MOJOK.CO – Karena surga-neraka itu hak prerogatif Tuhan, jadi seharusnya hamba yang nggak pernah salat lima waktu bisa aja dong tetep masuk surga?
“Kalau dipikir-pikir ya, Gus, sebenarnya kita ini bisa lho masuk surga tanpa harus salat lima waktu selama hidup,” kata Fanshuri sambil menjalankan bidak caturnya.
Gus Mut diam sejenak. Kenapa lagi murid sekaligus tetangganya ini. Nyeleneh lagi pasti si Fanshuri ini.
“Jangan aneh-aneh lagi deh, Fan. Kamu itu kok mikirnya suka aneh-aneh sih,” kata Gus Mut, yang kali ini juga mulai menjalankan bidak caturnya.
“Serius ini, Gus. Bahkan ide ini muncul dari waktu saya ikut ngajinya Gus Mut lho,” kata Fanshuri.
Gus Mut terkekeh.
“Mana ada aku pernah ngasih tahu murid-muridku cara nge-cheat masuk surga tanpa salat lima waktu,” kata Gus Mut.
“Eh, dibilangin nggak percaya,” kata Fanshuri.
“Lah wong, setiap hamba itu pertama diperiksa catatan amalnya adalah salat lima waktu. Kalau di ‘lembar’ pertama aja udah nggak beres, gimana ia bisa lolos di tahap-tahap hisab selanjutnya. Kok ngimpi bener bisa masuk surga tanpa salat lima waktu,” kata Gus Mut.
“I-iya, soal itu saya tahu, Gus,” kata Fanshuri.
“Lah terus?” tanya Gus Mut.
“Kan dulu Gus Mut pernah nyeritain sebuah riwayat,” kata Fanshuri.
“Riwayat? Riwayat yang mana ini?” tanya Gus Mut.
“Itu lho, riwayat seorang pelacur yang segala macam dosanya diampuni Tuhan persis sebelum meninggal hanya karena mendahulukan memberi minum ke anjing yang kehausan, padahal pelacur itu juga posisinya sudah kehausan di ujung maut,” kata Fanshuri.
Gus Mut tertawa mendengar kesimpulan riwayat yang diceritakan Fanshuri itu.
“Lah kan, sekarang Gus Mut tertawa. Jadi bener kan? Bahwa ternyata untuk bisa masuk surga itu ya ada yang namanya hak prerogatif Tuhan. Lagian Tuhan juga bakal menerima tobat seseorang bahkan di detik-detik akhir kehidupannya. Jadi selama si hamba ini nggak pernah salat lima waktu, boro-boro nggak salat, selama hidup melakukan kejahatan yang tak terbayangkan misalnya, kalau ia sempet tobat persis sebelum mati kan ya peluang masuk surga jadi tetep ada,” kata Fanshuri.
Gus Mut masih terkekeh.
“Itulah kenapa dalam setiap ilmu, setiap orang itu butuh guru, Fan,” kata Gus Mut.
Fanshuri jadi tertegun.
“Lah, makanya itu saya berguru sama Gus Mut,” kata Fanshuri.
“Dan makanya itu pula, kamu jangan menyimpulkan sesuatu yang bisa berbahaya seperti itu. Setiap riwayat itu peruntukan maksudnya bisa beda-beda. Bahaya itu,” kata Gus Mut.
“Berbahaya? Bahaya gimana? Itu kan konsep yang tetep masuk akal dalam logika riwayat tadi kan?” kata Fanshuri.
“Riwayat itu dipakai untuk memberi gambaran betapa luas rahmat Tuhan, betapa tak terbayangkan pintu maaf dari Tuhan, kamu yang sebejat apapun bisa tetep diampuni dosanya kalau tobat. Tapi jangan terus berhenti pada konsep itu saja dong,” kata Gus Mut.
“Berhenti gimana maksudnya, Gus?” tanya Fanshuri.
“Oke deh, katakanlah aku setuju soal ‘ide gila’-mu kalau ada cara masuk surga tanpa salat lima waktu, karena kita bisa aja tobat bener-bener persis sebelum meninggal. Pertanyaannya; memang kamu bisa memastikan kamu akan meninggal kapan?” tanya Gus Mut.
Fanshuri gelagapan mendengar pertanyaan ujug-ujug dari Gus Mut itu.
“Ya tapi kan kadang ada orang yang udah tahu kalau mau meninggal. Kayak di film-film itu misalnya, yang bisa kasih wasiat sebelum mati,” kata Fanshuri.
Gus Mut terkekeh.
“Referensi kok film. Orang yang bahkan sudah tahu bakal mati pun selalu punya motif bertahan hidup kok,” kata Gus Mut.
“Ya kecuali kalau benar-benar sakitnya udah nggak bisa diselamatkan gimana, Gus? Kayak sakit kanker stadium akhir misalnya. Kan bisa tuh ia ngerasa bentar lagi mati. Jadi ada persiapan buat tobat, bisa dapat peluang masuk surga,” kata Fanshuri.
“Oke ia tahu bentar lagi akan mati, tapi detik kapan, hari apa, tanggal berapa, emangnya ia bisa tahu untuk mempersiapkan amal sebelum mati agar masuk surga? Kan nggak ada yang bisa tahu. Bisa aja tiba-tiba ia malah sembuh, itu kan bisa juga?” kata Gus Mut.
“Oh iya juga ya. Tahunya sakit parah, begitu siap mati, eh malah sembuh,” kata Fanshuri sambil cengengesan.
“Posisi mati itu misteri, makanya agama itu prinsipnya ngajarin kita terbiasa menghadapi kematian,” kata Gus Mut.
“Me-menghadapi kematian? Maksudnya, Gus? Menghindari kematian gitu?” tanya Fanshuri.
“Ya bukan. Maksudnya terbiasa menghadapi kematian ini adalah terbiasa beribadah kapanpun. Jadi saat kematian datang posisi kita masih dalam keadaan yang baik. Ambil contoh cerita-cerita orang saleh yang meninggal saat salat, misalnya. Apa iya orang itu baru salat itu sekali dalam hidupnya, lalu kebetulan pula salat pertamanya itu ia meninggal?” tanya Gus Mut.
Fanshuri berpikir sejenak.
“Ya itu karena laku hidup orang-orang saleh seperti itu memang selalu beribadah. Jadi peluang kematiannya saat sedang beribadah dan dipercaya khusnul khotimah itu lebih besar,” kata Gus Mut.
“Ta-tapi kan bisa aja orang yang sepanjang hidupnya beribadah, tapi di ujung hidupnya ia melakukan maksiat besar dan mati ketika melakukan maksiat itu. Bukannya masuk surga, malah masuk neraka kan bisa aja, Gus?” tanya Fanshuri.
“Iya itu bisa saja. Tapi kan dari argumentasimu itu, artinya kan jadi gini; bahkan yang sudah salat lima waktu sepanjang hidupnya saja peluang masuk surga juga belum tentu, apalagi yang nggak pernah salat sama sekali lalu berharap pada detik terakhir nafas kehidupannya,” kata Gus Mut.
Fanshuri lagi-lagi cengengesan.
“Iya kalau di detik itu ia masih punya kesadaran? Lah kalau kecelakaan di jalan atau mati mendadak? Emang itu orang bisa bersiap-siap? Kan nggak dong,” kata Gus Mut.
Fanshuri terdiam sejenak.
“Lagian ya, Fan, kamu ini aneh banget deh,” kata Gus Mut, “aku itu ngasih tahu riwayat tadi biar kamu tahu se-maha-pengampun apa Tuhan, tapi kamu malah berniat ‘memanfaatkan’ celah itu. Bukannya bersyukur dan jadi ‘ngerasa nggak enak’ sama Tuhan dengan serius ibadah, kamu itu lho malah cari peluang lain. Ada-ada aja kamu ini,” kata Gus Mut sambil terkekeh.
“Ya nakal-nakal dikit nggak apa-apa dong, Gus,” kata Fanshuri.
“Emang kamu pikir kamu itu siapa? Abu Nawas?”
Fanshuri ngakak sekarang.
BACA JUGA Tuhan Mewajibkanmu Ikhtiar, tapi Tidak Mengharuskanmu Berhasil dan kisah Gus Mut lainnya.