Penempelan Stiker pada Rumah Warga yang Belum Divaksin Adalah Langkah yang Brilian dan Harus Diapresiasi

stiker

MOJOK.CORumah warga yang belum divaksin akan ditempeli stiker, di masa depan, semoga giliran rumah pejabat yang tidak becus bekerja yang ditempeli stiker.

Untuk menuju target vaksinasi penuh, memang diperlukan banyak inovasi yang mumpuni. Maklum saja, selain layanan vaksinasi yang memang belum maksimal, juga masih cukup banyak warga yang belum aware tentang pentingnya vaksinasi.

Berbagai cara pun dilakukan demi mengejar target angka vaksinasi ini. Dari cara kreatif sampai cara yang sifatnya agak represif.

Dari sekian banyak cara yang dilakukan oleh para aparat dan pemangku kebijakan, cara yang ditempuh oleh Polda Metro Jaya untuk mewujudkan target vaksinasi 100 persen DKI Jakarta sebelum tanggal 17 Agustus 2021 mendatang kiranya layak mendapatkan apresiasi.

Polda Metro Jaya menyatakan bahwa pihaknya akan mulai menempelkan stiker di rumah warga DKI Jakarta yang masih belum menerima suntikan vaksin.

“Untuk tahu door to door di mana rumah yang belum divaksin, pak RT yang tahu, pak RT nanti yang tempel stiker,” terang Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus.

Seperti diketahui, berdasarkan data kepolisian, masih ada sekitar 180 ribu warga DKI Jakarta yang belum divaksin. Penempelan stiker dimaksudkan untuk mendorong warga yang memang belum divaksin agar segera mendapatkan vaksin di gerai-gerai vaksin yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Penempelan stiker ini sejatinya memang bukan cara baru. Ia sudah dipakai dalam berbagai program-program yang lain, seperti sensus penduduk atau pendataan DPT Pemilu.

Namun, penempelan stiker untuk warga yang belum vaksin ini tentu bakal menjadi hal yang unik, sebab ia bukan sekadar sebagai instrumen pendataan, lebih dari itu, stiker untuk warga yang belum vaksinasi ini secara psikologis diharapkan bisa menimbulkan efek malu, sehingga orang-orang yang belum vaksin bisa segera mendapatkan vaksin.

Penggunaan stiker untuk mendata dan memberikan “efek malu” ini tentu adalah cara yang menarik, utamanya bila diterapkan pada banyak hal, bukan hanya perkara vaksinasi.

Jika nantinya penempelan stiker ini terbukti bisa mendongkrak rasio vaksinasi warga DKI Jakarta, maka tak ada salahnya jika kebijakan stiker ini juga diterapkan pada hal-hal yang lain. Bukan hal yang mustahil jika penempelan stiker ini kelak dilakukan pada rumah milik pejabat publik yang melakukan kejahatan-kejahatan umum seperti korup atau suap.

Pasti akan sangat menyenangkan jika suatu saat kita menemukan rumah Juliari Batubara dengan tempelan stiker warna merah dengan tulisan yang ngejreng “Terverifikasi Koruptor” dengan tulisan keterangan tambahan di bawahnya “Rumah ini milik orang yang tega ngembat duit rakyat yang sedang kelaparan. Mental korupsinya tebal betul seperti kulit babi dilapisi kertas duplex. Kalau Anda mau masuk rumah ini, mending urungkan saja, takutnya nular.”

Stiker juga layak ditempel di rumah wakil rakyat yang jarang sekali hadir dalam sidang atau rapat. Tulisannya tentu saja “Si Paling Dungu” dengan keterangan tambahan di bawahnya, “Rumah ini milik anggota DPR yang suka mbolos rapat atau sidang, kalau Anda pengin mampir, langsung masuk aja, nggak perlu ketok pintu, orangnya pasti ada di dalam, wong memang nggak pernah ada di kantor.”

Selain itu, stiker juga bisa diterapkan kepada para pejabat yang melakukan kejahatan etik dan empati seperti memasang baliho dalam jumlah yang kolosal di tengah masa pandemi seperti sekarang ini.

Tentu akan sangat menyenangkan bisa melihat rumahnya Airlangga Hartanto atau Puan Maharani yang magrong-magrong itu harus ditempeli stiker bertuliskan “Lumpuh Empati” dan dengan keterangan tambahan “Rumah ini milik pejabat yang empatinya mungkin sudah habis digerus oleh udara AC yang terpasang di istana dan kantor pemerintahan. Kalau suatu saat Anda berada di kotak suara dan ketemu dengan gambar pemilik rumah ini, abaikan saja, nggak usah dipilih, lebih baik pilih tirai nomor 4.”

Dan tentu saja, penempelan stiker ini juga menarik diterapkan untuk rumah presiden yang dianggap lalai karena banyak kebijakan-kebijakan tidak pro-rakyat yang lahir di masa pemerintahannya.

Pastilah sangat menyenangkan jika suatu saat, kita lewat di depan rumah Jokowi lalu menemukan tembok rumahnya terpasang stiker berukuran besar dengan tulisan yang sangat khas: “Hugo’s Cafe, Tempat party separty-partynya.”

BACA JUGA 3 Hal yang harus Kita Syukuri dari Baliho Puan Maharani “Kepak Sayap Kebhinekaan” dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Exit mobile version