Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Mengharapkan Rambo Berjuang Membela Rohingya

Rijal Mumazziq oleh Rijal Mumazziq
3 September 2017
0
A A
Rohingya Myanmar Mojok

Rohingya Myanmar Mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dia melangkah sangat perlahan, hati-hati, dan cresss!, dia menyabetkan parangnya ke leher serdadu Myanmar yang sedang siaga memegangi Browning M2 di atas jip. Dia lalu mengarahkan senjata berat itu ke arah sopir yang kepalanya langsung hancur disambar peluru kaliber jumbo. Kemudian dengan tangkas dia mengarahkan senjata itu ke semua serdadu Myanmar yang sedang bersiap mengeksekusi tawanan Amerika.

John Rambo mengamuk. Lusinan serdadu tumbang. Puncaknya, dengan pisau komandonya yang khas, dia mencincang komandan tentara Myanmar. Rambo menang.

Semua orang senang karena sang legenda telah kembali setelah tidur kecapekan usai mengalahkan polisi korup di First Blood, menghancurkan satu batalion Vietkong di Rambo: First Blood Part II, berjuang bersama jihadis Afganistan melawan Uni Soviet di Rambo III, dan membela kawan-kawan Amriknya beserta pemberontak etnis Karen di Rambo IV.

Sayang, Rambo absen saat Rohingya yang fakir miskin itu diusir dan dihinakan. Sayangnya lagi, Rambo hanya khayalan atas heroisme dan jangoisme ala Amrik. Dia hanya nongol di layar bioskop apabila ada kepentingan Amrik diganggu. Dia hanya bagian dari industri perfilman.

Rambo yang baik hati tapi brutal itu tak ada di Rakhine-Arakan. Dia tidak sedang menyelamatkan para petani yang disuruh berlarian di sawah yang ditanami ranjau, sembari diberondong AK-47 dari serdadu Myanmar, seperti yang kita jumpai di Rambo IV.

Dia tidak membidik tentara sialan dengan anak panahnya yang bisa meledak itu, yang biasanya dia sambung dengan khotbah heroik dengan suara baritonnya. Rambo tidak ada. Dia absen di antara jerit tangis warga Rohingya.

Selain Rambo, ada satu lagi yang absen: kepedulian kita.

Akar persoalan Rohingya adalah konflik geopolitik, yang berkaitan erat dengan bisnis para jenderal di Arakan-Rakhine. Namun, ia dikaburkan dengan konflik antaretnis dan antaragama. Di tanah yang didiami Rohingya itu, ada kekayaan alam yang membuat ngiler para jenderal Myanmar. Kutukan berulang: di mana ada sumber daya alam yang melimpah, di situ tragedi bermula.

Sebagaimana yang terjadi pada etnis Hutu di Rwanda, 1994, dan menimpa kaum Yazidi pada 3 tahun terakhir di Irak, masalah Rohingya adalah genosida. Mereka dihabisi di Myanmar dan diusir di Bangladesh. Menjadi paria di antara dua negara.

Jangan berharap terlalu banyak kepada Aung San Suu Kyi. Tak ada heroisme seperti yang ditampilkan dalam sinema Hollywood berjudul The Lady itu.

Michele Yeoh mungkin saja tidak menyesal memerankan Suu Kyi yang anggun tapi punya pendirian sekokoh karang saat memperjuangkan demokrasi di film tersebut. Namun, para penonton di dunia nyatalah yang pantas kecewa.

Suu Kyi hanyalah politisi, bukan negarawan. Dia hanya pegiat demokrasi yang belum siap menapak jalan sebagai pejuang kemanusiaan. Partainya memang berkuasa secara politik, tapi negara dan parlemen tetap di bawah komando Panglima Militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaine.

Jika negara lain memiliki militer, di Myanmar militerlah yang mempunyai negara. Itulah masalahnya.

Sementara ASEAN tidak memandang tragedi kemanusiaan ini sebagai sesuatu yang genting. ASEAN selalu terjebak pada aturan yang mereka bikin sendiri, yaitu kebijakan non-interference, yang dijadikan salah satu syarat utama oleh Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura saat kelima negara tersebut membentuk ASEAN pada 1967. Kebijakan ini fokus pada satu hal: satu negara ASEAN tidak usah ikut campur urusan internal negara lainnya.

Demikian pula Organisasi Konferensi Islam alias OKI. Dan PBB pun tidak pernah serius memandang masalah ini. Padahal tiga organisasi ini bisa menekan junta militer yang masih berkuasa.

Tak ada Rambo, dan dia memang tidak akan pernah berjuang membela Rohingya. Demikian pula Suu Kyi. Saya anggap dia juga tokoh khayalan seperti Rambo. Hanya hidup dalam imajinasi.

***

Saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingnya bukan hanya saudara dalam iman, melainkan pula saudara dalam kemanusiaan. Mereka membutuhkan doa dan dana dari kita. Ayo kita doakan, ayo kita donasi. Ada beberapa lembaga terpercaya yang selama ini membantu mereka.

Bagi yang sudah urun dana, tidak usah nyinyir pada yang lain. Tidak usah sok menjadi sosok paling tajir, karena kekayaan anda tidak ada apa-apanya dibandingkan kekayaan Paman Gober, pamannya Donald Bebek. Tak usah merasa paling dermawan, karena kekayaan kita bisa jadi hanya seupil dibandingkan upil harta Bill Gates.

Yang belum tergerak membantu, ya jangan membuli mereka yang sudah membantu doa dan dana. Diam lebih efektif. Bantuan doa dan donasi itu lebih dibutuhkan daripada bantuan komentar, apalagi komentar-komentar beserta foto-foto hoax.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2017 oleh

Tags: Aung San Suu KyiBangladeshMyanmarRamboRohingya
Iklan
Rijal Mumazziq

Rijal Mumazziq

Artikel Terkait

Esai

Pak Hidayat Nur Wahid, Ikut Kelas Pemikiran Gus Dur Aja Yuk?

30 Maret 2021
myanmar
Kolom

Pesan Kultural dalam Nasihat Indonesia kepada Myanmar Agar Tak Gunakan Kekerasan Hadapi Pedemo

2 Maret 2021
Esai

Siapa Bilang Negara Syariat Islam Menghukum Koruptor dengan Potong Tangan?

6 Juli 2018
turn back
Kilas

Level Keminggris Orang Indonesia: Dari Stop Humanity Sampai Turn Back Quran

27 September 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nina Feast Meraup 17 Miliar per Tahun, tapi Malah Bikin Nangis MOJOK.CO

Menghitung Pendapatan Lagu Nina Feast yang Katanya Mencapai 17 Miliar per Tahun Hanya dari Spotify

8 Juli 2025
Jadi awak kapal feri sombongkan label kerja pelayaran ke tetangga dengan gaji besar, berakhir jadi pecundang MOJOK.CO

Sombong Kerja Pelayaran di Kapal Feri, Sok Gagah dan Pamer Gaji Besar ke Tetangga Malah Jadi Menderita

6 Juli 2025
FIFGROUP Dorong Pemberdayaan UMKM Lewat FIFestival Kuliner 2025

FIFGROUP Dorong Pemberdayaan UMKM Lewat FIFestival Kuliner 2025

8 Juli 2025
Wakil Presiden, Gibran dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin dalam kunjungan di sentra industri tenun lurik di Cawas, Klaten MOJOK.CO

Menjawab Tantangan Regenerasi Perajin Tenun Lurik Tradisional di Klaten

10 Juli 2025
Toyota Avanza Jawaban Nafsu ASN yang Gadai SK demi Beli Mobil MOJOK.CO

Toyota Avanza 2011, Mobil Bekas Terbaik untuk ASN yang Nafsu Menggadai SK Demi Membeli Mobil Setelah Resmi Menjadi Abdi Negara

11 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.