Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

Ilustrasi Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COPersaingan mencari jodoh di dalam Katolik sangat berat. Saingannya sesama Katolik atau daya tarik login ke agama lain karena cinta. Ahh.

Kata Cholil Mahmud Efek Rumah Kaca, jatuh cinta itu biasa saja. Tapi, bakal kurang relevan sama orang muda Katolik hari ini, lantaran cinta malah jadi hal yang kompleks dan sulit dicapai.

Belakangan ini lagu “Finding a Catholic Man to Love the Love of My Life”-nya Reality Club menjadi banyak perhatian. Lagu tersebut masuk dalam album keempat terbaru mereka yang bertajuk Who Knows Where Life Will Take You? dan dirilis pada 26 Agustus 2025.

Lagu itu mencuri perhatian sebagian orang karena Faiz sang gitaris, menyampaikan kalau lagu ini soal perjuangan cinta beda agama dalam kanal YouTube Reality Club. Maka tak heran kalau lagu ini seolah menjadi anthem bagi mereka yang lagi pacaran namun terbentur perbedaan keyakinan.

Sementara, dalam pandangan orang muda Katolik, lagu itu justru menjadi semacam refleksi modern soal pergulatan mereka mencari pasangan yang seiman. Sehingga celotehan, “Cari pacar sama-sama Katolik itu susah,” bukanlah sekadar lelucon melainkan realitanya begitu.

Antara iman dan realita

Vania (25), misalnya. Dia salah satu anak muda Katolik dari Semarang yang mengaku kalau cari laki-laki Katolik itu susah. Sekalipun sudah aktif mengikuti beberapa komunitas yang ada di dalam gereja, namun jodohnya tak kunjung datang.

Itu baru soal agama. Belum lagi latar belakang keluarganya yang etnis Tionghoa. Latar belakang ini menuntunnya untuk sebisa mungkin menemukan laki-laki Katolik sekaligus Tionghoa. Bayangkan saja, sudah minoritas di agama, ditambah etnis pula.

“Cari laki-laki Katolik itu susah, terutama yang chinese juga. Mereka itu kayak tersembunyi entah di mana,” katanya.

Meski susah menemukan jodohnya yang seiman, Vania tetap mengupayakan laki-laki itu karena dia enggan meninggalkan keyakinannya. “Aku sudah punya janji diri sendiri dengan Tuhan. Dan aku juga nggak mau meninggalkan Bunda Maria dan Sakramen Ekaristi. Jadi, kalau laki-lakinya dari agama lain, aku mending nggak, deh.” tuturnya.

Kompromi dengan Keadaan

Sedangkan, Bayu (25) asal Semarang juga, yang saat ini sedang merantau di Jakarta, beranggapan kalau mencari pasangan Katolik itu juga susah. Alih-alih mencari pasangan yang seiman, sementara ini dia malahan mencari pasangan yang secara kepribadiannya cocok dulu baru setelahnya agama.

“Padahal, kadang kita suka sama orang bukan karena kepribadiannya, bukan karena obrolannya nyambung, atau bukan cara pandangnya sama, tapi cuma karena satu agama aja. Jadi kalau ditanya sekarang, aku nggak ngeliat agama sebagai hal utama. Aku lebih fokus ke kecocokan karakter dan kepribadian.” terangnya.

“Aku sempat berusaha cari yang Katolik, yang Jawa, tapi ujung-ujungnya nggak pernah sesuai harapan. Malah yang beda agama atau beda suku justru sering ninggalin kesan mendalam. Apalagi yang Protestan, entah kenapa selalu punya kesan yang kuat banget buatku,” lanjutnya.

Persaingan ketat pencarian jodoh sesama Katolik

Pada kenyataannya, Katolik memang masih terbilang minoritas jika harus dibandingkan dengan Kristen Protestan. Kedua agama itu sering dianggap sama, tapi sebenarnya memiliki perbedaan, baik secara tradisi maupun berdoa.

Dalam urutannya, agama Islam masih menduduki populasi paling terbanyak yakni 245.973.915 jiwa (87,08%). Lalu disusul Kristen sebanyak 20.911.697 jiwa (7,40%), dan Katolik berjumlah 8.667.619 jiwa (3,07%).

Dari data itu, wajar saja kalau cari pasangan sama-sama Katolik itu memang terdengar susah. Dengan populasi yang hanya 3,07%, persaingan bisa terjadi bukan cuma secara “horizontal” sesama orang muda Katolik, tapi juga “vertikal” dengan mereka yang berbeda agama.

Maka, ketika ada yang berseloroh, “Jangan ambil jatah orang Katolik,” itu lumrah saja karena cerminan dari realita kehidupan yang demikian.

Santo Rafael, santo pelindung jomblo Katolik

Memperoleh jodoh yang sesuai diharapkan itu memang misteri. Namun, dalam tradisi Katolik, ada Santo Rafael yang dikenal sebagai pelindung untuk orang-orang yang sedang mencari jodoh.

Dalam Kitab Tobit, Santo Rafael merupakan malaikat agung yang melayani Allah secara istimewa. Dia bukan hanya menyembuhkan orang terluka, namun juga mempertemukan dua insan, yaitu Tobia dan Sara. Saat itu, hidup keduanya sama-sama sedang dilanda masalah berat (Tobit 12:1-22).

Maka, jika cintamu sulit ditebak, biarlah Santo Rafael yang bertindak. Sebab, Yesus sendiri pernah mengatakan, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7).

Selain berusaha, minimal, melambarinya dengan doa. Ingat, persaingan sangat ketat. Tidak hanya persaingan internal Katolik, tapi juga dengan peluang jodoh di agama lain. Belum lagi kalau ada orang muda Katolik yang login karena menemukan jodohnya di agama lain.

Kalau sudah begitu, hanya bisa memohon. Santo Rafael, doakanlah kami.

Penulis: Vincentius Dimas Sanubari

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol dan keresahan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version