Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Puasa untuk Kemanusiaan dan Puasa untuk Kehambaan

Fahruddin Faiz oleh Fahruddin Faiz
22 April 2021
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Apabila dianalogikan sebagai semacam software atau aplikasi, dalam diri manusia secara integral telah ditanam dua fungsi yaitu ‘kemanusiaan’ dan ‘kehambaan’. Allah menanamkan dua fungsi ini ke dalam diri manusia sebagai modus keberadaan, pola tindakan, juga orientasi segala aktivitasnya.

Dengan istilah berbeda, Al-Quran menyebut kehadiran manusia di muka bumi ini setidaknya mengemban dua amanat utama: menjadi ‘abd dan khalifah-Nya, dengan maksud yang sama, yaitu kehambaan dan kemanusiaan.

Menjadi ‘abdi–Nya ditandai dengan kepatuhan dan kepasrahan mutlak, itulah kehambaan; dan menjadi khalifah-Nya ditandai dengan ikhtiar dan daya upaya sepenuh potensi dan daya yang dimiliki untuk menata dan mengelola diri dan semesta, itulah kemanusiaan.

Kehambaan berarti kewajiban manusia untuk mantap menegaskan kepatuhan dan kepasrahan total kepada apapun ketetapan dan keputusan-Nya, sementara tanggung jawab kemanusiaan adalah kewajiban pengelolaan diri, termasuk hubungan dengan sesama dan semesta, sesuai dengan fitrah dan jalan kebenaran-kebaikan yang dituntunkan-Nya.

Hakikat kemanusiaan adalah kehambaan, karena menghidupkan sisi manusia secara penuh akan membawa kepada kesadaran dan kepasrahan total kepada-Nya, karena di titik itulah kemanusiaan berujung.

Hakikat kehambaan adalah pula kemanusiaan, karena segala ketetapan dari-Nya untuk dipatuhi dan dijalankan sebenarnya berujung pada kepentingan dan kebutuhan manusia, selaras dengan status dan situasi kemanusiaannya.

Dalam konteks pemenuhan amanat kemanusiaan dan kehambaan inilah Allah dengan segala kasih sayang-Nya yang tak terbatas kepada manusia, mengirimkan utusan dan menurunkan wahyu sebagai tuntunan dan pedoman.

Segala ajaran dan pedoman yang diturunkan Allah kepada manusia hakikatnya mengandung dua misi ini, kemanusiaan dan kehambaan, termasuk juga dalam puasa.

Dalam perspektif kemanusiaan, tidak ada yang membantah bahwa manusia membutuhkan puasa. Berbagai kajian di level medis, psikologis, bahkan sosiologis-politik menemukan bahwa puasa adalah jalan kesehatan, jalan ketenangan batin, bahkan memiliki kekuatan sosial-politik yang luar biasa.

Secara medis tidak perlu panjang lebar lagi dijelaskan bagaimana manfaat puasa ini demi kesehatan.

Ada yang menyatakan puasa dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah, kadar trigliserida, dan kolesterol jahat dalam darah. Ada yang menyatakan puasa dapat mengurangi peradangan dan dapat membantu mencegah gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson.

Ada pula yang menyatakan puasa dapat melindungi kesehatan otak dan meningkatkan pembentukan sel saraf untuk meningkatkan fungsi kognitif.

Secara mental berbagai kajian tentang kejiwaan manusia telah menyebut bagaimana ketentraman jiwa manusia teramat bergantung pada kemampuannya berpuasa atau mengendalikan diri.

Bahkan sebuah penelitian menyebut puasa juga dapat meningkatkan hormon endorfin. Saat tubuh memiliki lebih banyak hormon endorfin, kita bisa merasa lebih baik atau lebih bahagia, berarti kita mendapatkan kesehatan mental yang lebih baik.

Secara sosial-politik Dunia mungkin masih ingat bagaimana Mahatma Gandhi sekitar 90 tahun yang lalu berpuasa 21 hari untuk melawan penindasan Inggris yang kala itu menjajah India. Kita juga pastinya masih belum lupa bagaimana Mahapatih Gajah Mada bersumpah untuk tidak berhenti puasa sebelum menyatukan Nusantara.

Sedemikian besar manfaat puasa ini di level kemanusiaan, sementara Allah secara tegas telah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa. Bukankah ini merupakan salah satu indikasi bahwa segala ketetapan Allah hakikatnya adalah untuk kepentingan manusia, dan segala pemenuhan kita terhadap ketetapan Allah hakikatnya adalah pemenuhan terhadap kebutuhan kemanusiaan kita?

Demikian juga sebaliknya, saat kita berikhtiar untuk memenuhi segala kebutuhan dan tuntutan fitrah kemanusiaan kita, seperti makan-minum-menikah dan lain sebagainya, hakikatnya kita sedang menempuh jalan kehambaan, mewujudkan amanah dan ketetapan-Nya.

Premis-premis di atas pada akhirnya mengarah kepada satu kesimpulan, bahwa menjadi manusia yang baik dan menjadi hamba yang baik itu sebenarnya satu paket.

Seandainya ada laku kehambaan yang kita rasakan jauh dari manfaat-maslahat kemanusiaan, kemungkinan itu karena daya jangkau penalaran kita belum mencapainya, atau terjadi salah niat, cara dan tujuan.

Sebaliknya, seandainya dorongan kemanusiaan yang ada dalam diri kita mengarahkan justru semakin menjauh dari kehambaan kita kepada-Nya, kemungkinan kita meleset memahami diri dan sisi kemanusiaan kita, atau pandangan kita terdistraksi atau terhijab oleh beragam kepentingan, hasrat dan ambisi keduniaan.

Puasa kita adalah puasa manusia, baik prosedur, tata cara maupun mekanismenya. Tidak ada satu variabel pun dari puasa itu yang mengarah kepada penegasian kemanusiaan, baik secara jasmaniyah maupun ruhaniah.

Ia membuahkan beragam manfaat kemanusiaan: jasmani yang sehat, ruhani yang terkendali, hubungan dengan sesama dan semesta yang harmoni.

Puasa kita adalah juga puasa seorang hamba. Ia adalah manifestasi kepatuhan kita kepada perintah-Nya, kepasrahan kita kepada apapun keputusan-Nya. Ia membuahkan manfaat puncak dalam tuntutan hidup beragama, yaitu takwa, yang diidamkan oleh setiap hamba yang mengenal-Nya.


Sepanjang Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap waktu sahur.

Terakhir diperbarui pada 22 April 2021 oleh

Tags: kemanusiaanKolom RamadanPuasaTasawuf Puasa
Iklan
Fahruddin Faiz

Fahruddin Faiz

Pakar Filsafat Islam. Doktor di UIN Sunan Kalijaga. Pemantik di "Ngaji Filsafat" MJS.

Artikel Terkait

3 Alasan Orang Sleman Malas Bukber ke Bantul, Selain Karena Egois dan Jogja Selatan Isinya Gondes.mojok.co
Ragam

Bagi Warga Bantul Ajakan Bukber di Sleman Adalah Bentuk Diskriminasi dan Ketidakadilan, Apa Orang Jogja Utara Memang Egois?

15 Maret 2024
Penambang Kawah Ijen Tak Puasa Demi Baju Lebaran Anak MOJOK.CO
Catatan

Perjuangan Penambang Belerang Kawah Ijen Banyuwangi Demi Baju Lebaran Anak Istri, Puasa-puasa Tetap Naik Turun Gunung Memikul Ratusan Kg Hasil Tambang

11 Maret 2024
Menelusuri Sejarah Takjil Pertama Berkah Gulai Kambing di Kauman Jogja. MOJOK.CO
Geliat Warga

Menelusuri Sejarah Takjil Pertama, Berkah Gulai Kambing di Kauman Jogja

19 April 2023
Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis. MOJOK.CO
Geliat Warga

Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis

18 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Rosalia Indah PO Bus Penuh Drama, dari Maling sampai Kecoa (Unsplash)

Rosalia Indah, PO Bus yang Terlalu Penuh Masalah Membuat Penumpang Merasa Tidak Aman Apalagi Masalah Maling Hingga Kemunculan Kecoa

5 Juli 2025
Coba-coba Naik Bus Eksekutif PO Agra Mas.MOJOK.CO

Coba-coba Naik Bus Eksekutif Agra Mas: Semula Takut Naik Bus Malah Jadi Ketagihan, Merasa Katrok karena Fasilitas Melebihi Kereta Api

8 Juli 2025
Pemerintah Kota Yogyakarta tambah Tempat Khusus Merokok demi wujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Malioboro MOJOK.CO

Jangan Lagi Merokok Sembarangan di Malioboro karena Tersedia Banyak Tempat Khusus Merokok, Ada Spot Enjoy untuk Nikmati Suasana Jalan

3 Juli 2025
kemiskinan orang miskin dilarang punya anak banyak mojok.co

Kemiskinan Membunuhmu, Pemerintah Mengabaikanmu

8 Juli 2025
JVWF 2025 Music Fest Hadirkan Sheila On 7, Catat Tanggal Main dan Rangkaian Acaranya.MOJOK.CO

JVWF Music Fest 2025 Hadirkan Sheila On 7, Catat Tanggal Main dan Rangkaian Acaranya

5 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.