Ujian Terbesar di Era Modern, Melawan Seruan Ibnu Muljam dalam Diri
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai Khotbah

Ujian Terbesar

Mbah Nyutz oleh Mbah Nyutz
9 Juni 2017
0
A A
khotbah ujian terbesar mojok

khotbah ujian terbesar mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

“Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberi balasan,” demikian Tuhan berfirman. Ini adalah ibadah khusus sehingga Tuhan membuat satu surga untuk orang-orang yang berpuasa dengan benar. Karena ini ibadah yang dinisbahkan kepada Tuhan, maka setan dilarang ikut campur—mereka dibelenggu dengan rantai neraka.

Tetapi mengapa masih ada orang berpuasa yang berbuat jahat atau maksiat? Contoh paling jelas: berpuasa tapi tetap menyebar ujaran kebencian, dusta, dan fitnah melalui media sosial. Apakah itu karena hasil didikan setan atau bagaimana?

Seorang kawan menulis agak pedas, “Puasa adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa manusia sudah bisa berbuat jahat tanpa harus digoda setan.” Boleh jadi ia benar, sebab Tuhan juga mengatakan bahwa manusia diilhami fujuraha wa taqwaha. Dalam diri ada potensi berbuat fujur, yakni perbuatan fasik, buruk, dan tak berperikemanusiaan.

Kita berpuasa atau tidak, nggak ada yang tahu kecuali diri kita dan Tuhan. Puasa adalah ibadah yang bertujuan, salah satunya, untuk memurnikan perbuatan agar tak menyimpang dari tata aturan ilahiah dan perikemanusiaan. Karena itu, ujian dalam puasa justru lebih banyak datang dari tempat yang paling dekat—diri kita sendiri.

Orang-orang, apa pun agamanya, secara intuitif tahu bahwa semakin mulia seseorang, semakin dekat sumber ujiannya. Para penulis cerita mengemukakan hal ini dalam kisah-kisah fiksi mereka yang mengagumkan. Mahabarata, misalnya. Arjuna bahkan nyaris putus asa ketika harus bertempur dengan orang-orang yang dia hormati, termasuk sesepuh mereka, Bisma Dewabrata, petapa yang arif dan bijaksana.

Baca Juga:

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

Berburu Pahala di Akhir Puasa dengan Al Quran Raksasa

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

Dalam kisah Naruto: Shippuden, dunia ninja mengalami perang dunia Shinobi ke-4, yang mana tokoh-tokoh baik harus melawan pasukan orang mati yang dibangkitkan melalui ilmu yang diharamkan, Edo Tensei. Mereka adalah orang-orang dekat dari masa lalu yang dibangkitkan oleh Kabuto. Tiap tokoh berhadapan dengan masalah hatinya sendiri yang selama ini coba ditekan atau dilupakan sehingga membuat tokoh-tokoh dalam pasukan koalisi ninja menyimpan luka di hati mereka. Dalam peperangan itu, luka dihadirkan kembali secara jelas dalam pertemuan mereka dengan sosok orang-orang yang mereka hormati dan cintai yang harus mereka lawan.

Pada akhirnya, melalui pertempuran yang menyedihkan, mereka bisa mengobati luka hati dan memperoleh kedamaian dalam diri mereka. Karena mereka telah bisa berdamai dengan diri mereka sendiri, perlahan pasukan koalisi mampu memenangkan pertempuran, dan kehidupan yang damai hadir kembali di dunia ninja.

Pertempuran-pertempuran itu melambangkan pertempuran dalam batin manusia yang tak usai-usai. Semakin dekat seseorang dengan Tuhannya, semakin dekat pula sumber “musuhnya”. Jika lawan-lawan dari luar telah dibuat tak berdaya dan tak bisa lagi memengaruhi kita, yang dilambangkan dengan setan yang dibelenggu, tiba gilirannya kita berhadapan dengan lawan yang paling tangguh: hawa nafsu kita sendiri.


Pertempuran batin adalah cara untuk memurnikan perbuatan agar semata-mata demi al-Haqq, Kebenaran, yang adalah Tuhan itu sendiri. Karena itu, sekali lagi, puasa ialah untuk Tuhan, untuk menguji seberapa tegak tauhid dalam diri manusia agar ia pantas disebut hamba dan, pada gilirannya, layak menerima anugerah sebagai manusia khalifatu fil ardhi. Dalam pertempuran ini, segala anugerah yang datang dari Tuhan harus kita tempatkan dalam wadahnya yang tepat untuk menyucikan jiwa: niat, semangat, keinginan, rasa dan perasaan, bahkan sifat yang negatif, termasuk amarah, harus diberdayakan menurut kehendak-Nya, bukan kehendak hawa nafsu kita sendiri.

Salah satu contoh manusia, selain Kanjeng Nabi, yang telah mampu mengubah potensi negatif menjadi selaras dengan kehendak-Nya, adalah Sayidina Imam Ali karamallahu wajhah.

Dalam sebuah peperangan, Sayidina Ali berhasil mendesak seorang musuh dan siap untuk menghunjamkan pedangnya. Lawan itu meludahi muka Sayidina Ali. Seketika itu juga Sayidina Ali menurunkan pedangnya, tak jadi membunuhnya. Sang musuh heran dan bertanya, “Mengapa engkau tak membunuhku?”

Sayidina Ali menjawab, “Sebelum engkau ludahi, aku berperang karena Allah, tetapi setelah engkau meludahiku, aku tersinggung dan marah karena merasa dihina. Marahku adalah karena hawa nafsuku, maka aku tak mau menurutinya.” Ini seolah-olah Sayidina Ali mengatakan, “Jika aku menuruti kemarahan nafsuku, aku mengkhianati amanah Tuhan karena aku marah lantaran keinginan nafsuku sendiri.”

Kini bolehlah kita bertanya-tanya, seberapa kuatkah kita melawan ujian paling besar ini? Sebab, jika kita kalah dalam ujian berat ini, boleh jadi kita mengikuti jalan yang menakutkan, jalan yang juga menyebabkan Sayidina Ali terbunuh: jalan Ibnu Muljam. Kita tahu dia seorang qari, hafal Al-Quran, ahli agama, ahli ibadah, ahli puasa, bahkan konon selalu salat tahajud. Namun, ia gagal melawan musuh yang paling dekat dengan dirinya sendiri, sehingga sampai pada titik ia merasa telah berbakti kepada Tuhannya dengan membunuh salah satu sahabat yang telah dijamin masuk surga.

Dan sekarang, kita banyak mendengar gaung seruan Ibnu Muljam di dunia modern. Yang terkini, jalan Ibnu Muljam tampak pada diri orang yang berteriak “This is for Allah” sambil menikam orang di Jembatan London.

Tags: Ali bin Abi ThalibAllahibnu muljamLondon BridgeNarutoPuasaRamadansayidina ali
Mbah Nyutz

Mbah Nyutz

Artikel Terkait

Mr Assaat puasa

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

1 Mei 2022
tadarus al quran raksasa mojok.co

Berburu Pahala di Akhir Puasa dengan Al Quran Raksasa

28 April 2022
cerita mudik dan mitos cewek nggak bisa ngerawat motor - oalah

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

22 April 2022
Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

Para Pencari Takjil dan yang Menyebalkan dari Bukber

15 April 2022
Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

11 April 2022
Ramadan, Mokah, dan Menyebalkannya Bukber

Ramadan, Mokah, dan Menyebalkannya Bukber

8 April 2022
Pos Selanjutnya
Hizbut Tahrir Sama dengan Hantu Komunis

Beginilah Nasib Jadi Pedagang Online

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
khotbah ujian terbesar mojok

Ujian Terbesar

9 Juni 2017
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022

Terbaru

alfamart mojok.co

Karyawan Diancam UU ITE, Alfamart Tunjuk Hotman Paris sebagai Pengacara

15 Agustus 2022
Kiki Ucup: Pestapora, Lagu 2000an, hingga Musisi Reunian

Kiki Ucup: Pestapora, Lagu 2000an, hingga Musisi Reunian

15 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
parpol peserta pemilu mojok.co

40 Parpol Resmi Daftar Jadi Peserta Pemilu, Siapa Saja?

15 Agustus 2022
penembakan brigadir j mojok.co

Timsus Polri ke Magelang, Telusuri Pemicu Penembakan Brigadir J

15 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In