melayani konsumennya. Ia awalnya menggunakan kamera film, namun kini beralih ke digital. “Era film itu dulu saya hari Minggu bisa moto manten di 12 tempat,” tuturnya.
Kemudian ia juga berinovasi dengan mengganti kamera. Dulu ia sempat kewalahan karena masih menggunakan kaset. Ia kini beralih ke era memory card dan memakai kamera SLR. Lalu, konsumen membutuhkan permintaan lain seperti menggunakan drone, maka Anton pun melayani permintaan tersebut.
“Saya harus bisa melayani konsumen” pungkasnya.
Penulis: Mutara Tyas Kingkin
Editor: Purnawan Setyo Adi