MOJOK.CO – Seajaib apa sih kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia kalau lagi naik pesawat? Nah, ini sembilan di antaranya.
Sebagai seorang yang rutin naik pesawat sejak sepuluh tahun lalu, saya menemukan hal-hal unik kalau tak mau dibilang ajaib dari penumpang pesawat dari orang-orang Indonesia.
Ya bukannya mau sombong nih ya, kebetulan saja pekerjaan bikin saya jadi sering naik pesawat, kalau kerjaan saya supir bajaj ya tulisan ini bakal bahas tipe penumpang bajaj yang hanya ada di Indonesia. Jadi kalau kebetulan saya nulis tipe penumpang pesawat, ya itu nggak istimewa-istimewa banget sih.
Begini ya, kadang itu saya suka berpikir apa karakter penumpang-penumpang pesawat Indonesia itu memang lucu-lucu gitu ya? Meski saya juga sadar banyak penumpang pesawat yang tidak tahu aturan di pesawat karena memang benar-benar memang belum tahu—karena baru pertama naik pesawat mungkin.
Ya lumrah sih, orang kalau nggak pernah naik bajaj, sekalinya naik bajaj juga pasti bingung kok. Apalagi yang biasa pakai aplikasi ojek online, tambah pusing lagi tuh pasti.
Hal ini yang kemudian bikin bermacam-macam kebiasaan penumpang-penumpang pesawat di Indonesia sering ajaib bin absurd. Bahkan saking ajaibnya, kadang-kadang saya merasa bahwa meski teknologi sudah canggih, kearifan lokal kita memang tidak bisa kita tinggalin begitu saja. Mau naik bajaj atau pesawat, ya orang-orang Indonesia mah selo aja. Dibawa santai.
Nah, berdasarkan pengalaman bertahun-tahun tersebut, saya jadi punya klasifikasi apa saja sih “kearifan lokal” penumpang pesawat yang bisa mencirikan bahwa penumpang itu merupakan orang Indonesia.
1. Karduspacker
Kardus memang benar-benar ciptaan Tuhan yang serbaguna. Jadi lemari darurat bisa, bahkan jadi alat penadah harta jarahan kalau kita pamit dari kampung halaman pun bisa.
Nah, jika orang pikir membawa kardus hanya dilakukan oleh penumpang bus atau kereta api, wah salah besar itu. Alat serbaguna ini juga biasa masuk juga ke kabin pesawat kok.
Desainnya yang revolusioner dengan warna coklat retro begitu dan tersedia dalam berbagai variasi ukuran, bikin kardus bisa dimasukin apa saja di segala kondisi dan cuaca. Entah makanan, oleh-oleh, bahkan beberapa celana dalam kotor.
Benar-benar alat yang jaya di darat, laut, dan udara deh.
Kadang kardus-kardus ini masuk bagasi, kadang masuk kabin. Pokoknya benar-benar khas Indonesia banget kalau sudah nemu para karduspacker ini—meski Malaysia sih denger-denger berencana ngeklaim ini sebagai budaya mereka juga sih.
Meski begitu, saya sih menyarankan agar penggunaan kardus ini dikurangi. Alasannya sederhana sih, ya karena di balik segala kelebihannya, kardus itu ringkih. Ya boleh deh pakai kardus, tapi ya nggak semua tas diganti kardus juga. Zuhud sih zuhud, tapi ya kira-kira dong.
Apalagi kalau kardus masuk bagasi, wah bisa rusak itu barang di dalamnya. Kalau masuk kabin juga, coba untuk pakai kardus yang kecil saja, biar ruang bagasi kabin tidak dihabiskan sendiri, masih banyak orang yang butuh ruang di bagasi kabin.
Saran saya juga kalau bawa kardus mending disatukan biar tidak ribet dan merepotkan orang lain. Saya pernah di Bandara Adisucipto yang bawa belasan kardus bakpia di satu troli. Badalah itu nunggu antri masuk X-Ray aja bisa 15 menit saking repotnya. Itu bakpia mau jadi oleh-oleh apa mau dijual lagi sih sebenarnya, Mang?
Kearifan lokal sih kearifan lokal, Mang, tapi mbok ya kirim kargo aja sih napa?
2. Tipe matiin hape mepet-mepet
Maskapai di Indonesia termasuk yang ketat soal ini, aturan penerbangan alat elektronik termasuk smartphone harus dimatikan sama sekali dan seragam di seluruh maskapai domestik.
Kalau maskapai luar negeri sih masih variatif, ada yang diminta mematikan ada yang cukup flight mode. Nah, kebiasaan penumpang Indonesia adalah mepet-mepet matiin hapenya, sampai menjelang take off baru dimatikan. Padahal seharusnya dimatikan ketika sudah diumumkan untuk mematikan smartphone.
Banyak yang bilang sinyal smartphone ini mengganggu jalur komunikasi pesawat, tapi ada juga yang bilang itu hanya mitos. Dengan segala perdebatan yang ada, bisa nggak ya sebagai penumpang pesawat itu tinggal manut saja sama aturan?
Kalau diminta mematikan ya matikan saat itu juga, jangan tunggu ditegur pramugarinya. Ya ini kan soal keselamatan bersama gitu lho. Ya untuk keselamatan masa masih perlu pakai debat segala sih. Ingat, safety can be fun.
3. Tipe nyalain hape cepet-cepet
Ini tipe kebalikan dari sebelumnya. Penumpang tipe ini begitu landing langsung buru-buru nyalain hape atau matiin airplane mode-nya. Padahal anjurannya adalah nyalakan hape saat sudah tiba di terminal kedatangan.
Penumpang tipe ini sak ndayak (kalau nggak mau disebut jutaan), paling hanya sedikit yang taat aturan. Bisa jadi juga ini aturan naik pesawat yang paling banyak dilanggar oleh penumpang Indonesia.
Barangkali bagi tipe penumpang ini, eksistensi di media sosial lebih penting ketimbang nyawanya sendiri. Ya kalau nyawanya sendiri sih resiko dia, lah ini kan mengancam nyawa orang lain juga? Emang situ siapa? Bruce Willis di Die Hard 2?
4. Tipe banyak printilan
Sebagai orang sangat sering naik pesawat, saya berusaha seringkas mungkin membawa bawaan. Kalau bisa hanya satu tas, maksimal sih dua.
Sebelum masuk pemeriksaan X-Ray saya juga pastikan printilan sudah masuk tas semuanya, jadi gampang dan ringkas. Kalau ringkas buat kita tentu juga bikin mudah bagi orang lain. Karena ada aturan soal diminta melepas ikat pinggang, jaket sampai mengeluarkan laptop.
Tapi oh tapi, penumpang Indonesia ini memang banyak yang tak begitu peduli sama aturan ini dengan lengkap. Masih sering di pemeriksaan X-Ray menemukan penumpang yang bolak-balik karena belum melepas ikat pinggang, laptop tak dikeluarkan dari tas, jaket nggak mau dilepas, smartphone masih di saku.
Poinnya, keribetannya ini bikin antrean tambah lama. Daripada repot dan banyak printilan kenapa nggak diringkaskan aja sih? Kalau nggak repot bagi diri sendiri kan juga nggak akan merepotkan orang lain.
5. Tipe mepet-mepet check in
Ini juga salah satu populasi penumpang pesawat yang banyak ditemui di Indonesia. Sudah tertera jam take off tetapi datang ke bandara mepet-mepet. Kalau antrean check in panjang lalu minta buru-buru sampai menyela antrian. Setelah itu lari-lari ke boarding room sampai naik pesawat. Hadeh. Capek sendiri—lihatnya.
Coba itu estimasi waktunya diperkirakan sebelumnya dong. Jangan mepet-mepet, sediakan waktu minimal satu jam lah sebelum boarding time. Memangnya jadwal pesawat itu ijab qobul pernikahan? Yang baru dimulai kalau kamunya udah datang?
Kalau pun terpaksa harus mepet-mepet karena ada banyak urusan, sekarang semua maskapai sudah menyediakan check in online. Jadi di bandara tinggal cetak boarding pass dan masuk ke ruang tunggu. Paling nggak lumayan lah, nggak bikin orang kesal karena main serobot antrean orang.
6. Tipe sosialita
Saya sering mengamati kalau tipe ini paling banyak populasinya saat pesawat tujuan ke luar negeri. Pokoknya dari atas sampai bawah serasi, kalau perlu bermerek semua. Apalagi kalau long flight wah banyak sekali yang begini. Tidak salah sih, gaya berpakaian itu kan hak semua orang, mau gaya apapun bebas.
Namun, coba amati deh penumpang mancanegara pas long flight. Kalau tidak bule ya penumpang Jepang/Korea. Kebanyakan dari mereka pakaiannya casual dan senyaman mungkin. Banyak ada juga yang cuma pakai kolor, sweater, atau celana tidur.
Kenapa? Ya karena long flight itu paling enak buat tidur.
Makin panjang flight-nya maka harus makin nyaman bajunya. Jadi kalau penumpang bule pakai baju tidur di pesawat itu ya itu perkara soal kenyamanan saja. Kan ini pesawat mau terbang, bukan catwalk untuk peragaan bejana, eh, busana?
7. Tipe Cepat-cepat Masuk
Di bandara-bandara Indonesia ini harus diakui, kadang boarding itu jadwalnya nggak diatur. Semua dipanggil boarding pada waktu yang bersamaan.
Yang terjadi kemudian penumpang jadi ingin cepat-cepat masuk. Ada yang seat di depan ada seat belakang jadinya boarding itu lama dan butuh waktu karena tidak teratur. Hal ini yang menyebabkan munculnya tipe penumpang yang buru-buru ingin cepat bisa masuk.
Mungkin maskapai Indonesia bisa mencoba mengatur saat boarding dengan memanggil untuk boarding bertahap sesuai urutan nomor seat seperti yang umum ditemui di Bandara Changi atau Narita/Haneda.
Ya kali, masa naik transportasi publik yang udah jelas nomor duduknya harus rebutan dulu-duluan masuk sih? Maksud saya, ngapain gitu? Lha wong juga akhirnya semua penumpang kebagian seat gitu. Emang di pesawat sedia dingklik buat yang nggak kebagian seat? Kan nggak juga?
8. Tipe buru-buru keluar
Ini paling sering ditemui pas landing, pesawat baru sampai apron sudah pada pada nggak sabar aja berdiri lalu ambil barang di kabin dan jadilah berebutan tempat di aisle (lorong) dan ambil barang dari bagasi kabin.
Kadang sampai jadi ricuh dan saling dorong. Padahal apa susahnya menunggu lebih lengang? Kalau saya sih mending jadi yang terakhir keluar, udah santai aja kayak di pantai.
9. Tipe taruh tas di kursi ruang tunggu
Kalau kamu di bandara terus lihat kursi ruang tunggu kosong dan diisi tas atau barang bawaan lainnya. Udah deh, saya jamin 90% yakin itu penumpang dari Indonesia. Warga negara yang sangat menghargai…. tas bawaannya sendiri ketimbang bokong manusia. Ajib.
Nah, itulah kira-kira sembilan tipe penumpang pesawat di Indonesia yang biasa menemani saya di sela-sela perjalanan pekerjaan saya. Harapan saya sih semoga kamu bukan salah satu di antaranya. Bukan apa-apa sih, ya kan repot kalau misalnya kamu merasa tersinggung terus melaporkan saya atas pencemaran nama baik. Maklum, sedang musim.