Surat Curhat yang Tidak Dibalas oleh Agus Mulyadi

agus-mulyadi-melamun-berpangku-tangan-MOJOK.CO

[MOJOK.CO] “Pantes nggak Agus Mulyadi jawab. Kalau sampai dia balas, paling yang keluar makian semua.”

Sebagai Kepala Suku, tentu saja saya harus memberi tauladan kepada para kru Mojok. Saya ikut aturan main yang disepakati bersama. Kecuali dalam keadaan terdesak. Seperti kali ini.

Sebagaimana biasa, semua naskah yang dikirim ke Mojok hanya bisa dilakukan via email resmi. Bukan ke orang per orang. Tapi kadang ada yang di-cc kepada orang-orang tertentu. Salah satunya adalah surat curhat ini.

Rubrik curhat, sebagaimana Anda tahu, diampu oleh Agus Mulyadi. Iseng saya membaca surat curhat itu. Isinya menarik. Tapi saya heran, kenapa sudah sebulan lebih surat curhat itu tidak kunjung dibalas oleh Agus.

Akhirnya saya menggunakan hak adat saya sebagai Kepala Suku. Saya menyurati si pengirim dan meminta izin untuk memuatnya dalam rubrik esai. Bukan rubrik curhat. Dia mengizinkan.

Supaya tidak terlalu bertele-tele, berikut isinya.

***

Dear Mas Agus yang selalu menginspirasi dan menghibur banyak orang….

Mas Agus, perkenalkan nama saya yang juga sama dengan Anda. Hanya beda nama belakangnya. Umur kita juga sama. Bahkan tanggal lahir kita sama.

Mas, saya mau curhat, dan sangat berharap jenengan membalasnya. Sebab ini menyangkut sesuatu yang sangat penting.

Begitu lulus SMA, saya memutuskan tidak mau kuliah. Mirip dengan Mas Agus. Hanya saja kalau Mas Agus kan karena kahanan, sementara saya karena keputusan sendiri. Ibu saya seorang perawat dan bapak saya guru SMP. Saya hanya dua bersaudara. Saya anak kedua. Dari sana saja, sebetulnya jenengan tahu kalau kedua orangtua sangat menginginkan saya kuliah.

Tapi saya menolak. Bukan berarti pula saya antisekolah, Mas. Tapi saya ingin sekolah dengan biaya sendiri.

Kebetulan saya punya sedikit keahlian ngoprek hape. Saya lalu membuka kios kecil dengan menjual sepeda motor saya. Di kios itu, saya membuka jasa memperbaiki hape rusak. Tentu saja juga jualan pulsa. Alhamdulillah, bisnis itu lumayan berkembang. Belum setahun, saya sudah punya dua pegawai.

Di situlah muncul masalah. Ternyata ada sepupu saya yang iri. Dia seumuran saya, yang artinya juga seumuran jenengan. Dia memfitnah saya di seluruh keluarga besar kami. Katanya saya ini sukses bisnis karena ngingu thuyul dan suka ke dukun.

Masyaallah. Padahal saya itu nggak pernah ke dukun. Kalau ngaji sih iya, Mas. Kadang saya ikut pengajian ke desa sebelah. Saya kan juga ingin memperdalam ilmu agama.

Namun, Allah sungguh Maha Adil, Mas. Tidak lama kemudian, sepupu saya sakit keras. Hingga dia dan orangtuanya menemui saya untuk meminta maaf atas fitnahnya. Tentu saja saya maafkan, Mas. Bahkan saya tampung dia sebagai pekerja di kios saya yang makin berkembang. Kini dia mengelola salah satu kios hape saya. O iya, saya sekarang sudah punya tiga kios hape, Mas. Ketiganya punya pegawai 6 sampai 8 orang. Lumayanlah, Mas. Saya ikut membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan.

Sampai di sini, saya yakin Mas Agus sudah mulai mengerti yang akan saya curhatkan….

Saya flesbek ya, Mas. Setelah kios hape saya mulai bagus, tiba-tiba saya kepikiran untuk membuka warung makan. Cuma saya tidak bisa memasak, Mas.

Nah, saya teringat waktu SMA punya teman bernama Indah. Dia cantik. Ya, termasuk primadona sekolahlah, Mas. Kebetulan Indah itu kuliah di kota saya. Hanya saja sepertinya orangtuanya kesulitan membiayai Indah kuliah.

Saya nekat menemui Indah. Saya bilang terus terang bahwa saya mencintainya. Eh salah ding, Mas. Belum saatnya masuk ke situ. Saya bilang bagaimana kalau dia membuka warung makan. Saya yang memodali. Karena saya tahu, Indah itu pintar memasak. Tapi, jujur saja itu asumsi saya. Sebab ternyata, masakan Indah itu ya biasa saja….

Indah mau. Akhirnya kami bisnis bareng. Saya yang memodali, Indah yang menjalankan. Ternyata warung itu berkembang pesat. Salah satu rahasianya, ternyata ibu si Indah ini pintar memasak. Jadilah beliau sebagai juru masak di warung kami.

Seiring berkembangnya usaha warung kami, saya nyambi kuliah, Mas. Alhamdulillah lulus cepat. Saya meraih sarjana dalam waktu 3,5 tahun. Indah lulus terlebih dahulu.

Nah, masalah besar bermula dari sini. Ternyata saya mencintai Indah. Sebetulnya saya dulu juga suka dia sih, Mas. Tapi kan saya minder. Dulu kan yang naksie dia anak-anak orang kaya.

Saat saya lulus kuliah, saya sudah agak pede. Kios hape saya sudah tiga. Warung makan saya berkembang bagus. Saya juga punya bisnis rental mobil yang baru saya rintis.

Akhirnya, saya memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Indah. Di luar dugaan, ternyata Indah mau, dan kedua orangtuanya sangat mendukung kami untuk cepat menikah.

Sampai di sini, saya yakin Mas Agus mulai memahami perasaan saya….

Kami akhirnya menikah, Mas. Setelah menikah, Alhamdulillah, rezeki mengalir baik. Rental mobil saya berkembang bagus. Saya sudah punya lima mobil rentalan: 2 Avanza, 1 Hiace, 1 Innova, dan 2 lagi Mobilio. Eh kok enam ya, Mas. Sebentar, saya hitung lagi. Iya, enam ding. Lupa saya. Maaf ya, Mas. Soalnya saya sendiri di rumah ada 3 mobil di luar kelima, eh, keenam mobil rental. Satu untuk saya, satu untuk istri, dan satu lagi untuk jika kami pergi berdua.

Karena usaha saya cukup, katakanlah, bagus ya, Mas… saya dua tahun kemarin memberangkatkan bapak dan ibu saya serta kedua mertua untuk umrah. Nah, di sini kemudian timbul masalah lagi, Mas. Ternyata saudara-saudara saya yang lain pengen umrah juga. Akhirnya saya putuskan mulai tahun ini, setiap tahun saya memberangkatkan 4 orang untuk umrah: 2 dari saudara saya, 2 dari saudara istri saya, dan 2 dari pegawai saya. Begitu, Mas. Eh sebentar, kok 6 ya? Ooo, benar ding Mas. Ya, ada 6 orang setiap tahun. Maaf ya, Mas. Saya lemah dalam soal matematika. Kalau lihat rekening, saya kadang suka bingung 20 miliar itu nolnya berapa….

Sampai di sini, saya sungguh yakin kalau Mas Agus bisa memahami isi hati saya.

Nah, informasi termutakhir ya, Mas… saya ini ditawari jadi caleg untuk pileg tahun depan. Menurut Mas Agus bagaimana?

Kalau menurut orangtua saya, tidak usah saya ambil. Karena kebetulan saya sedang merintis lagi usaha baru yakni bengkel mobil yang cukup besar, Mas. Kalau menurut istri saya, sebaiknya jangan. Karena kedua anak saya sedang butuh perhatian. Sedangkan menurut kedua mertua saya, seyogianya saya tidak berpolitik karena warung makan saya sekarang nambah lagi. Jadi saya putuskan untuk tidak, Mas. Apalagi saya yakin, Mas Agus juga bakal bilang jangan.

O ya, Mas Agus pernah jalan-jalan keluar negeri? Kalau belum, mangga saya undang ngopi-ngopi di rumah. Sambil saya kasih lihat foto-foto saya dan keluarga waktu jalan-jalan ke Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, Jepang, Korea Selatan. Belum banyak sih, Mas. Maklum, saya sibuk. Tapi sudah saya rencanakan, mulai tahun 2018 nanti (surat curhat ini dikirim akhir Desember 2017, PEA) saya akan usahakan agar bisa liburan keluar negeri 2 kali dalam setahun. Sedangkan liburan dalam negeri cukup 2 kali juga. Jadi total bisa lima 5 kali liburan dalam setahun. Eh kok 5 kali sih… sebentar, Mas. Harusnya kan 4 ya? Tapi kok di catatan saya ada 5 ya…. Oalah, yang di dalam negeri ada 1 yang wajib ada: ke Bali. Benar, jadi setahun bisa 5 kali liburan, Mas.

Sampai di sini, saya kira Mas Agus bisa agak tuntas menyelami problematika hidup saya. Tolong direspons ya, Mas….

Saya kira cukup dulu, Mas. Karena besok pagi, saya sudah janjian sama sales mobil Toyota. Nggak enak kalau nggak ditemui, Mas. Sama ada janjian makan siang dengan Pak Bupati. Dia lho, Mas, yang ngajak makan. Tapi, pasti nanti saya yang membayari. Dia sukanya kepiting, Mas. Kalau saya sih sukanya udang, Mas. Kalau Mas Agus suka Indomie kan? Indomie itu enak kok, Mas. Apalagi jika dimakan di tepi kolam renang pribadi.

Baik, begitu dulu ya Mas Agus…. O ya, salam buat Mbak Kalis. Mas Agus beruntung lho punya pacar Mbak Kalis. Istri saya kebetulan jadi follower Mbak Kalis di Twitter. Kata istri saya, kok mau ya Mbak Kalis sama Mas Agus? Tapi, itu kan kata istri saya, Mas. Saya tidak bilang begitu kok.

Salam juga buat Mas Puthut. Saya secara pribadi tidak kenal beliau. Tapi pengin suatu saat ketemu beliau. Orangnya terlihat sederhana, santun, tapi smart dan karismatik gitu. Kok bisa begitu rahasianya apa ya, Mas?

Makaten nggih, Mas Agus…. Sugeng enjang. Selamat bekerja keras, Mas. Saya tak nyantai dulu sambil browsing-browsing hotel yang agak mahal untuk saya inapi saat tahun baru nanti. O ya, saya tahun baruan di Surabaya, Mas. Sambil lihat-lihat harga properti di sana. Sambil jalan-jalan beli rumahlah, Mas. Supaya nggak terlalu mubazir.

Salam….

Exit mobile version