MOJOK.CO – Jokowi adalah sosok pemimpin yang doyan bercanda. Sama kayak film-film Marvel. Sedangkan Prabowo bawaannya serius dan dewasa. Fix, itu DC banget.
Pemilu bukan untuk mencegah yang terburuk berkuasa, tapi untuk memilih yang terbaik di antara putra-putra terbaik bangsa. Para wakil rakyat adalah perwakilan dari rakyat kebanyakan. Sebab pemimpin negara adalah cerminan sebuah bangsa.
Pilpres tidak semenakutkan apa yang dikatakan dua kubu yang berseberangan. Jika pemimpin yang ini sekali lagi berkuasa, negara akan bubar. Namun, jika pemimpin yang ono sekali saja diberi kekuasaan, bisa-bisa jadi otoriter. Heleh, yang bener aja.
Pemilu itu pesta demokrasi. Party dari pagi sampai pagi lagi (party juga bisa diartikan sebagai partai, by the way).
Yang namanya pesta, pasti menyenangkan. Ibarat kata, kita memilih superhero favorit dari dua studio: Marvel atau DC. Dua-duanya baik. Sama-sama membasmi kejahatan dan membela kebajikan.
Yang membedakan hanya gayanya saja. Keputusan akhir mau mengidolakan yang mana, tergantung selera dan preferensi penonton.
Marvel tampil fun dan berwarna. Sementara DC sebaliknya; gelap dan berat. Penonton yang santai dan humoris tentu memilih Marvel. Sementara penonton yang serius dan dewasa lebih cocok dengan DC.
Jokowi adalah sosok pemimpin ceria dan suka bercanda. Sampai-sampai mengundang banyak pelawak ke istana. Ibarat superhero, Jokowi cocok kalau direpresentasikan dengan Marvel.
Sedangkan Prabowo bawaannya serius terus dan dikenal sebagai sosok yang tegas. Kadang kelewat tegas sampai disangka ngegas. Fix, Prabowo datang dari DC.
Baik Marvel maupun DC, sama-sama adorable dan punya fanbase-nya masing-masing. Untuk kelompok superhero, Marvel punya Avengers, DC punya Justice League. Mirip dengan dua kubu capres yang masing-masing punya koalisi partai.
Yang menjadi pentolan Avengers adalah Iron-Man. Sosok Tony Stark yang dekat dengan teknologi, mirip dengan Presiden Jokowi yang serba online dan Dilan (Digital Melayani). Dua-duanya juga senang membangun infrastruktur. Satunya bangun jalan tol, satunya lagi bikin robot-robotan.
Sementara Justice League bisa disamakan dengan Koalisi Indonesia Adil dan Makmur. See? Dua-duanya memperjuangkan keadilan. Penggagas Justice League adalah Batman alias Bruce Wayne. Batman dengan kearifan lokal bisa juga disebut Kampret.
Bruce Wayne dan Prabowo punya banyak kesamaan. Yang paling kentara adalah status single dan status ekonominya yang kaya-raya. Keduanya pun mencintai tanah air dan rakyatnya. Bruce Wayne ingin melindungi Gotham yang bobrok karena digerogoti dari dalam oleh para pejabatnya yang korup. Prabowo ingin mencegah kekayaan Indonesia dibawa kabur oleh bangsa asing. Daripada bocor keluar, mending dinikmati (bangsa) sendiri.
Saking gemasnya dengan bangsa asing, Prabowo sampai gebrak-gebrak meja sewaktu kampanye. Mengingatkan dengan adegan Batman yang sempat kelewat emosi sewaktu interogasi Joker: kepala Joker sampai dipentokin ke meja.
Prabowo memelihara kucing yang dinamakan Bobby. Batman juga punya kenalan kucing, yakni Catwoman. Batman berkawan dengan Superman. Prabowo punya bromance bernama Sandiaga Uno.
Bisa dibilang Bang Sandi adalah Superman. Pasalnya, cuma Superman yang kuat melakukan kunjungan di 1.000 titik dan 3 kali putari Bumi selama kampanye. Namun, Superman juga punya kelemahan: kryptonite. Apabila disodori kryptonite, Superman akan lemas. Sama kayak Sandiaga Uno yang lemas disodori quickcount.
Urusan batu-batuan, Justice League dan Avengers sama-sama punya ketertarikan dengan material satu ini.
Selaku pemimpin Justice League, Batman senang mengoleksi batu krypton untuk jaga-jaga kalau suatu hari Superman lepas kontrol. Di sisi lain, Avengers menjaga bebatuan keramat yang dijuluki Infinity Stone dari incaran kolektor jahat bernama Thanos.
Dalam sebuah pidato, Jokowi menyebutkan bahwa dirinya bersama Avengers siap menghalangi Thanos yang ingin menghapus sebagian populasi dunia. Thanos yakin sumber daya di planet Bumi terbatas. Maka, depopulasi adalah solusi yang dipilih oleh sang Mad Titan.
Sementara Jokowi berpendapat sebaliknya: sumber daya alam yang tersedia bagi umat manusia tidak terbatas. Ditambah perkembangan teknologi yang menghasilkan peningkatan efisiensi, memberi kita kemampuan untuk memperbanyak sumber daya dari sebelumnya.
Sempat juga disinggung dalam pidatonya, pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang berat telah tergantikan oleh panel surya dan kincir angin yang ringan.
Tuh, sebelum ribut-ribut film Sexy Killers, Jokowi sudah lebih dulu menjawabnya.
Menurut film Sexy Killers, dua kubu capres sama-sama punya usaha di bidang bebatuan, tepatnya batubara. Salah satunya adalah menteri di Kabinet Kerja Jokowi, yaitu Luhut Binsar Panjaitan.
Jika diibaratkan dengan superhero Marvel, Om Luhut mirip dengan Steve Rogers. Mantan militer yang kemudian jadi superhero: Captain America. Dua-duanya juga senang berbisnis batu. Yang satu batu tanpa batas, satunya lagi batu yang terbatas.
Kalau Om Luhut yang jadi Captain America, terus Kiai Ma’ruf Amin siapa dong? Sosok yang cocok disandingkan dengan Kiai Ma’ruf ya jelas cuma Stan Lee. Keduanya sama-sama sepuh, tapi tetap eksis.
Di Marvel Cinematic Universe, Stan Lee kerap kali jadi cameo. Di mana ada film superhero Marvel, di situ ada Opa Stan Lee. Sewaktu debat capres-cawapres, Kiai Ma’ruf jadi semacam cameo seperti Stan Lee: sangat dinantikan aksinya walau cuma sekelebat.
Namun, jangan salah, Stan Lee adalah sosok penting di MCU. Sama pentingnya dengan Kiai Ma’ruf di MUI. Kalau nggak ada Stan Lee, nggak bakal ada Marvel Comics. Oleh sebab itu, Stan Lee diberikan keistimewaan untuk bisa tampil di semesta Marvel: ia bisa ada di mana-mana.
Sementara itu, beberapa kali melakukan kunjungan sewaktu kampanye, Kiai Ma’ruf mengaku berasal dari daerah setempat.
Sewaktu di Madura, beliau mengaku keturunan Madura. Di Banten, beliau dikenal sebagai ulama keturunan Banten. Sewaktu di Jombang, beliau mengaku punya leluhur dari Jombang. Di Jawa Barat, beliau mengaku masih punya darah Sunda dari Prabu Siliwangi. Itulah keistimewaan Kyai Ma’ruf: berasal dari mana-mana.
Dua paslon sama-sama baik. Maka, yang terpilih nanti adalah yang terbaik dan kebetulan punya pendukung lebih banyak.
Jadi, sambil menunggu hasil coblosan resmi dari KPU, kita tidak perlu resah dan risau. Siapa pun presiden dan wakil presidennya, merekalah superhero yang akan kita andalkan lima tahun ke depan. Toh, sebagaimana pilihan superhero itu soal selera, pilihan capres juga sama saja.