Pengalaman Motor Hilang karena Tidur Menjelang Magrib

Motor_hilang_parkiran_mojok

Motor_hilang_parkiran_mojok

[MOJOK.CO] “Drama kehilangan motor itu kadang beda tipis antara lalai dan goblok.”

Motor ketinggalan di pom bensin eceran yang muncul di Info Cegatan Jogja (ICJ) kemarin Anda pikir sudah mewakili frasa “ironi di atas ironi”? Tunggu sampai Anda tahu cerita tentang Imam yang lugu alias lucu dan guobloooknya nggak ketulungan.

Perkenalkan, Imam adalah adik kelas saya di pesantren sekaligus di kampus. Asli Temanggung dan belagunya naudzubillah. Saya nggak perlu cerita tentang siapa dirinya banyak-banyak, ini bukan biografi. Jika Anda penasaran bagaimana bentuk si Imam, saya sarankan Anda googling gambar Idrus Marham, si Sekjen Golkar. Nah, nggak beda-beda jauh dari itulah.

Cerita keluguan Imam ini dimulai pada suatu sore, sekitar Asar pada 2009. Imam pulang ke kontrakannya di bilangan Selokan Mataram, kurang lebih di utara warung kopi Mato. Dia datang diam-diam tanpa usrek-usrek dan tidak menyapa teman-temannya yang lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri.

Entah habis dari mana, Imam terlihat lelah sekali. Begitu sampai kamar ia langsung tidur begitu saja.

Yap, Anda benar. Sampai di sini tak ada sesuatu yang salah sama sekali pada Imam.

Nah, sebelum saya lanjutkan ceritanya, izinkan saya menceritakan bahwa di pesantren saya dulu ada sebuah pamali atau larangan yang dibumbui mitos untuk santri-santri. Salah satu yang terkenal adalah laranga tidur di waktu Asar.

Waktu masih mondok, saya sih percaya kalau itu cuma akal-akalan para ustaz pondok biar santri-santri berangkat sekolah Diniyah saja, bukannya malah tidur di kamar. Konon, kalau larangan ini dilakukan selama 40 hari tanpa putus, pelakunya akan punya penyakit jiwa alias gila. (Ya gila aja, 40 hari tidur terus-terusan habis Asar, pengangguran po?)

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya mitos ini bukan tanpa dasar sama sekali. Sejujurnya, tidur di waktu Asar itu tidak enak sama sekali untuk tubuh. Badan jadi lebih lelah daripada sebelum tidur. Pikiran jadi bingung karena ketika beranjak tidur, matahari masih bersinar, begitu bangun tiba-tiba gelap. Linglung dan biasanya jadi kepengin balik tidur lagi meski pikiran merasa ingin bangun.

Hal itulah yang dirasakan Imam ketika bangkit dari tidurnya sekitar habis Magrib. Dengan mata masih merah dan rambut keriting yang berantakan seperti hutan bakau, Imam mendekat ke ruang tengah di depan televisi. Sampai di sini, Imam cuma sibuk melihat hape Symbian-nya. Tak peduli sekitar meskipun kondisi kontrakan sedang ramai.

Setelah cukup lama mematung dengan mata terbuka di depan televisi, Imam akhirnya bangkit.

“Beli kopi ah…,” katanya sambil beranjak.

Teman-temannya tidak ada yang peduli. Bahkan misalkan si Imam ini tiba-tiba melepas celana lalu berak di depan televisi sekalipun sambil ngomong, “Berak depan tipi aaah,” saya yakin teman-temannya juga tetap tidak akan peduli.

Akan tetapi, begitu Imam sampai depan kontrakannya dan teriak kencang sekali, teman-temannya mendadak jadi peduli.

“MOTORKU! MOTORRRKUUU! HILAAANGGG!”

Teman-teman Imam segera lari keluar kontrakan, antara kaget dan penasaran.

“Kenapa, Mam?” Salah satu teman Imam bertanya.

“Kamu tahu motorku nggak? Motorku? Motor….” Imam gelagapan. Membuatnya semakin mirip dengan Idrus Marham.

Teman-temannya garuk-garuk. Bingung.

Iya, memang biasanya Imam memarkir motornya di depan kontrakan, tapi kenapa tiba-tiba nggak ada sepeda motor ya? Kalau nggak ada motor, nggak mungkin… Imam datang tadi sore emang naik apa? Nggak mungkin kalau nggak naik motor. Jaman segitu Gojek, Grab, atau Uber belum ada sodara-sodara, jadi pasti Imam naik motor ke kontrakan.

Satu kesimpulan pun muncul dari orang-orang kontrakan: MOTOR IMAM DICURI!

Kesimpulan yang masuk akal. Daerah kontrakan Imam ini memang salah satu lokasi yang rawan pencurian di Jogja, apalagi pencurian sepeda motor. Baru beberapa minggu sebelumnya, tetangga kontrakan Imam hampir kecurian sepeda motor. Beruntung ada salah satu penghuni kos yang memergoki orang mencurigakan yang usrek-usrek motor teman kosnya.

Meskipun lolos dari kasus kehilangan motor, kejadian ini masih begitu lekat diingat oleh-oleh orang-orang kontrakan, termasuk Imam. Kesimpulan motor hilang pun jadi terasa meyakinkan dan bisa diterima oleh akal sehat bagi orang-orang yang berpikir.

“Kudu lapor polisi ini. Harus ini. Harus cepet-cepet lapor ini.” Imam panik luar biasa.

Sek, Mam. Sabar dulu, Mam,” teman Imam coba menenangkan Imam.

“Wah, nggak bisa. Kejadiannya pasti barusan ini. Antara jam 3-an sampai habis magrib ini pasti,” kata Imam.

Karena sudah kadung panik, Imam pun lapor polisi. Ia mendatangi polsek (atau polres?) Ambarrukmo. Sekitar satu setengah jam kemudian polisi benar-benar datang mengecek TKP dengan mobil ngiung-ngiungnya. Terang saja hal ini menarik perhatian warga. Ramai sekali di depan kontrakan. Seperti rumah artis saja bisa seramai itu.

Begitu dicek sama polisi, satu pertanyaan yang menjengkelkan muncul dari polisi.

“Kok bisa dimaling ya, Mas?”

Imam ingin menjawab, “Ya bisa tho, Pak. Ini motor je, Pak. Motor, sepeda motor, bukan tiwul,” tapi yang keluar dari mulutnya adalah pertanyaan, “Lha emang kenapa, Pak?”

“Nggak, Mas. Biasanya motor yang sering masuk laporan itu motor Ninja. Kalau nggak ya Mio atau Vario. Jarang banget ada yang mau maling motor Smash,” kata polisinya.

Bajigur, polisine mah ngece.

Setelah dicek, tidak berselang lama Imam diminta untuk kembali ke Polsek Ambarrukmo bersama polisi untuk meneruskan laporan kehilangan. Bersama dengan salah satu temannya, Imam pun berangkat. Teman-teman kontrakan Imam pun kembali ke dalam rumah. Beraktivitas seperti biasanya. Malam itu memang mencekam karena barusan ada pencuri motor, tapi semua tetap kembali normal seperti sedia kala. Teman-teman Imam tidur lebih awal. Kan seperti yang saya bilang, teman-teman Imam ini aslinya nggak ada yang peduli.

Hari berganti dan teman-teman Imam kembali dikejutkan oleh hal lain. Tiba-tiba, tanpa babibu dan alasan yang jelas, Imam menyuguhi teman-teman kontrakannya di depan tivi. Ia membawa rokok satu pak, wedang kopi dari burjo sebelah, dan beberapa gorengan.

Wah, hebat ini, semalam kecurian motor, paginya jadi nabi. Mukjizat banget. Tentu saja teman-teman Imam kaget. Tumben-tumbenan.

“Lho, buat siapa ini, Mam?” kata teman Imam.

“Yo buat cah-cahlah. Nyoh, monggo… rokok, kopi, gorengan. Enak ki, pagi-pagi,” kata Imam.

Meskipun bingung, tetap saja disikat itu beberapa hidangan spesial di depan mata.

Setelah teman-teman kontrakan pada ngumpul, Imam ngomong….

“Aku minta maaf ya buat tadi malam….”

Teman-teman Imam bingung.

Lah? Ini kenapa Imam jadi yang minta maaf, kan motornya baru saja dicuri, kok jadi dia yang minta maaf?

“Lho, emangnya kenapa, Mam?”

“Eh, anu. Jebul motorku ada di cucian motor seberang Selokan Mataram.”

Mendadak, seperti di film Sherlock Holmes, partisi-partisi ingatan menyembul ke ingatan teman-teman Imam satu demi satu. Menciptakan satu garis cerita yang linier dan langsung menjawab segala ketololan ini. Di kontrakan itu tidak ada lagi tawa yang lebih keras, kencang, awet bisa terdengar lagi daripada pagi itu. Semua sampai keser-keser ketawa ngakak. Bahkan ada yang sampai muntah gorengan campur kopi saking tidak tahannya. Otot perut mendadak jadi kencang luar biasa.

Tapi, teman-teman Imam yang ketawa itu masih sempat bertanya. “Lho? Jadi?”

“Iya, motorku aku cuci kemarin sore di seberang Selokan Mataram. Terus aku jalan dari tempat cucian ke kontrakan sini.”

Jadi, pagi itu Imam bangun dengan pikiran yang lebih segar. Mendadak ia ingat kalau motornya bukan dicuri, tapi ia sengaja tinggal di tempat pencucian motor kemarin sore. Makanya pagi itu Imam langsung bangun dan keluar kontrakan untuk menuju tempat cucian motor. Di sana, ternyata ada salah satu petugas cucian motor yang tidur di “kantor”. Melihat Imam datang, tentu saja si petugas itu mencak-mencak.

Mas, Mas, kowe ki nang ndi wae. Dienteni motore kok ora dijipuk-jipuk. Aku ngasi turu kene lho, Mas. Wedi motore sampean ilang.”

Ealah, Pak, Pak, sayangnya waktu itu belum ada ICJ, jadi nggak bisa dibuat lucu-lucan.

Beruntung polisi belum sempat razia atau memeriksa sepeda motor di sekitar kontrakan. Sebab skenario terburuknya: polisi datang memeriksa cucian motor itu, lalu melihat motor Imam yang sudah dilaporkan kehilangannya. Plat nomornya sama. Lokasinya nggak begitu jauh. Bisa-bisa malah petugas cuci motor ini diciduk karena dianggap penadah sepeda motor curian. Ini nih yang dinamakan aksi fitnah tanpa motif.

Oleh karena itu, agar tidak jadi masalah, akhirnya laporan kehilangan Imam dicabut—setelah dimarah-marahi habis-habisan sama polisi tentu saja. Dan menyabut laporan itu tidak semudah membuat laporan kehilangan, prosesnya ribet dan sulit.

Cerita ini kemudian menyadarkan saya satu hal, bahwa kebenaran di balik pamali atau larangan di pesantren tentang tidur habis Asar itu jebul benar adanya. Mitos itu memang tidak main-main. Saya betul-betul baru menyadarinya kemudian.

Baru tidur satu sore aja sudah bisa bikin gila, bikin gila orang-orang di sekitarnya. Apalagi ditambah 39 hari lagi, bisa gila satu negara.

Exit mobile version