Yang Maha-berfirman Versi Al-Ghazali - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Yang Maha-berfirman Versi Al-Ghazali

Ulil Abshar Abdalla oleh Ulil Abshar Abdalla
5 Mei 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Tuhan berbicara dengan prosedur yang sama sekali berbeda dengan manusia. Menurut al-Ghazali, Tuhan bicara tidak secara jasmaniah.

Bagaimana manusia berbicara adalah suatu peristiwa yang tidak sederhana. Perkembangan mutakhir dalam ilmu neuroscience dan psiko-linguistik mengenai kesadaran mungkin untuk sebagian bisa menjelaskan fenomena ini.

Tetapi, apapun penjelasannya, tindakan berbicara pada manusia dieksekusi melalui medium yang bersifat jasadiah: mulut, bibir, lidah, rongga tenggorokan, rongga hidung dan pita suara—apa yang oleh para ulama tajwid disebut dengan “makharij al-huruf” (tempat keluarnya huruf).

Tuhan berbicara tentu dengan prosedur yang sama sekali berbeda. Mengikuti prinsip “tanzih” (baca: menjauhkan Tuhan dari kemungkinan serupa dengan manusia) yang dikemukakan oleh al-Ghazali, Tuhan berbicara tidak secara jasmaniah melalui makharij al-huruf itu. Dalam Ihya’, al-Ghazali menjelaskan kalam Tuhan dengan ungkapan berikut:

“Wa-annahu ta‘ala mutakallimun, amirun, nahin, wa‘idun, mutawa‘‘idun bi-kalamin azaliyyin, qadimin, qa’imin bi-dzaitihi, la yusybihu kalama-l-khalqi.”

Kalimat yang tampak sederhana dari al-Ghazali ini amat sulit diterjemahkan dengan “bahasa Malioboro” (maksudnya: bahasa awam), sebab mengandung beberapa konsep kunci dalam ilmu kalam (teologi Islam) yang membutuhkan penjelasan panjang.

Baca Juga:

Tentang Kedermawanan Tuhan Menurut Al-Ghazali

Masa Depan Agama-agama Dunia

23 Mei 2020
Lapisan demi Lapisan Ketuhanan

Argumen Keberadaan Tuhan untuk ‘New Atheists’

22 Mei 2020

Saya akan mencoba sebisa mungkin menerjemahkannya sebagai berikut:

“Dan sungguh Tuhan berbicara/berfirman, memerintah, melarang, memberikan janji, dan mengancam dengan kalam yang bersifat azali (abadi ke masa lampau), dan kalam itu menetap pada dzat-Nya (tidak berada di luar, terpisah dari dzat Tuhan), dengan cara yang tidak menyerupai kalam makhluk (maksudnya: tentu manusia).”

Ada tiga gagasan penting dalam penjelasan al-Ghazali di atas.

Pertama: Tuhan berbicara, berfirman, karena berbicara adalah tanda dari wujud yang berkualitas tinggi. Ini sudah jelas.

Kedua: isi pembicaraan Tuhan itu secara garis besar berisi dua hal: perintah dan larangan (saya akan menulis secara terpisah mengenai tema ini di seri depan).

Ketiga: bagaimana Tuhan berbicara adalah sebuah “misteri agung” yang tak akan bisa diungkap oleh manusia. Paling jauh, manusia hanya bisa menjelaskan dengan cara umum saja: Tuhan berbicara dengan cara yang tak sama dengan manusia (la yushbihu kalama-l-khalqi). Itu saja.

Bagaimana Tuhan berfirman, tak mungkin diketahui oleh manusia, sebab Tuhan adalah Tuhan yang “tan kinaya ngapa”, tak tergambarkan. Meski demikian, al-Ghazali sebagai manusia dan sebagai seorang mutakallim, ahli teologi, tetap mencoba menggambarkannya dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh bahasa manusia dan, tentunya, dalam koridor “bundelan” atau akidah Asy‘ariyyah: bahwa kalam Tuhan bersifat azali. Istilah ini akan menjadi jelas kalau kita sandingkan dengan lawannya, yaitu: hadits.

Hadits, dalam pengertian para teolog Muslim klasik, adalah segala sesuatu yang terjadi dalam waktu, sesuatu yang temporal, yang memiliki tempo. Segala sesuatu yang terjadi dalam waktu memiliki watak khas: ada permulaan, ada akhir.

Start dan finish adalah ciri-ciri sesuatu yang temporal. Salah satu premis yang dikemukakan para teolog Muslim adalah: kullu ‘alamin haditsun—seluruh alam raya ini adalah temporal, dalam pengertian: bermula di titik waktu tertentu di masa lampau, dan akan berakhir di titik tertentu pula di masa depan.

Amat interesan bahwa astronomi modern menengarai permulaan munculnya alam raya dengan momen “singularitas” yang disebut Big Bang (ledakan besar). Dengan penemuan ini (secara empiris terbukti pada 1927, setahun setelah NU berdiri, melalui teleskop Edwin Hubble), terpatahkan pandangan Ibn Rusyd yang mendukung ide para filsuf Yunani tentang “qidam al-‘alam” (alam raya yang abadi ke masa lampau, tidak bermula pada titik waktu). Pandagan al-Ghazali, sebagai lawan debat Ibn Rusyd, terbukti benar: alam raya adalah “hadits,” bermula dalam waktu (temporally created).

Kalam atau ujaran yang diproduksi manusia bersifat “hadits”, temporal, karena memiliki awal dan akhir. Setiap ujaran pastilah ada titik akhirnya, selain titik awalnya. Tetapi kalam Tuhan tidak demikian: firman Tuhan bersifat azali, a-temporal. Sebab Tuhan tidak berada di dalam, dan dikurung oleh waktu. Karena itu, firman Tuhan tidak berlangsung dalam dan melalui waktu. Bagaimana kalam berlangsung di luar waktu, kita tak akan pernah tahu. Ini, lagi-lagi, adalah misteri yang sulit diungkai. Ini adalah sirr.

Apa manfaat “bundelan” atau akidah semacam ini?

Bagi saya, ide tentang kalam azali ini mengajarkan kepada kita satu hal penting: segala bentuk kalam dan ujaran yang diproduksi oleh manusia (entah berupa pidato, ceramah, karangan, novel, puisi, dsb.), betapapun hebat dan mengagumkannya, ia tetap sesuatu yang hadits, terjadi secara temporal.

Setiap hal yang hadits, bersifat rapuh dan keropos jika tidak memiliki dasar pada sesuatu yang azali. Ingat kaidah ini: yang zahir tidak akan kokoh tanpa topangan yang batin.

Fondasi semua kalam manusia adalah kalam Tuhan yang azali itu. Dari sanalah berasal segala kemampuan berbicara pada manusia. Dari sanalah bermula segala kalam dan firman. Dialah sangkan-paran-nya segala kalam!


Sepanjang Ramadan, MOJOK.CO akan menampilkan kolom khusus “Wisata Akidah Bersama al-Ghazali” yang diampu oleh Ulil Abshar Abdalla. Tayang setiap pukul 16.00 WIB.

Terakhir diperbarui pada 5 Mei 2020 oleh

Tags: al-ghazaliulil abshar abdallahWisata Akidah
Ulil Abshar Abdalla

Ulil Abshar Abdalla

Cendikiawan muslim.

Artikel Terkait

Tentang Kedermawanan Tuhan Menurut Al-Ghazali
Kolom

Masa Depan Agama-agama Dunia

23 Mei 2020
Lapisan demi Lapisan Ketuhanan
Kolom

Argumen Keberadaan Tuhan untuk ‘New Atheists’

22 Mei 2020
Ikatlah, Baru Engkau Tawakal
Kolom

Kita Tak Bisa Lagi Beragama secara Solipsistik

21 Mei 2020
Tentang Kedermawanan Tuhan Menurut Al-Ghazali
Kolom

Masih Relevankah Doktrin Politik Sunni pada Masa Ini?

20 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
nadiem makarim, pln, kesenjangan pendidikan, revolusi 4.0 mojok.co

Aneh Banget Kalau Nadiem Makarim Baru Kaget Listrik dan Sinyal di Indonesia Nggak Rata

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Perjuangan Ibu Kartini Dikerdilkan Oleh Permadi Arya Menjadi Sebatas Cadar vs Kebaya

Yang Maha-berfirman Versi Al-Ghazali

5 Mei 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023

Terbaru

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023
ratu tisha pssi

Ratu Tisha Bicara Soal Memajukan Sepak Bola Perempuan, Bagaimana Caranya?

4 Februari 2023
wali kota blitar mojok.co

Dendam sang Senior di Balik Perampokan Rumah Wali Kota Blitar

4 Februari 2023
perbedaan reboot dan restart mojok.co

Ini Perbedaan Reboot dan Restart Biar Kamu Nggak Asal Pencet

4 Februari 2023
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
politisi perempuan mojok.co

Alasanku Mengubur Mimpi Jadi Politisi Perempuan

3 Februari 2023
uang pangkal ugm mojok.co

Rencana Uang Pangkal UGM Ramai Ditolak: Menyusahkan Mahasiswa dan Tidak Relevan

3 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In