MOJOK.CO – Tak ada Ketua KPK yang begitu supel selain Firli Bahuri. Jejaknya suka bersilaturahmi ke mana-mana membuatnya lancar soal rezeki dan umur panjang.
Ketika Firli Bahuri—pimpinan paling top dalam sejarah KPK—melintasi langit Sumatera dengan helikopter dan kemudian dilaporkan kepada Dewan Pengawas atas tuduhan melanggar kode etik, saya termasuk orang yang kecewa. Bagi saya, itu jerat hukum yang salah sasaran.
Larangan hidup mewah bagi seluruh insan KPK, lebih-lebih posisi ketua, sungguh perkara yang sangat debatable karena begitu relatif. Apa, misalnya, contoh konkrit dari hidup mewah tersebut?
Bagi mahasiswa kere seperti saya, bisa membayar sewa kos tepat waktu adalah sejenis hedonisme yang tak terpermanai. Tapi bagi Ketua KPK Firli Bahuri, dengan jumlah harta hampir menyentuh 20 miliar, menyewa helikopter dengan nominal tujuh juta per jam mungkin jenis keisengan belaka. Dan, tentu saja, tidak elok menjatuhkan sanksi atas kelakuan iseng.
Seluruh pundi-pundi rupiah milik Firli Bahuri tidak datang dari langit. Itu adalah hasil kerja keras ditambah pengamalan setia kepada prinsip “the power of silaturahmi” ke berbagai kalangan.
Masa, sih, seseorang tidak boleh menikmati jerih payahnya sendiri? Lagi pula, dalam kacamata Firli Bahuri, kemewahan mungkin hanya sejenis self reward. Toh, dibandingkan empat pimpinan KPK lainnya, Firli memang orang paling sugih.
Orang boleh saja sangsi, kemudian melakukan kalkulasi terkait jumlah pendapatan tahunan Firli Bahuri bila dibanding total seluruh asetnya yang gila-gilaan itu. Tapi, siapa yang mau menyangkal berkah dari silaturahmi yang telah Tuhan janjikan?
Awal bulan Mei Lalu, misalnya, Feri Amsari pernah membuat utas atas kebiasaan sang Ketua KPK. Rangkaian twit itu menanggapi video yang beredar di masyarakat, ketika Firli Bahuri bermesraan dengan Komisaris PT. Pelindo, di acara buka bersama.
[1] “Bangga dengan Pak Firli. Selaku ketua KPK beliau menunjukan akhlak wawasan kebangsaan yang tinggi dan baik. Beliau dengan lemah lembut dan ikhlas tetap bersilaturahmi dengan berbagai pihak, termasuk dengan komisaris Pelindo meskipun perkara Pelindo sedang ditangani KPK. pic.twitter.com/oTs1EZbtqg
— feri amsari (@feriamsari) May 6, 2021
Semua orang tahu PT. Pelindo sedang bersitegang dengan KPK, dan wajar kiranya bila ada tuduhan yang kurang menyenangkan kepada Firli.
Sebab, kebanyakan orang lupa bahwa, jauh sebelum itu, Firli Bahuri memang sudah menjalankan prosedur silaturahmi ekstrem. Saya sebut ekstrem karena jenis silaturahmi yang dilakukannya justru tak jarang melibatkan pihak-pihak yang tengah (atau akan) diperiksa oleh KPK.
Pada tahun 2018, ketika Pak Firli Bahuri menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK, blio pernah kedapatan main tenis bareng Tuan Guru Bajang, alias Zainul Majdi. Tak ada yang tahu siapa yang berhasil keluar sebagai pemenang di pertandingan tenis itu.
Tapi mudah diketahui bahwa status Tuan Guru Bajang ketika itu adalah saksi dalam kasus suap divestasi saham PT. Newmont, yang tentu saja sedang ditangani oleh KPK, membuat kita bisa menebak di kemudian hari, siapa yang menang dari hasil permainan tenis itu.
Firli Bahuri tampaknya bukan tipikal orang yang pandang bulu. Dia sangat toleran, open minded, pluralistik, anti-Taliban, pancasilais, plus… kalau diberi Tes Wawasan Kebangsaan pasti ketagihan dan minta tambah soal.
Buktinya, kepada orang yang berstatus sebagai saksi dugaan gratifikasi lainnya, Firli Bahuri juga sempat bersilaturahmi—meski sepintas lalu—ditambah perlakuan istimewa yang di luar kelaziman para anggota komisi anti rasuah.
Itu terjadi ketika Bahrullah Akbar, Wakil Ketua BPK yang berstatus sebagai saksi dugaan suap usulan dana perimbangan daerah, dipanggil oleh penyidik KPK.
Sembari menunggu kedatangan penyidik, Firli Bahuri menjemputnya di lobi dan kemudian mengajak sang saksi untuk bercakap-cakap sejenak ruangannya, di lantai 12. Apakah itu suatu tindakan yang tak etis? Bagi sebagian orang, mungkin iya. Tapi yang dilakukan oleh Firli Bahuri adalah pengejawantahan dari adab menerima tamu. Subhanallah.
Pada akhirnya, semua aksi silaturahmi itu membuat Firli Bahuri terkena jerat pelanggaran kode etik. Termasuk salah satu yang paling memorable, ketika blio bersilaturahmi pada pimpinan salah satu parpol besar (inisialnya PDIP), beberapa saat sebelum terpilih menjadi Ketua KPK.
Yang menarik adalah, orang yang pernah memeriksa dugaan pelanggaran kode etik Firli Bahuri itu adalah Hery Muryanto, salah satu pegawai KPK yang tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan. Dari sana kita bisa membaca klasterisasi yang dilakukan Firli di KPK.
Apakah ini semacam hukum balas dendam purba? Atau konspirasi elite global? Saya belum dapat memastikan sepenuhnya. Tapi saya yakin, dengan rekam jejak petualangan sebanyak itu, Firli memang kompeten untuk tidak hanya sebagai Ketua KPK tapi juga duta silaturahmi anti-ketahuan-korupsi Indonesia.
BACA JUGA Kami Coba Mengerjakan 20 Soal Tes Wawasan Kebangsaan KPK dan Ini Hasilnya dan tulisan soal Muhammad Nanda Fauzan lainnya.