Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
20 Oktober 2020
0
A A
Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi

Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Generasi boomer mengaku rindu Sukarno, Gen-Z ngaku kangen Soeharto. Tenang, semua ada di Pak Jokowi kok. Fusion keduanya kok ini.

Ketika Omnibus Law UU Cipta Kerja memicu demo di banyak kota, seorang pengguna TikTok ikutan unjuk rasa di dunia maya. Dengan latar belakang foto empat presiden Indonesia terdahulu, anak muda ini menangis dengan kepsyen, “Kami rindu Bapak.”

Kalau kejadiannya di Konoha, mungkin seperti Konohamaru yang menangis di depan patung keempat Hokage, yang mana Hokage ketiga adalah kakeknya sendiri yang telah mangkat dibunuh Orochimaru.

Namun, aksi melodramatis sang Generasi Z (generasi setelah milenial) malah menuai cibiran. Netizen sangsi dengan pengetahuan politik tuh bocah. Ya maklum, zaman Orde Baru yang dirindukannya tidak lebih baik daripada zaman kiwari. Lagipula, memangnya itu bocah sudah lahir saat para presiden terdahulu menjabat?

Atau jangan-jangan itu bocah hanya baca-baca dari buku sejarah satu versi, nggak tuntas, dan ogah cari referensi lain?

Model bocah kayak gini ini mungkin yang bikin isu bahwa mata pelajaran sejarah akan dihapus dari kurikulum sekolah. Ya kan pengetahuan sejarah satu versi menimbulkan persepsi yang keliru. Ditambah fakta bahwa sejarah menstrim hanyalah cerita heroik yang ditulis oleh pemenang pemilu.

Baca Juga:

pilkada 2024

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023

Lain Gen-Z, lain boomer.

Denny Siregar justru mengaku ingin hidup pada era Orde Lama dan merasakan kepemimpinan Sukarno. Namun, Bung Denny masih merasa beruntung karena sekarang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo yang diklaimnya memiliki banyak kesamaan dengan Sukarno.

Jokowi dinilai punya semangat yang sama dengan Sukarno dalam mewujudkan negara yang berdikari. Menentang dominasi pihak asing, semangat jadi bangsa yang mandiri, dan memperjuangkan nilai-nilai nasionalisme.

Seruput kopi dulu~

Oke, kalau rada dipikir-pikir, Jokowi dan Sukarno memang ada kesamaannya. Sama-sama punya durasi kepemimpinan yang cukup panjang. Plus, keduanya punya stamina yang luar biasa bak banteng. Bahkan dalam setiap baliho PDIP, partai pengusung Jokowi, selalu saja ada quote dan foto-foto Sukarno.

Selain itu Sukarno juga sempat punya rencana untuk jadi presiden seumur hidup, Jokowi sempat digadang-gadang pantas memimpin Indonesia sampai tiga periode (walaupun jatahnya cuma dua periode).

Pun dengan keturunan Sukarno, ada yang sampai jadi presiden setelah impeachment Presiden Gus Dur, ada juga yang jadi wakil rakyat dalam urusan mematikan mic. Artinya punya generasi penerus. Sama seperti putra sulung dan menantu Jokowi, yang otw jadi pemimpin pula, dimulai dari wali kota di Solo dan di Medan.

Sejak awal, Jokowi dikenal dengan imej orang yang baik. Rezim pemerintahannya bisalah disebut sebagai Orde Baik. Kelanjutan dari Orde Lama, Orde Baru, sekarang Orde (Orang) Baik.

Saking baiknya, kalau main Among Us dan jadi jadi Impostor, mungkin beliau tidak akan menyerang Crewmate lain. Paling banter keluar-masuk vent untuk nostalgia sewaktu jadi Gubernur DKI Jakarta atau Wali Kota Solo.

Ketika dipergoki pemain lain dan dituduh Impostor (karena mampu sembunyi di vent), beliau menyangkal bahwa itu hoaks. Lantas dibela oleh Menteri Kominfo, “Kalau pemerintah bilang hoaks ya hoaks.”

Namun meski punya sisi-sisi yang Sukarno banget, Jokowi juga punya sisi Soeharto banget, terutama dalam soal dukungannya terhadap pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Dari UU tersebut Jokowi sedang mengusahakan Indonesia kedatangan banyak investasi dari negara mana pun. Bahkan selain mengundang investor, UU Ciptaker juga digadang-gadang sebagai pintu masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nantinya tenaga kerja asing yang masuk ke negara ini sembari mengajari warlok (warga lokal) dan akamsi (anak kampung sini) tentang teknologi dan industri. Ending-nya, uang dapat, ilmu juga dapat.

Jadi bisa dibilang Pak Jokowi ini adalah Bapak Pembangunan 2.0 lah. Persis kayak waktu kedatangan PT. Freeport di Indonesia pada awal-awal kepemimpinan Soeharto. Membangun banget. Benar-benar jadi tamu yang baik untuk investasi asing.

Sama seperti era Soeharto, imej baik Jokowi ini juga betul-betul dijaga oleh para pendukungnya. Bahkan kalau perlu rada-rada represif.

Bedanya, jika dulu pendisiplinan pakai alat-alat militer di lapangan, buku-buku sejarah yang direvisi, dan tontonan berita yang difilter habis-habisan, sekarang kelompok pendukung mendisiplinkan dengan wacana dari buzzeRp dan senjata UU ITE.

Ketika ada yang mendemo pemerintah dan wakil rakyat terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja, pendukungnya bakal menyerang citra pemrotes. Sambil mendeskreditkan bahwa mereka yang tak terima dengan UU ini masih terlalu nyaman dijajah dengan aturan lama.

Lantas menuduh penggerak massa sebagai pengkhianat bangsa yang tidak ingin Indonesia maju. Persis kayak zaman Orde Baru, di mana orang yang suka protes sama kediktatoran Soeharto bakal disebut sebagai anti-Pancasila.

Padahal, kalau memang ingin Indonesia maju, pastikan bangsanya bertahan hidup dulu dari perang biologis pandemi corona. Jangan buru-buru mengesahkan UU di tengah pandemi.

Masyarakat kan jadi nggak takut berkumpul, berani berkerumun, bikin serikat karena hajat yang lebih mendesak. Bisa jadi demonstrasi adalah “vaksin” bagi wakil rakyat yang selama ini ignorant dengan rakyatnya sendiri.

Ini belum dengan ketika gubernur yang menyampaikan aspirasi rakyat yang menolak UU Cipta Kerja, sang pendukung Jokowi buru-buru mengecap gubernur tersebut sebagai gubernur pecundang (padahal jelas-jelas kalau jadi gubernur berarti pemenang, setidaknya menang pilgub).

Memang itulah salah satu cara jadi orang baik, benar, dan pemenang, yaitu melabeli pihak yang berseberangan sebagai pengkhianat, hoaks, atau barisan sakit hati. Istilah kerennya adalah kill the messenger.

Dan pada saat ribut-ribut begitu, risiko Omnibus Law UU Cipta Kerja yang bakal bikin banyak sumber daya alam di Indonesia berisiko digerus habis-habisan oleh investor asing dibiarkan.

Tapi, udah deh, mari berbaik sangka saja. Ini mungkin salah satu cara pemerintah agar masyarakat (terutama masyarakat adat yang hidup di daerah dekat tambang) merasakan nostalgia kedatangan VOC lagi.

Anu, agar bisa belajar sejarah kolonial berbasis pengalaman langsung. Maklum, Sukarno kan pernah berkata, “Jas Merah!” jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

Dan Alhamdulillah, Pak Jokowi lagi mau ngulangin sejarah. Otw kok Bung Karno. Sabar ya.

BACA JUGA Panduan Sederhana Memahami Beda Buruh dengan Kuli dan tulisan Haris Firmansyah lainnya.

Terakhir diperbarui pada 20 Oktober 2020 oleh

Tags: boomerGen Zjokowiomnibus lawSoehartoSukarno
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

pilkada 2024
Kotak Suara

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres
Kotak Suara

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO
Esai

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

21 Januari 2023
uu pprt mojok.co
Kotak Suara

Jokowi Desak RUU PPRT Disahkan, Mandek 19 Tahun Lamanya

20 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Pemain Arsenal Patah Kaki Bukan Tragedi, Pemain Liverpool Cedera Semua Menangis: Antara Media Munafik dan Wasit Goblok MOJOK.CO

Pemain Arsenal Patah Kaki Bukan Tragedi, Pemain Liverpool Cedera Semua Menangis: Antara Media Munafik dan Wasit Goblok

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi

Kamu Rindu Sukarno? Kangen Soeharto? Tenang, Ada Pak Jokowi

20 Oktober 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

jumat curhat mojok.co

Polda dan Polres Gelar ‘Jumat Curhat’ untuk Wadah Uneg-uneg Warga

1 Februari 2023
remaja ktd sumedang

Siswi di Sumedang yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan Boleh Kembali Sekolah

1 Februari 2023
500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

1 Februari 2023
kemiskinan di diy mojok.co

Pakar UGM Mempertanyakan Garis Kemiskinan di DIY

1 Februari 2023
wali kota semarang

Wali Kota Perempuan Pertama Kota Semarang Langsung Dapat PR dari Megawati

1 Februari 2023
awal bulan puasa mojok.co

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
bacaleg pks

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In