ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Belajar dari Masjid Aljihad

Puthut EA oleh Puthut EA
3 Mei 2021
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sejak mulai tinggal di rumah yang sekarang ini kami tempati, kira-kira delapan tahun lalu, saya melakukan salat Jumat di masjid Aljihad. Saya sangat kagum dengan manajemen masjid ini. Terutama dalam menangani pandemi.

Ketika pemerintah dan beberapa lembaga Islam melarang salat berjamaah lebih dari setahun lalu, takmir masjid Aljihad mengikuti saran pemerintah. Ketika pemerintah mulai memperbolehkan salat jamaah dengan protokol kesehatan, takmir masjid ini pun melaksakannya dengan ketat. Dari mulai masuk, setiap jamaah dicek suhu tubuh mereka. Setelah itu diminta untuk membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Jika ada jamaah yang tidak memakai masker, diminta balik untuk mengambil masker. Jika ada jamaah yang tidak membawa sajadah sendiri, akan dipinjami pihak masjid, tapi jika stoknya habis, akan diminta pulang untuk mengambil sajadah sendiri. Jarak antarjamaah pun berjauhan. 

Saya yakin hampir semua masjid pasti melakukan protokol kesehatan tersebut. Lalu apa bedanya? Perbedannya adalah sampai sekarang, hal itu dilakukan dengan ketat. Takmir masjid sangat tegas namun juga tetap solutif dan ramah. Buktinya, mereka menyediakan sajadah untuk jamaah yang lupa membawanya. Hanya saja tidak mungkin menyediakan banyak sajadah.

Saya tahu, di banyak masjid yang lain, hal ini sudah mulai kendor. Mungkin ada yang kendor dalam hal pemeriksaan suhu tubuh. Ada pula yang kendor tidak menyediakan hand sanitizer. Ada pula yang kendor dalam penataan saf salat. Sudah rapat sebagaimana jika tidak ada pandemi. Bahkan, banyak teman melaporkan, di banyak kampung di luar Yogya, yang sudah sangat longgar, nyaris tidak ada protokol kesehatan. Di kampung saya, hanya bapak saya yang pergi ke masjid dengan tetap mengenakan masker. 

Apa yang terjadi di masjid atau tempat ibadah lain, pasti mencerminkan apa yang terjadi di keseharian masyarakat. Jika mereka longgar dengan protokol kesehatan di masjid, itu artinya mereka juga longgar dalam berbagai segi kehidupan sehari-hari. Entah di tempat kerja, di warung makan, atau di berbagai kegiatan sosial lain. Masalahnya, kenapa hal tersebut terjadi dan dibiarkan?

Kalau kita belajar dari apa yang terjadi di masjid Aljihad, kata kuncinya ada pada takmir atau pengurus masjid. Kalau takmir tegas dan ketat, jamaah akan mengikutinya. Kalau takmir permisif, jamaah akan belajar melanggar sedikit demi sedikit, yang akhirnya bisa benar-benar longgar.

Hal inilah yang sebetulnya terjadi, ketika kita mendapati banyak mal, pasar, warung, dan banyak tempat lain, yang seakan beroperasi seolah tidak ada pandemi atau seolah sudah kelar. Itu artinya, pengawasan dari ‘pengurus’ yang dalam hal ini pemerintah, baik pemerintah kampung, daerah, sampai pusat, tidak memiliki ketegasan dan sangat permisif.

Wajar jika kemudian, di saat orang rame mau mudik tiba-tiba pemerintah melarang, banyak yang kecewa. Ini bukan soal masyarakat tidak mau diatur. Tapi sejak awal masyarakat tahu, pemerintah di berbagai level, tidak pernah benar-benar serius menegakkan aturan. Dari situ muncul rasa tidak adil: dulu bebas, kenapa sekarang dibatasi? Hal itu juga tercermin pada berbagai seruan kementerian yang satu sama lain seolah bertentangan. Presiden Jokowi membuat aturan dilarang mudik. Kementerian Perhubungan menjalankan aturan itu dengan melarang berbagai moda transportasi beroperasi. Tapi menteri Pariwisata menyatakan membuka tempat-tempat wisata. Lalu Ibu Sri Mulyani membuat seruan agar warga berbelanja.

Lantas, apa yang kita lihat? Seruan berbelanja tidak diikuti oleh aturan protokol kesehatan di mal-mal dan pasar-pasar. Hasilnya, kekacauan dan keriuhan. Meski belum tentu juga mereka berbelanja karena seruan Bu Sri Mulyani. Hanya saja, seolah masyarakat makin dapat legitimasi. Lalu kalau mal-mal dan pasar-pasar membeludak sehingga makin rentan terhadap penyebaran korona, siapa yang salah? Rakyat lagi yang disalahkan?

Semua orang juga tahu, salah satu tempat yang sulit sekali diatur dengan protokol kesehatan adalah tempat wisata massal. Terutama di daerah-daerah. Begitu diizinkan buka oleh Pak Sandiaga Uno, pasti menjadi legitimasi untuk buka. Masalahnya, protokol kesehatan bakal susah dilakukan. Ini sudah dibuktikan berkali-kali terutama saat liburan panjang. Jika itu terjadi lagi, apakah rakyat yang disalahkan?

Karut-marut semacam ini, sudah terlampau sering terjadi di negeri ini dalam penanganan pandemi. Satu keputusan dengan keputusan lain, tidak nyambung dan bahkan saling bertentangan. Sialnya, yang dijadikan kambing hitam selalu masyarakat. Masyarakat tidak patuh. Masyarakat kendor.

Pemerintah mungkin perlu belajar dari takmir masjid Aljihad. Kalau takmirnya tegas, tapi tetap dengan kesantunan, jamaah akan mengikuti. Dalam soal aturan main, pemerintah adalah kuncinya. Asal konsisten, tidak mencla-mencle, tidak bertabrakan satu sama lain, masyarakat akan mengikuti. Anda ingin tahu buktinya? Buktinya ya saat awal pandemi menyerbu negeri ini. Semua masyarakat patuh. Tapi begitu pemerintah mulai membuat kebijakan aneh, buka ini buka itu, boleh begini boleh begitu, tanpa mempersiapkan infrastruktur pengawasan dan penertiban, jadinya ya semua longgar.

Pelarangan mudik, dengan segala kekacauan yang sudah terjadi di mal dan pasar, menjadi bukti bahwa pemerintah masih jauh dari kemampuan mengatur secara mumpuni. Besar slogan tanpa persiapan. Maunya besar, tapi tumpul dalam hal kemampuan.

BACA JUGA Obrolan Utusan Manusia dengan Utusan Corona dan esai Puthut EA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 3 Mei 2021 oleh

Tags: coronaCOVID-19Masjidprotokol kesehatan
Iklan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras & Wakaf Produktif
Movi

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras dan Wakaf Produktif

19 April 2025
Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten.MOJOK.CO
Ragam

Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten

23 Desember 2024
Kelakuan Pengurus Masjid yang Bikin Resah dan Harusnya Niru Masjid Sejuta Pemuda MOJOK.CO
Ragam

5 Tabiat Menjengkelkan Masjid di Indonesia, Pengurusnya Harus Introspeksi karena Sangat Merugikan

20 Agustus 2024
Menjajal Ibadah di Masjid Pakuwon Mall Jogja yang Megah dan Membuat Pengunjung Keheranan. MOJOK.CO
Liputan

Menjajal Ibadah di Masjid Pakuwon Mall Jogja yang Megah dan Membuat Pengunjung Keheranan

24 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa baru kesel hadapi dosen tua MOJOK.CO

Serba Salah Mahasiswa Hadapi Dosen Tua Kolot: Bikin Tugas Bagus Dituduh Plagiat kalau Jelek Dicap Goblok, Cuma Mau Benar Sendiri

8 Juni 2025
Jadi driver Gojek buat cari duit malah tekor terus kena order fiktf, hidup tertolong promo MOJOK.CO

Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

13 Juni 2025
Netfix Hadirkan Losmen Bu Broto: Wulan Guritno Hadir dengan  Cinta yang Pelik MOJOK.CO

Netflix Hadirkan Losmen Bu Broto: Wulan Guritno Datang dengan Cinta yang Pelik

7 Juni 2025
Bus Harapan Jaya Surabaya Jawa Timuran hanya untuk orang-orang tangguh MOJOK.CO

Bus Harapan Jaya Jawa Timuran Busnya Orang-orang Tak Punya Pilihan: Jauh dari Kemewahan, “Menyiksa” Sepanjang Perjalanan

10 Juni 2025
Dari Belanja Online ke Ngomongin Nikah: Calon Host Putcast Nggak Kaleng-Kaleng

Dari Belanja Online ke Ngomongin Nikah: Calon Host Putcast Nggak Kaleng-Kaleng

7 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.