MOJOK.CO – Sekte atau ideologi Indomie sudah sampai tahap paripurna. Itulah kenapa Pemerintah Indonesia harus segera mendaftarkannya ke UNESCO.
Makin hari saya semakin yakin bahwa selain korupsi, budaya yang benar-benar mengakar dan mendarah daging di Indonesia adalah Indomie.
Dan semakin saya meresapi keanggotaan saya di sekte pemuja Indomie, saya semakin yakin bahwa Indomie harus segera kita daftarkan menjadi warisan budaya Indonesia ke UNESCO. Ini serius. Tentu setelah korupsi didaftarkan terlebih dahulu tapi ya.
Dari beberapa berita yang saya baca, Indomie adalah salah satu produk asli Indonesia yang benar-benar bisa bikin lidah menggelinjang tidak hanya bagi warga Indonesia namun juga lidah masyarakat seantero dunia.
Dari Afrika, Eropa, Amerika, sampai Australia, Indomie seperti bikin sakaw. Bahkan sampai bikin Yesung dan Kyuhyun Super Junior borong Indomie buat dibawa ke Korea Selatan.
Jikalau boleh dikata, ketika ditanya apa yang paling kita sukai dari Indonesia selain keragaman dan keramahannya? Saya rasa yang paling tepat menjadi jawabannya adalah Indomie.
Indomie sudah seperti urat nadi masyarakat Indonesia. Semacam ora Indomie ora lyfe. Kehidupan kita semua adalah kehidupan yang berputar soal Indomie. Dari si kaya sampai si miskin. Dari momen bahagia hingga yang paling sedih sekalipun. Indomie siap mendampingi kita di manapun dan kapan pun.
Bahkan ketika tragedi bencana alam terjadi baru-baru ini di Indonesia, yang paling peduli dan paling dekat terhadap korban bencana bukanlah pejabat dan para artis yang turun ke lapangan sambil bikin konten, tapi justru sebungkus Indomie.
Bahkan, kasus korupsi bansos Covid-19 yang menjerat terduga Juliari Batubara dkk. itu, konon bisa terlacak karena persoalan bahwa setiap bungkus mie instant yang rencananya mau dijadikan bantuan, ternyata diganti dengan merek lain yang lebih murah.
#MensosKualatSamaIndomie.
Artinya, kita tidak bisa lagi mengelak bahwa Indomie menjadi produk pemersatu dan produk paling keramat yang tidak akan pernah bisa tergantikan dan tak lekang oleh zaman
Tanpa Indomie, jiwa sendu anak kos yang kelaparan akan terdengar tidak merdu, lolongan perut di dalam kereta, seruputan liur yang menggenang di atas kapal, hingga betapa sepinya tengah malam ketika perut sedang merindukan asupan kekasih yang rela menambal kekosongan. Dan semua itu mampu diisi oleh Indomie dengan paripurna.
Yang mengkhawatirkan dari betapa populernya Indomie adalah menyoal identitas yang sesungguhnya terkait pengakuan secara resmi, terstruktur, dan, masif. Karena sampai sekarang Indomie sudah benar-benar menjadi primadona dunia.
Ini berdasarkan berbagai kasus Indomie di dunia yang semakin hari benar-benar bikin jantung deg-degan. Misalnya di Ghana, tingkat pemujaan warganya terhadap Indomie sungguh bikin garuk-garuk bulu kaki.
Indomie sudah seperti benda dari dimensi lain yang sangat berharga sehingga dijadikan alat tukar untuk transaksi seks. Mukegile.
Meski harga Indomie di Ghana cukup bervariasi tergantung pada daerahnya ada kayak Ghanamaret, Ghanagrosir, atau SuperGhana atau nggak, sebetulnya harga sebungkus Indomie di sana itu juga nggak mahal-mahal amat. Oleh karena itu, alat tukar pakai Indomie di Ghana kayak gini ni juga rada-rada mbingungi.
Indomie di Ghana itu cuma dijual 0,75 dolar Amerika atau sama kayak Rp10.500 per bungkus untuk daerah yang sulit, sedangkan di daerah lain dijual antara Rp2.880 sampai Rp4.800 per bungkus.
Melihat harganya yang tidak terlalu mahal, tentu kita jadi terheran-heran kok bisa sebungkus mie instant jadi alat tukar? Namun, setelah dipikir-pikir lagi sih hal kayak gini masuk akal.
Nggak perlu jauh-jauh ke Ghana deh, di Indonesia mitos tentang merek mie instant ini malah lebih dahsyat lagi. Jangankan untuk sekadar alat transaksi seks, beberapa dus Indomie itu di Indonesia konon bisa sampai jadi alat tukar transaksi pindah agama. Eh.
Oke, sebelum pembicaraan makin lanjut ngeri-ngeri gimana gitu, yuk kita balik lagi ke Ghana.
Nah, bersambung dari jadi alat transaksi seks, Indomie dilaporkan jadi penyebab tingginya tingkat kehamilan di Ghana. Laporan ini didasarkan pada hasil penelitan Bashiratu Kamal yang diselenggarakan STAR Ghana Foundation.
Bahkan dalam penelitian itu, salah satu penyebab tingginya tingkat kehamilan di sana itu disebut secara spesifik: Indomie.
Di negara lain, kayak di Nigeria, Indomie pun dipuja masyarakatnya. Sampai-sampai UNICEF menawarkan paket gratis Indomie untuk anak-anak yang bersedia di vaksin polio. Hal inilah yang pada akhirnya membuat banyak orangtua berbondong-bondong memvaksin anak-anaknya ketika sebelumnya banyak yang ogah-ogahan.
Bahkan uniknya sempat ada klaim bahwa Indomie berasal dari Nigeria saking fanatiknya warga Nigeria terhadap Indomie. Hal yang sama juga terjadi di negara Afrika lain kayak di Sudan.
Ini kita belum menengok ke jazirah Arab, di Arab Saudi sudah ada 1.200 toko yang menjual Indomie. Atau ke Inggris, yang salah satu YouTuber terkemuka di sana, pernah bikin Piala Dunia Mie Instant dan Indomie jadi standar juaranya.
Fakta-fakta semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan. Terutama ketika melihat tren bahwa apa yang dimiliki Indonesia yang populer sering diklaim oleh negara lain karena justru nama “Indonesia”-nya kalah populer.
Mau Indomie ada kata “Indo”-nya sekalipun. Hal ini jelas tak bisa jadi patokan bahwa Indomie selalu asosiasinya Indonesia. Nyatanya di Nigeria dan Sudan saja deh, Indomie diakui oleh beberapa penduduk sana sebagai produk asli dari negara mereka.
Jadi, tak ada kata terlambat untuk menggaungkan seruan kepada Pemerintah Indonesia agar Indomie segera didaftarkan ke UNESCO. Sebab Indomie ini sudah tidak lagi layak dipandang sebagai panganan semata, tapi sudah jadi semacam aset negara.
Di masa depan bisa saja Indomie jadi alat transaksi ideologi suatu bangsa, atau bakal muncul tren politisasi Indomie yang bakal dilakukan politisi-politisi dunia.
Agama saja sudah pernah dipakai, sentimen ras juga pernah dipakai, jadi bukan tidak mungkin di masa depan, pertarungan ideologi soal Indomie bakal jadi isu serius yang bahkan sampai perlu dibikinkan jurusan khusus di Harvard, Oxford, atau Al-Azhar.
Tanda-tandanya saja sudah kelihatan. Di Indonesia, perang antara Indomie Kuah vs Indomie Goreng saja sudah lebih dahsyat ketimbang perang dingin atara Soviet dan Amerika. Bahkan pembicaraan soal rekonsiliasi di antara kedua kubu tersebut belum juga terjadi meski berpuluh-puluh tahun pertarungan itu masih awet sampai sekarang.
Itu artinya, untuk urusan seks, agama, dan politik… kita mungkin bisa berdebat panjang, tapi tidak untuk urusan Indomie.
BACA JUGA Apakah Pembuat Indomie Goreng Masuk Surga? dan tulisan soal sekte Indomie lainnya.